Stadion sepakbola, saat ini, menjadi sesuatu yang banyak dilirik oleh para penggemar. Selain terdapat banyak sejarah tercipta, stadion tertentu juga menyimpan kenangan tersendiri bagi mereka yang pernah menginjakkan kaki disana.
Bicara tentang stadion sepakbola, dahulu, seperti yang dipaparkan Four Four Two, kebanyakan masih menggunakan lapangan biasa dengan tribun yang hanya terbuat dari kayu dengan ketinggian yang sedikit melebihi lapangan yang digunakan. Namun jangan bayangkan bila tribun stadion zaman dahulu sudah memiliki bentuk seperti sekarang.
Ketika itu, tribun penonton hanya sebatas latar, dimana orang-orang yang tertarik untuk menonton langsung pertandingan sepakbola diharuskan untuk berdiri. Semua stadion memiliki bentuk yang sama, yang membedakan hanya kapasitasnya saja.
Seiring berjalan nya waktu, stadion sepakbola yang tersebar di Inggris mengalami perubahan, khususnya di bagian tribun penonton. Hal itu dimaksudkan agar stadion bisa menampung lebih banyak penonton dengan susunan yang rapi.
Satu sosok yang kemudian disebut sebagai aktor di balik lahirnya stadion megah di Inggris adalah Archibald Leitch.
Profil dan Perjalanan Karir Archibald Leitch
Archibald Leitch merupakan pria yang lahir di Glasgow pada 27 April 1865. Dia adalah anak seorang pandai besi yang memiliki hidup pas-pasan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Leitch untuk terus berkembang. Dia tetap bisa pergi ke sekolah dan menimba ilmu sebanyak yang dia bisa.
Setelah merampungkan pendidikannya di bangku sekolah, Leitch bekerja di Duncan Stewart and Company. Selain itu, dirinya juga sempat menjadi teknisi kapal laut pada 1887, sebelum akhirnya kembali ke Skotlandia pada 1899.
Dari sinilah, petualangan arsitekturnya dimulai. Tepat setelah dia mendirikan perusahaan Archibald Leitch Factory Architect and Consulting Engineer, sebuah tawaran untuk mendirikan stadion datang. Klien pertama nya ketika itu adalah klub Glasgow Rangers, yang meminta Leitch untuk mendirikan stadion Ibrox Park, yang sekarang bernama Ibrox Stadium.
Karena memang sudah terbiasa menonton pertandingan sepakbola, dan secara kebetulan dia merupakan penggemar berat Glasgow Rangers, tawaran yang datang dari klub tercintanya itu tentu tidak akan ditolaknya.
Dengan penuh semangat dan perasaan menggebu, Leitch mulai merancang stadion Ibrox. Dia yang sebelumnya belum pernah membuat stadion dengan tribun modern pun mencoba mengerahkan seluruh kemampuannya. Dengan kapasitas awal 20 ribu penonton, Leitch diminta klub agar stadion tersebut bisa menampung sebanyak 40 ribu penonton.
Dengan bentuk oval, lengkap dengan tembok di sekelilingnya, Leitch sejatinya berhasil merampungkan proyek tersebut. Sayangnya, setelah kapasitas stadion diminta untuk ditambah menjadi dua kali lipat, Leitch mengalami sebuah kejadian yang tak akan pernah dilupakan sepanjang masa.
Dalam sebuah kesempatan, stadion yang pernah digunakan sebagai arena bertanding timnas Inggris melawan timnas Skotlandia ini menerima kehadiran penonton yang tak diduga. Meski tidak melebihi kapasitas, orang-orang yang datang ketika itu terbilang lebih banyak dari biasanya.
Hingga pada akhirnya, sebuah insiden pun tercipta. Salah satu bagian tribun yang berada di belakang gawang ambruk. Leitch yang ketika itu hadir langsung ke stadion menjadi saksi dari peristiwa kelam tersebut. Dia menjadi saksi dari tewasnya 25 orang dan harus dirawatnya sebanyak 500 orang akibat kelalaiannya dalam mendirikan stadion.
Ketika itu, setelah diperiksa, Leitch ketahuan hanya menggunakan kayu pinus kuning sebagai bahan. Padahal, manajemen memintanya untuk menggunakan kayu pinus merah yang sejatinya memiliki kualitas jauh lebih baik. Tribun yang hanya dibuat menggunakan susunan kayu dan ditopang oleh kerangka besi itu pun menjadi penyesalan Leitch sebagai seorang arsitek stadion.
Selepas kejadian tersebut, dia sempat diperiksa polisi untuk kemudian bebas.
"Ada bukti yang menyebut jika Leitch mengizinkan penggunaan kayu pinus kuning untuk tribun itu. Namun, pada akhirnya MacDougall (penjual kayu) yang salah," ujar Simon Inglis dalam bukunya yang berjudul Engineering Archie: Archibald Leitch - Football Ground Designer.
Ingin menebus kesalahan fatalnya, Leitch lalu memohon kepada Rangers agar dirinya bisa mengganti rugi dengan membangun ulang tribun yang rusak tersebut. Sempat ditolak oleh pihak Rangers, Leitch yang dikenal sebagai sosok kharismatik dan penuh dengan tutur kata indah pun kemudian mendapat kesempatan untuk membersihkan namanya.
Dia ketika itu merevisi bangunan Ibrox Stadium dengan cara yang lebih detail. Ketahanan menjadi fokusnya saat itu. Leitch memilih untuk membuang tribun kayu dan menggantinya dengan membuat terasering menggunakan tanah padat. Cara inipun dianggapnya sebagai yang paling efektif agar tribun lebih kokoh.
Pasalnya selain menggunakan cara tersebut, tribun yang dibangun ulang juga memanfaatkan tiang yang terbuat dari baja sebagai penopang.
Bermula dari situ, fokus Leitch kemudian tak hanya menyasar pada ketahanan stadion saja, namun juga segi keselamatan lainnya, seperti mulai membangun pintu masuk dan keluar dengan perhitungan tertentu, hingga membangun pintu darurat sebagai antisipasi bila terjadi bencana.
Melebarkan Sayap ke Inggris
Setelah berhasil membangun stadion dengan kelayakan luar biasa pada masanya, Leitch memutuskan untuk memasarkan namanya ke tanah Inggris. Stadion Ibrox yang telah menjadi bukti dari kerja cerdas nya pun membuat tim Inggris, Fulham, tertarik untuk menggunakan jasanya.
Stadion Craven Cottage yang ketika itu menjadi markas klub, memilih untuk menggunakan jasa Archibald Leitch sebagai arsitek.
Dari Fulham, kerja Leitch kemudian kian diakui masyarakat Inggris setelah dia resmi menjadi arsitek dari bangunan megah milik Chelsea, Stamford Bridge yang mulai diresmikan pada tahun 1905. Masih belum cukup sampai disitu, Leitch juga berjasa dalam membangun salah satu tribun di Stadion Anfield dan Goodison Park.
Selain sejumlah stadion ternama itu, masih ada lagi Stadion Highbury, White Hart Lane, Ewood Park, Maine Road, sampai Old Trafford yang tak lepas dari tangan ajaib Archibald Leitch.
Sayangnya, meski sosok Archibald Leitch layak mendapat penghargaan lebih tinggi, ketika dirinya menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1939, tidak ada satu pun surat kabar di Inggris yang khusus membahas tentang keberhasilannya dalam merevolusi stadion di Inggris.
Dia menjadi sosok yang jarang sekali terdengar di telinga para penggemar sepakbola, hingga banyak yang menganggap biasa-biasa saja kabar kepergiannya untuk selama-lamanya.
"Sangat luar biasa melihat dia meninggal dunia dalam situasi yang tidak dikenal oleh orang-orang. Tetapi, dulu, itu kondisi yang wajar," ujar Inglis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H