Italia tengah menikmati masa terbaik setelah terpuruk dalam beberapa tahun lamanya. Baru saja, pada pentas Piala Eropa, Italia resmi memastikan diri sebagai tim pertama yang berhasil lolos ke babak gugur, hasil dari dua laga tanpa kekalahan plus nol hasil imbang. Kemudian, dalam laga melawan Wales yang juga berhasil dibabat dengan kemenangan, Italia kini menatap babak gugur dengan wajah sempurna.
Poin yang mereka kumpulkan di grup A tidak terdapat sedikitpun cacat. Jumlah gol yang melebihi lima, sekaligus gawang yang tak tersentuh satu pun aksi selebrasi lawan, benar-benar membuat Italia layak dimasukkan ke dalam daftar calon kuat juara.
Bila melihat calon lawan di babak enam belas besar, Italia kemungkinan bisa melaju lebih jauh. Siapapun yang bakal duduk sebagai runner up grup C berpotensi menjadi korban Italia. Klub asuhan Roberto Mancini diprediksi bakal dengan mudah melibas lawannya.
Bila melihat kiprah timnas Italia sejauh ini, maka ingatan kita akan dibangkitkan dengan sebuah kejayaan yang pernah mendarah daging dalam diri mereka. Italia, memang bukan sembarang nama. Tak hanya di kancah Eropa, namun juga dunia. Mereka sudah empat kali merebut gelar juara dunia. Meski di Eropa beberapa kali tumbang di partai final dan baru sekali menjuarainya, kali ini mereka seolah memberi tanda bahwa era kejayaan akan segera masuk ke dalam genggaman.
Setelah sempat menjadi finalis Piala Eropa 2000 dan menjadi juara dunia di tahun 2006, Italia memang belum lagi mampu tunjukkan tajinya. Dalam edisi Piala Eropa 2012, mereka sebetulnya berpeluang meraih gelar juara. Namun apa daya, kekuatan timnas Spanyol jauh melebihi batas yang dimiliki Italia. Empat gol bersarang di gawang Gianluigi Buffon dalam laga yang seharusnya jadi tontonan berkelas.
Setelah itu, kiprah mereka terbilang kurang memuaskan. Beberapa kali berganti pelatih juga tidak membuat Italia berjaya. Jurang keterpurukan nya, mereka mengalami masa terburuk sepanjang sejarah dengan gagal melaju ke putaran final Piala Dunia 2018.
Di tangan Giampiero Ventura, timnas Italia dibuat seperti kumpulan singa yang kehilangan kuasanya. Dari cakar sampai aumannya, tidak ada satupun pun yang membuat takut lawan.
Itu jelas bukan Italia yang kita kenal. Italia adalah tentang kumpulan para pemangsa, yang bila melihat buruan, mereka akan langsung bertindak seperti penguasa segalanya.
Beruntung, di tengah minimnya prestasi Italia, apalagi setelah gagal lolos ke ajang Piala Dunia, mereka dengan cepat menunjuk Roberto Mancini sebagai aktor untuk mengembalikan kekuasaan. Eks pelatih Manchester City itu diharapkan untuk mengembalikan kembali apa yang seharusnya ada dalam diri Italia.
Benar saja, dia yang fasih dalam membawa sebuah tim juara, tak butuh waktu lama untuk membuktikan segalanya. Melalui perubahan gaya main sekaligus pemilihan skuad yang tidak diduga-duga, Mancini mampu menembus derasnya keraguan yang bahkan lebih tajam dari serangan para lawan.
Perlahan tapi pasti, dia mampu kumpulkan satu demi satu kepingan kejayaan timnas Italia. Dari pemilihan pemain yang tepat sampai penerapan strategi yang akurat, Mancini berhasil meraih hasil yang diharapkan. Pertandingan persahabatan, kualifikasi Piala Eropa, sampai kualifikasi Piala Dunia, berhasil dilibas oleh tim asuhan pria setengah abad.
Hingga kini, ajang Piala Eropa berpotensi menjadi pembuktian Roberto Mancini. Bila melihat pada cara dan perjalanan yang dilewati, tidak berlebihan untuk berkata bahwa setidaknya, timnas Italia akan sampai pada partai puncak yang belum diketahui siapa penghuninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H