Salah satu contoh yang paling relevan adalah penggunaan media sosial yang berlebihan. Berikut adalah kisah Budi, seorang individu yang mengalami dampak negatif dari penggunaan media sosial berlebihan.Budi terjaga dari tidurnya di tengah malam yang sunyi. Matanya terpaku pada layar ponsel yang bersinar terang.Â
Sejak beberapa bulan terakhir, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Awalnya, ia merasa senang bisa terhubung dengan teman-teman lama dan mendapatkan informasi terbaru tentang dunia di sekitarnya. Namun, seiring berjalannya waktu, ketergantungan itu mulai menggerogoti kesehatan mentalnya.Â
Setiap kali membuka aplikasi, ia disambut dengan gambar-gambar kehidupan sempurna orang lain---liburan mewah, pesta meriah, dan kebahagiaan yang tampaknya tak berujung. Perasaan cemburu dan ketidakpuasan mulai menghantuinya, seolah-olah semua orang di sekitarnya sedang menjalani hidup yang jauh lebih baik.
Jika dibandingkan dengan kehidupan sebelum kemajuan teknologi, di mana interaksi sosial lebih bersifat tatap muka dan tidak terpengaruh oleh citra digital, Budi merasakan pergeseran besar dalam cara orang berkomunikasi dan membangun hubungan. Dulu, ia bisa berbincang santai dengan teman-teman di kafe atau taman tanpa merasa tertekan untuk selalu memperlihatkan momen-momen terbaiknya.Â
Kini, setiap interaksi terasa seperti kompetisi untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan. Dalam perbandingan ini, jelas terlihat bahwa meskipun teknologi telah memudahkan komunikasi, ia juga menciptakan jarak emosional yang lebih besar antara individu.
Contoh nyata dari dampak ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari banyak orang. Misalnya, sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa pengguna media sosial yang aktif cenderung mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak terlalu sering menggunakan platform tersebut.Â
Budi adalah salah satu contoh dari hasil penelitian ini; ia merasakan dampak negatif tersebut secara langsung dalam hidupnya. Setiap kali ia melihat teman-temannya memposting foto bahagia mereka, rasa cemburu dan ketidakpuasan hanya semakin mendalam.
Studi yang dilakukan oleh universitas ternama di Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental. Penelitian ini melibatkan 22.423 individu berusia 20 tahun yang tersebar di 297 kabupaten/kota.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, sesuai dengan temuan global sebelumnya. Budi merupakan salah satu contoh nyata dari dampak negatif ini; ia merasakan perubahan drastis dalam mood dan perilakunya setelah terjun ke dunia medsos.
Dalam pandangannya, penting untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kesehatan mental. Budi percaya bahwa kita perlu menyadari batasan diri saat menggunakan media sosial. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling feed hanya akan memperburuk perasaan tidak puas dan cemas.Â