Mohon tunggu...
Gardini Eve
Gardini Eve Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher and Moderator

Freelance moderator and researcher, a book worm, and dog lover

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sikap Generasi Muda Indonesia ketika Pengumuman Kabinet Kerja Jilid II Tidak Sesuai Keinginan

20 Oktober 2019   23:35 Diperbarui: 21 Oktober 2019   00:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi sedang memberikan pidato [https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/20/172806565/pidato-presiden-jokowi-dalam-pelantikan-tekankan-penyederhanaan-eselon]

Hari ini dilangsungkan pelantikan Presiden-Wakil Presiden RI di dalam sidang paripurna MPR RI. Akan tetapi Presiden Joko Widodo (Jokwi) masih menutup rapat mengenai susunan Kabinet Kerja yang akan mendampingi dirinya dan Prof Dr. KH Ma'ruf Amin dalam lima tahun mendatang. Bagaimana jika Kabinet Kerja Jilid II bukanlah pilihan hati kita, generasi muda rakyat Indonesia? Bagaimana seharusnya kita bersikap ketika hal tersebut terjadi?

Manusia boleh memiliki keinginaan dan merencanakan banyak hal. Namun, hasil terakhir mengenai siapa jajaran kabinet kerja ada di tangan Tuhan Yang Maha Esa.

Kita perlu menyadari di dalam hidup kita, ada hal yang dapat kita kontrol, seperti pilihan menu makan malam, baju yang akan kita kenakan, apakah kita akan mengisi bensin di pom bensin di dekat kantor atau di dekat rumah, dan pilihan-pilihan lainnya yang dapat kita kontrol. Akan tetapi ada juga peristiwa yang hasil keputusannya tidak ada di dalam kendali kita, seperti siapa yang menduduki kursi pemerintahan di negara kita.

Kita sebenarnya telah berperan aktif dalam menciptakan terjadinya demokrasi di Indonesia. Kita sebagai rakyat Indonesia telah mengambil bagian di dalam pesta demokrasi pada 17 April 2019 yang lalu, untuk memilih secara langsung presiden dan wakil presiden kita.

Setelah terpilih, maka presiden dan wakilnya dapat memilih jajaran menteri dan pejabat pemerintahan yang akan membantu mereka menjalankan pemerintahan di Indonesia ini. Adalah hal yang wajar kita memiliki keinginan dan harapan tertentu mengenai siapa yang akan menduduki kursi kementrian dan kelembagaan di Indonesia. Akan tetapi kita tidak memiliki kendali perihal siapa yang akan menduduki kursi pemerintahan tersebut.

Ketika pemerintahan yang ada tidak sesuai dengan keinginan kita, kita cenderung berespon apatis atau menjadi tidak peduli. Walaupun hasil ini tidak sesuai dengan rancangan kita, kita perlu percaya bahwa ini adalah rancangan Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu yang telah ditetapkanNya. Nilai keikhlasan perlu dipraktekkan dengan lebih lagi, ikhlas menerima jikalau pengumuman siapa yang mengisi Kabinet Kerja Jilid II tidak sesuai dengan harapan kita.

Walaupun Kabinet Kerja Jilid II nanti tidak sesuai dengan pilihan kita, kita tetap memiliki kewajiban untuk menjaga ketertiban ketika hasilnya diumumkan. Salah satu cara paling sederhana adalah menjaga ketertiban di media sosial. Sesederhana dengan tidak menyebarkan pengumuman atau berita hoaks di media sosial. Berita hoaks dapat memiliki efek negatif yaitu  membuat gusar orang yang melihatnya. Hal lainnya yang dapat kita lakukan adalah menolak untuk meneruskan berita-berita hoaks mengenai keamanan di Indonesia yang dapat membuat orang lain cemas dan khawatir.

Sebaliknya, kita dapat berkontribusi dengan menyampaikan pesan-pesan yang bernada adem ataupun yang bersifat optimis. Pilihan ada di tangan kita, sebagai generasi muda Indonesia yang terdidik dan cinta damai. Masakan kita lebih memilih meneruskan pesan yang tidak jelas sumbernya daripada pesan-pesan yang menyebarkan kedamaian dan bernada positif.

Hal kedua yang dapat dilakukan adalah tetap berperan sesuai dengan kapasitas kita dan penuh tanggung jawab, tanpa melihat siapakah yang duduk di Kabinet Kerja Jilid II. Kita perlu tetap bekerja demi kemajuan bangsa tanpa memandang siapa yang menjadi pemerintahan kita nantinya.

Bagaimana caranya bekerja demi kemajuan bangsa? Saya akan mengemukakan beberapa cara yang praktis yang dapat kita lakukan sebagai generasi muda penerus bangsa.

Bagi kita yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Seraplah ilmu sebanyak-banyaknya. Seraplah ilmu di bangku sekolah maupun di ruang perjumpaan lainnya. Lewat variasi pengalaman akan lahir kebijaksanaan. Sembari merenungkan dimanakah tempat untuk berkiprah di masa depan.

Seringkali kita lupa, bahwa kita lahir bukan dari ketidaksengajaan. Pernahkah kita bertanya-tanya, mengapa kita dilahirkan di Indonesia? Mengapa kita lahir di tahun yang mengijinkan kita menjadi generasi muda ketika bonus demografi di Indonesia terjadi? Apakah kita akan menghabiskan tahun-tahun produktif kita hanya untuk memuaskan dan memperkaya diri?

Bagi kita yang telah bekerja, saya sarankan untuk memikirkan ulang mengenai peran yang kita pilih untuk kita kerjakan. Bahkan mempertimbangkan ulang tempat kita bekerja saat ini. Apakah selama ini kita lebih memilih peran-peran yang 'aman' dan nyaman? Apakah selama kita bekerja kita hanya mempertebal kantong sendiri? Apakah pekerjaan kita telah memberikan manfaat bagi orang lain?

Perihal memberikan manfaat bukan hanya soal memberikan sedekah atau sumbangan dari sebagian gaji kita. Tetapi apakah pekerjaan kita sendiri telah memberi manfaat bagi sesama atau belum. Pernahkah kita pikirkan ulang, bagaimana agar pekerjaan kita dapat memberikan manfaat bagi sesama, bahkan bagi negara? Mungkin tidak banyak yang menyadari, bahwa hal yang kita kerjakan hari ini, dapat memberikan pengaruh di hidup orang lain esok hari. Apa yang kita kerjakan sehari-hari dapat memberi dampak bagi bangsa dan negara kita.

Ketika ada yang bertanya, darimana saya bisa memulai berperan bagi bangsa? Salah satu caranya adalah dengan mencari tahu apa yang sedang dilakukan pemerintahan kita. Kita dapat mendapatkan tanda-tandanya setidaknya dengan mengetahui arah bangsa dalam lima tahun ke depan. Naskah pidato pakde Jokowi pada saat pelantikannya sore ini adalah salah satu sumber yang dapat memberitahu apakah yang menjadi fokus pemerintahan kita dalam lima tahun ke depan. Kita dapat mengakses pidatonya di tautan ini https://nasional.kompas.com/jeo/naskah-lengkap-pidato-presiden-joko-widodo-dalam-pelantikan-periode-2019-2024

Semangat Ora et Labora dapat juga kita aplikasikan. Semangat ini menuntut kita untuk tidak hanya untuk bekerja demi kemajuan bangsa, tetapi juga dibarengi dengan berdoa bagi jajaran pemerintah Indonesia. Kapankah terakhir kita mendoakan presiden, wakil presiden dan jajaran menteri-menterinya? Sebaliknya, apakah isi doa-doa kita  hanya dipenuhi oleh permintaan bagi diri sendiri?

Kita sebagai generasi muda dapat memiliki berbagai hasrat dan keinginan mengenai pemerintahan di Indonesia. Janganlah cepat-cepat mengutuk ketika pengumuman Kabinet Kerja Jilid II tidak sesuai dengan keinginan hati kita. Pikirkanlah kembali di mana tempat kita untuk memberikan kontribusi bagi negara ini.  Marilah kita menerima hasil pengumuman Kabinet Kerja Jilid II dengan hati ikhlas, menjaga ketertiban di media sosial, bekerja dengan penuh tanggung jawab demi kemajuan bangsa, dan senantiasa mendoakan pemerintahan kita. Demi Indonesia maju!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun