ku naik commuter line di hari itu
ku teguhkan pada hati bahwa inilah saatnya
ku putuskan 'tuk akhiri segalanya
tiba-tiba muncullah ia disampingku
agak terkejut ku rasakan, tak terpikirkan akan bertemu ia di sini
ku lihat jam di pergelangan tangan kananku
waktu menunjukkan  pukul 5 sore, memang waktunya untuk ia muncul
kulihat warna pucat mukanyaApakah ia sedang sakit?Â
atau sedang banyak pikiran?
sesekali dia berusaha membuatku tersenyum
dengan binar mata yang dapat kutangkap disela-sela kelelahannya
dia  disampingku terus berbicara tanpa henti
aku terdiam sembari bersyukur dia ada di sampingku
menyertaiku di dalam perjalanan sore ini
jam di telepon pintarku sudah menunjukkan kurang dari 5 menit menuju pukul 6
aku tahu dia harus pergi,Â
dan dia tahu aku seringkali tidak rela dia ketika pergi
"besok kau bisa melihatku lagi", katanya
aku tahu, sangat tahu hal itu
"besok kita bisa bertemu di tempat berbeda, tempat favorit mu di undakan anak tangga itu", katanya meyakinkanku
aku hanya terdiam
"kau bisa melalui malam ini", katanya dengan nadanya berusaha membuatku yakin
"kau juga bisa menyelesaikan hal itu dengan tuntas", katanya sambil menepuk pundakku
aku hanya mengangguk sambil menatapnya
dan dia pun pergi ke balik awan-awanÂ
kepada mereka yang sudah menunggunya sedari tadi
meninggalkan semburat yang tidak terlalu merahÂ
namun hangat memelukku sepanjang malam itu
*di tulis di dalam KRL Commuter Line menuju Gondangdia pada 14 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H