Dan Presiden Havel bersedih. Sebab ia gagal mempertahankan apa yang coba ia percayai sendiri. Memang kemudian ia diangkat sebagai Presiden Republik Ceko. Tapi hanya sebagai simbol. Kepemimpinan pemerintahan diambil oleh Perdana Menteri Vaclav Klaus.
Presiden Havel --penyair itu---merasa ada yang cacat. Ia tumbuh besar dengan memadai. Masa kecilnya tinggal di apartemen yang rapih di pinggir Danau kecil di pinggir sungai Vitava. Udara Hapsburg terlalu indah, mungkin karena banyak kastil gotik dan trem yang membelah kota. Tapi ketika puisi dan naskah drama yang ditulisnya mulai ramai dibahas publik, sebuah nilai perjuangan akan humanisme mengetam lebih keras. Dan Presiden Havel, tersengat ketika apa "yang seharusnya" justru berhadapan dengan "yang terjadi". Perceraian beludru membuatnya bersedih hati...
Politik saat ini juga sering membuat kita sedih. Presiden Havel, menjadi kisah ajaib itu. Kita bahkan mungkin akan mendalami perasaan sejenis. Presiden Prabowo pernah berkali-kali maju Pilpres, dan mengekalkan kesetiaan jutaan orang pada mimpi politiknya. Indonesia akan jadi macan Asia. Ekonomi akan tumbuh 8 persen. Anak sekolah akan dapat makan siang bergizi. Akan, akan, dan akan berikutnya mungkin tak teringat di batas memori...
Dan kita rasakan betapa hidup ekonomi seperti balok es yang mencair. Kata-kata politik seperti rumpang: pertumbuhan ekonomi 8 persen terasa begitu jauh dari horizon kebangkitan kita saat banyak orang mengeluh tingginya angka PHK di sekitar Jabodetabek. Info lowongan pekerjaan diserbu lebih ramai daripada gerobak nasi goreng gila di pinggir jalan raya yang berdebu...
Ekonomi kita sedang melambat --meski tak seberat langkah siput---dan bebannya keliwat susah dijelaskan. Di kuartal 3 tahun 2024 ini, pertumbuhan ekonomi nasional kita pertama kalinya berada dibawah 5% sejak 2021 lalu: 4,95% secara YoYÂ (year to year), dan 1,50% secara QtoQ (quarter to quarter). Pelambatan konsumsi rumahtangga di Q3 2024 juga terasa, dengan pertumbuhan konsumsi di 4,91% berbanding kuartal yang sama tahun lalu (5,05%). Penurunan daya beli terasa, dimana sepanjang jalan kita banyak temui korban PHK dari sektor industri masuk sektor informal, berjualan makanan dan minuman, namun tidak cukup menutup ongkos produksinya. Sedangkan belanja rumahtangga masih menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional, karena secara total mereka menyumbang 53% dari Pendapatan Domestik Bruto..
Dan Pemerintah akan mulai menjalankan perintah Undang-Undang untuk meneguk pajak PPN sebesar 12% pada awal tahun depan...
Prabowo bukan Vaclav Havel, dan Indonesia bukan Cekoslovakia yang akhirnya bercerai. Mungkin Prabowo pernah menulis sajak, atau sebuah cerpen, atau menikmati betapa kata-kata bisa jadi senjata untuk merubah apa yang terjadi.
Cekoslovakia menghadapi rasa memar itu. Pada 1993 setelah berpisah, kedua berusaha menemukan sendiri jalan selamat. Presiden Havel meneruskan Republik Ceko yang makin sempit, dengan berusaha menjual turisme ke kota-kotanya yang indah. Tapi Presiden Prabowo tidak cuma berhenti dengan turisme. Dia butuh ruang fiskal yang kuat, tersedia dalam lintasan yang panjang, dan sewaktu-waktu bisa digunakan untuk biayai janji politiknya yang segar. Tapi ruang fiskal itu sendiri sempit. Ruang yang ada bahkan tidak menyisakan ruang.
Karena itu pilihan terbentang, namun harus menikam sasaran. Datangkan investasi dalam jumlah besar, atau naikkan pajak. Dan sampai sekarang rasa haus untuk mencari ruang fiskal yang besar itu masih ada. Pajak akan naik untuk genjot pendapatan, dan segala ruang yang memungkinkan akan dibuka untuk investasi, biar hot money mampir dan memutar roda transaksi yang lebih luas lagi...
Yang sayangnya harus berhadapan dengan fakta bahwa ekonomi dalam negeri kita relatif lesu.