Topik agama adalah salah satu topik yang selalu hangat untuk diperbincangkan dalam kalangan masyarakat. Topik soal keagamaan selalu mempunyai kesan tersendiri untuk dibahas. Indeks Kerukunan Umat Beragama menunjukkan bahwa terjadi kenaikan tren skip toleransi antarumat beragama yang ada di Indonesia.Â
Persentasinya meningkat pada tahun 2023 menyentuh angka 76,02% dari 73,09% pada tahun 2022. Dari data tersebut, sikap toleransi di Indonesia menjadi salah satu poin yang diperhatikan. Indonesia memiliki situasi sosial yang semakin membaik.Â
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, ras, suku, golongan, dan khususnya agama. Berbagai macam latar belakang yang dimiliki warga negara Indonesia tetapi ada hal yang selalu akan menyatukan, yaitu semangat persaudaraan dan kemanusiaan di tengah masyarakat.Â
Tingkat toleransi di Indonesia yang kian meningkat menjadi pertanda baik bagi kehidupan beragama di Indonesia. Dari tahun ke tahun, semakin banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang muncul di tengah masyarakat.Â
"Agama melarang adanya perpecahan, bukan perbedaan." (Gus Dur)
Berbicara mengenai kegiatan yang menyangkut soal agama, sebuah kegiatan tahunan yang diadakan oleh Kolese Kanisius yang menjadi jembatan bagi para Kanisian untuk membuka wawasan mereka tentang makna toleransi dan keberagaman. Ekskursi nama kegiatannya. Ekskursi ke Pondok Pesantren adalah sebuah pengalaman berharga yang menawarkan pelajaran yang berharga tentang toleransi dan keberagaman.Â
Kolese Kanisius tidak hanya berorientasi pada kegiatan akademik saja, tetapi juga membentuk karakter siswa melalui pengalaman lintas agama, budaya, dan gaya hidup. Kegiatan tahunan yang diadakan oleh Kolese Kanisius ini mengajarkan dan membuka wawasan bahwa perbedaan adalah kekuatan untuk menyatukan.
Dimulainya EkskursiÂ
Kegiatan ekskursi merupakan pengalaman yang kaya akan nilai dan makna. Dimulai dengan adanya seminar dialog lintas agama. Hadirnya tokoh-tokoh dari berbagai macam latar belakang dan agama yang berbeda-beda diundang ke Kolese Kanisius untuk melakukan sharing dan berbagi pengalaman.Â
Bhante Kamsai yang mewakilkan agama Buddha, content creator Matteo Jubelio yang mewakilkan agama Katolik, dan Inara Wahid yang mewakilkan agama Islam merupakan narasumber-narasumber dalam seminar dialog itu. Berbagai pandangan serta wawasan seputar keberagaman dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia mereka ceritakan.Â
Sharing mereka merupakan pengalaman berharga bagi para Kanisian terutama Kanisian kelas XII. Tidak hanya diikuti oleh para Kanisian, seminar dialog ini juga dihadiri oleh beberapa perwakilan dari pesantren-pesantren dari berbagai wilayah sekitar Jakarta secara online.Â
Dialog ini tidak hanya untuk memahami nilai-nilai agama, tetapi juga menjadi salah satu wujud kasih sayang dan kedamaian untuk menunjang rasa saling menghargai. Seminar berjalan dengan baik, bersuasana hangat, dan penuh tawa. Seminar dialog ini menjadi bekal bagi para Kanisian kelas XII sebelum terjun dan pergi langsung ke pondok pesantren. Kegiatan ini menegaskan pentingnya dialog sebagai sarana untuk menjembatani perbedaan.Â
Menjadi Santri untuk Sementara : Aksi Nyata yang Menggembirakan
Selama kurang lebih tiga hari dan dua malam, para Kanisian terjun langsung dan tinggal bersama para santri/santriwati. Kanisian kelas XII terbagi untuk menuju berbagai pondok pesantren di wilayah sekitar Jakarta.
 Perjalanan menuju Pondok Pesantren Al-Marjan, Lebak, Banten diiringi dengan suasana senang, gembira, antusias, dan dengan rasa penasaran yang tinggi. Antusiasme sangat terlihat di raut wajah. Sambutan secara hangat dari para santri/santriwati setibanya kami di pesantren menjadi momen kebersamaan awal bagi kami.Â
"Jadikan toleransi sebagai pondasi dalam setiap langkah kehidupan!"
Fasilitas sederhana yang ada di pondok pesantren itu yang membuat dan mengingatkan saya akan pentingnya bersyukur di dalam kehidupan. Di pondok pesantren itu terlihat jauh dari sentuhan-sentuhan kemewahan.Â
Tidak seperti di kota-kota besar. Kesederhanaan itulah justru mencerminkan kehidupan bahagia tanpa ketergantungan oleh materi. Saya menemukan salah satu nilai lagi dari kehidupan yang ada di pondok pesantren ini, yaitu rasa cukup dan bersyukur yang membawa ketenangan di dalam kehidupan.Â
Di sana kami menjalani rutinitas yang sama dengan para santri/santriwati. Kami berbaur, berdinamika, dan melakukan aktivitas bersama-sama. Pada dasarnya, aktivitas saya dan teman-teman tidak jauh berbeda dengan aktivitas yang dilakukan oleh para santri/santriwati di saa.Â
Contohnya seperti sekolah, bermain, belajar, dan melakukan banyak aktivitas lainnya. Hal ini dapat membuka hati saya bahwa sebenarnya perbedaan tentang suatu kepercayaan atau agama tidak menjadi penghalang bagi kami untuk terus berelasi dengan sesama. Justru perbedaan itulah yang membuat keunikan di dalam kehidupan. Perbedaan seharusnya menjadi suatu keharmonisan di tengah keberagaman keyakinan.Â
Kami mulai membiasakan diri dengan peraturan dan kehidupan yang ada di Pesantren Al-Marjan. Contohnya seperti cara makan, jam tidur, cara berpakaian untuk menyelaraskan diri dengan santri/santriwati di sana. Seiring berjalannya waktu, kami mulai semakin berbaur dengan para santri di sana. Bertukar pikiran dan cerita adalah salah satu jembatan bagi kami untuk mempererat hubungan dengan para santri di sana.Â
Pengalaman yang sungguh mengesankan bagi kami dapat mengenal budaya dan keberagaman yang ada di pesantren itu. Bukan kami saja yang antusias untuk menjalankan kegiatan ini, mereka pun juga. Contohnya bisa terlihat dari cara mereka mendengarkan cerita-cerita yang dibagikan oleh para Kanisian.Â
Salah satu pengalaman yang berkesan bagi saya di dalam kegiatan ini adalah bisa mengenal cara makan ala santri di sana. Kami makan bersama dengan para santri di sana dengan satu nampan yang sama. Saya menemukan suatu pembelajaran berharga di sana yaitu kebersamaan.Â
Itulah salah satu rutinitas yang kami lakukan bersama-sama di sana. Masih banyak pengalaman-pengalaman lain yang unik. Saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di pesantren itu. Bahkan lebih menariknya, saya bisa mengajari mereka materi bahasa inggris dan matematika. Sungguh pengalaman yang menarik bagi saya.Â
Tidak hanya itu, pada hari Kamis, para saya dan teman-teman mengikuti puasa sunnah. Raut wajah yang masih mengantuk, muka kucal, dan pikiran yang kosong, saya dan teman-teman bangun pada pukul setengah empat pagi untuk melakukan sahur bersama. Pengalaman pertama bagi saya untuk merasakan sahur bersama.Â
Dengan penuh semangat, saya dan teman-teman menjalani berbagai rangkaian kegiatan dengan sambil melaksanakan puasa sunnah. Hari itu adalah hari yang terasa panjang dan lama. Malam itu kami melaksanakan ibadah sholat Isya di Masjid bersama-sama. Mengajak para Kanisian ikut juga di dalam pembahasan yang mendalam hingga larut malam.Â
"Toleransi adalah seni mencintai perbedaan, menjembatani jurang, dan merayakan keberagaman sebagai kekuatan bersama."
Jumat, 1 November 2024 adalah hari perpisahan. Waku bagi para Kanisian dan santri serta santriwati berpisah. Parade marching band ditampilkan sebagai bentuk pelepasan oleh Pesantren Al-Marjan. Rasa sedih menyelimuti hati. Cepat sekali rasanya harus kembali berpisah dengan mereka.Â
Banyak pengalaman-pengalaman berharga yang bisa saya dan teman-teman alami. Salah satu momen yang membuat kesedihan itu semakin terasa adalah sharing dan dinamika kami sebelum pulang. Dinamika yang kami lakukan terkesan berbeda. Semakin lepas dan senang rasanya bisa berbagi pengalaman dengan mereka.Â
Makna Toleransi dari EkskursiÂ
Pengalaman ekskursi adalah pengalaman yang sungguh sangat berharga. Semakin mengenal budaya dan agama orang lain adalah pengalaman yang berkesan. Lewat pengalaman ekskursi, saya bisa mendapatkan teman baru yang sangat menyenangkan.Â
Mereka adalah orang-orang yang sangat baik. Merekalah yang membantu saya untuk lebih mengenal makna toleransi dari suatu perbedaan. Tanpa adanya mereka, belum tentu saya bisa mengenal toleransi secara lebih dekat lagi.Â
Para Kanisian dan santri berbaur dan berinteraksi tanpa sekat penghalang. Keberagaman dan toleransi menjadi kekuatan yang menyatukan. Selama kegiatan ini berlangsung, para Kanisian belajar untuk menghormati dan menghargai budaya dan tradisi yang mereka lakukan setiap harinya. Â Kegiatan ini menjadi kegiatan spiritual yang baik. Contohnya bisa mengikuti langsung sholat, membaca Al-Quran, mengaji, dan banyak kegiatan keagamaan lain di pesantren.Â
Hal itulah yang memperkuat iman dan rasa hormat kepada agama orang lain. Kami saling belajar lewat segala pengalaman yang telah bersama kami lakukan. Selain untuk belajar saling menghormati dan menghargai, ekskursi ini adalah sarana bagi kami untuk menambah relasi dengan para santri. Menciptakan pengalaman persahabatan yang tak akan pernah terlupakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H