Mohon tunggu...
Gusti 'ajo' Ramli
Gusti 'ajo' Ramli Mohon Tunggu... wiraswasta -

http://www.about.me/gustiramli dan sering nongkrong di http://garammanis.wordpress.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peranan Keluarga dalam sistem rumah sakit

25 Agustus 2012   16:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Kalimat tersebut bukan sekedar susunan kata-kata bijak saja. Kalimat itu terbukti berlaku dalam dunia nyata, terutama di rumah sakit.

Takala berobat di rumah sakit, jangan harap dilayani jika tidak ada keluarga yang mendaftarkan ke meja administrasi dan membayar ke meja kasir.

Kalaupun ada, itupun bukan saudara tapi orang lain yang merasa iba dan menganggap sebagai keluarga. Tanpa keluarga petugas akan mengabaikan dan mengikuti prosedur mereka yang lebih berpihak kepada orang berada.

Hal itu bukan isapan jempol belaka. Coba tengok di ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) setiap rumah sakit. Kalau gak daftar dahulu, ya gak bakal diberi pertolongan.

Malam ini (25/08/12) seorang laki-laki jompo tertatih-tatih di ruangan IGD rumah sakit terbesar di kota padang. Tanpa ada keluarga, ia ditangani seadanya. Menurut informasi, tadi siang ia didaftarkan oleh polisi dan dinas sosial.

Entah kemana, pegawai dinas sosial dan polisi tidak jelas rimbanya dan si jompo tinggal sebatang kara di rumah sakit. Di keningnya terdapat luka yang masih menganga. Dengan gemetaran ia berjalan mencari toilet sembari bertanya pada satpam.

Sebelum sampai di pintu toilet, ia terduduk lemas di lorong menuju toilet. Badannya tak sanggup lagi berdiri sendiri. Tampak ia melambaikan tangan ke orang banyak agar mendekat. Saat ada yang mendekat, ia menggoyangkan celananya ke bawah.

Sepertinya ia mau buang air besar. Tubuh tua itu tak kuat untuk mencapai toilet, sehingga kotorannya keluar di dalam celana. Sebelum buang hajat sudah tidak ada yang ngurus, apalagi setelah bergelimang kotoran.

Siapa yang lagi yang mengurus? Kalau bukan keluarga, setidaknya ada yang membantu, misal oleh orang yang masih mempunyai rasa kekeluargaan terhadap orang lain yang bukan saudara. Sayang orang tersebut sangat langka.

Tak ada yang tahu kemana keluarga laki-laki jompo itu. Bahkan satupun dari khalayak ramai tak pula mengenalnya. Kini nasib si jompo tergantung pada negara yang dalam hal ini diwakili oleh dinas sosial.

Sayang tidak ada jam lembur. Saat malam tiba, si jompo luntang lantung meratapi penderitaan. Kesakitan tidak lagi menjadi sosok yang menakutkan. Kesakitan telah menjadi keluarga dekat bagi kaum papa. @garammanis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun