Pandang langit penuh gemuruh
Seangkuh bongkahan hati yang tak mau luruh
Pantang jua mengecap luluh
Padahal t'lah kub'ri seluruh
Apa masih ingin berpuluh-puluh?
Atau kan Kau patahkan goyangan buluh?
Mungkinkah Kau padamkan nyala suluh?
Uh...
☀
Canda bergelayut di lengan seloroh
'bak pemuja abadi sang tokoh
Berharap kan berjodoh
Menelusup rinai pelukan kokoh
Akhirnya roboh!
Rasakan itu toh?
Tandanya bodoh
Akibat kenyang ceroboh
Oh...
☀
Mengapa tatap itu aneh?
Seakan-akan berkata boleh
Padahal butir-butir terlanjur meleleh
Mengganti riang padu celoteh
Yang tak semerah-meriah Cap Go Meh
Eh...
☀
Hentikan hajaran tulah
Hai, hentikanlah!
Menampar jauh dari negeri Paramullah
Balasan ribuan tapak kujajaki itulah
Mendera kejam tanpa lelah
Dalam tatap tabir terbelah
Mungkin disana ada Allah
Hanya jua sisakan iba-Mu padakulah
Cukuplah..
Aku kalah
Bergelimang dalam salah
Ah...
☀
O lihat ke Timur, negeri pala dan cengkih
Terawang jauh hingga kepakan cendrawasih
Terbangkan kidung sedih
Bawa pergi aroma pedih
Sayatannya terlanjur perih
Berat langkah tertatih-tatih
Mengerang dosa menindih
Dipakukan jua di salib Al-Masih
Hingga terbayar bersih
Demi kebodohan yang disebut kasih
Ih...
----------
Piru, 28 Juni 2011 [13.31 WIT]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H