Kasus lain, warga punya hasil bumi tapi terkendala pemasarannya karena tidak ada pasar di sekitar wilayahnya. Bagaimana mungkin membawa hasil bumi dari Kabupaten Puncak ke Timika, misalnya? Sulit. “Rakyat kecil tidak ada uang untuk mengangkut hasil bumi secara cuma-cuma untuk dijual di pasar Timika atau wilayah lainnya,” jelas Samuel.
Samuel juga menilai, pesawat N219 sangat bagus dari sisi tampilannya. “Tapi saya berharap, untuk dimintakan approval ke Direktorat Perhubungan Udara supaya N219 bisa tes flight dan tes landing di Kabupaten Puncak, Papua. Sebab saya yakin, kalau sampai N219 berhasil mencapai di sana, maka satu dunia atau semua orang akan mencari-cari dan meminati N219, sekaligus mengakui keunggulannya. Karena memang kondisi alam Papua begini sulit untuk diterbangi dan didarati,” tantangnya.
Saat ini, lanjutnya lagi, Papua punya tambahan empat daerah otonom baru (DOB), yakni Provinsi Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya. Berarti geliat pembangunan juga akan lebih banyak. Semua butuh pesawat kecil. “Saya yakin, pasar N219 itu semakin terbuka lebar,” yakinnya seraya menyebut Papua Nugini juga bisa menjadi pasar potensial N219.
Samuel mengakhiri paparannya dengan menyatakan sepakat dan mendukung pernyataan serta seruan untuk saling melakukan kolaborasi demi pengembangan industri kedirgantaraan nasional.
Buka Aksesibilitas, Ciptakan Konektivitas
Pembicara terakhir sekaligus merangkum konklusi adalah Presiden Direktur PTDI, Gita Amperiawan. Ada empat hal yang disampaikannya.
Pertama, N219 diharapkan berperan penting dalam kesuksesan program jembatan udara nasional untuk membuka aksesibilitas dan menciptakan konektivitas antar wilayah. Diperlukan dukungan penuh dari seluruh stakeholders untuk memenuhi kebutuhan pasar (saat ini potensi dalam negeri diperkirakan sekitar 150 unit) melalui sinergi dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat sehingga tercipta ekosistem yang mendukung terciptanya manufacturing readiness dan sustainability bisnis komersialisasi N219.
Kedua, peran perguruan tinggi sangat signifikan dalam menciptakan sustainability industri dirgantara nasional melalui pengembangan research and development (SDM, fasilitas laboratorium dan infrastruktur penunjang lainnya). Karena itu, pengembangan masterplan teknik dirgantara harus terus didukung. Joint statement antara PT DI dan ITB menjadi langkah signifikan terciptanya sinergitas industri dan perguruan tinggi dalam rangka penguasaan teknologi dirgantara nasional walaupun saat ini masih tetap terdapat gap yang cukup besar antara kebutuhan industri dirgantara dan jumlah lulusan yang ada setiap tahunnya
Ketiga, pemerintah diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam mendukung komersialisasi pesawat N219 di dalam negeri, baik dari sisi penyiapan anggaran, operasional pesawat maupun terkait regulasi, khususnya untuk pemerintah daerah dan operator dalam negeri (AOC) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebagaimana yang diharapkan oleh Bappenas.