Lantas, apa role ITB di dalam industri dirgantara? Hari mengatakan, ekosistem industri dirgantara terdiri dari empat unsur utama: unsur Industri sebagai yang utama, lalu unsur pendukung yakni Pendidikan, Riset, dan Otoritas. Tiap unsur memiliki ekosistemnya sendiri. Pemerintah menjadi unsur pemersatu di tengah, memastikan sinergi, kestabilan, arus investasi, serta keberlanjutan ekosistem demi tujuan nasional.
Di bagian akhir paparannya, Hari mengulang kembali pernyataan bahwa ITB telah lama berkiprah pada berbagai program Nasional, termasuk program Kedirgantaraan Nasional. "Jadi sebetulnya kita tidak hanya dirgantara. Kalau industri digital, ITB juga pasti mendukung," ujarnya.
Untuk mendukung SDM seluruh kegiatan industri dirgantara nasional ke depan, master plan Pengembangan Teknik Dirgantara di ITB telah disusun yaitu melalui AeRIx.
"Untuk itu, jangan dilupakan, perlunya sinergi antara dunia pendidikan dengan pihak industri, lembaga riset, otoritas, dengan pemerintah sebagai unsur pemersatu di dalam mendukung ekosistem kedirgantaraan," pesan Hari mantap.
Energi, Ekonomi Sirkular dan Digitalisasi
Teknologi yang diterapkan pada industri dirgantara memang sudah sangat hi-tech. Tanpa itu, maka industri kedirgantaraan malah tidak akan ada sama sekali.
“Selain itu, industri kedirgantaraan juga tidak luput dari pengembangan ekosistemnya, sehingga lambat laun akan kita lihat hasilnya pada industri kedirgantaraan ini,” demikian disampaikan pakar penerbangan Ilham Akbar Habibie.
Ada tiga hal yang menjadi concern Ilham terkait pengembangan industri kedirgantaraan nasional. Pertama, energi yang dipergunakan. Misalnya, saat pesawat itu lepas landas dan terbang lalu mendarat kembali, apakah sepenuhnya menggunaka energi listrik, atau hanya sebagian saja yang beroperasi dengan menggunakan energi listrik? Bahkan mungkin, bisa saja hybrid, sebagian energi listrik dan sebagian lainnya menggunakan energi hidrogen?
“Saat ini, belum ada satu pun pesawat di dunia yang sudah menggunakan energi altrnatif seperti itu untuk operasional terbang kesehariannya. Meski sudah mulai ada, tapi masih dalam tahap awal sekali,” katanya seraya mengingatkan inovasi penggunaan energi ramah lingkungan.
Sebagai tokoh yang konsisten di bidang rancang bangun pesawat terbang, Ilham mengatakan, penggunaan energi altenatif berdampak pada konfigurasi pesawat.
“Jadi, kenapa kalau menggunakan baterai itu berat, atau kalau kita menggunakan bahan bakar hidrogen maka memerlukan tiga atau empat kali lebih banyak dalam bentuk cairannya. Maka, ini akan membuat saat terbang nanti maka pesawatnya memiliki tangki bahan bakar lebih besar,” kata Dewan Pembina Yayasan Pengembangan Teknologi Indonesia (YPTI) itu.