Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rusa Timor Dukung Pamor Wisata Mandalika

6 Desember 2021   12:42 Diperbarui: 10 Desember 2021   20:33 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Terasak di TWA Gunung Tunak, Lombok Tengah. (Foto: TWA Gunung Tunak)

KETIGA: BAGEK PONDOK dan GUNUNG RADEN. Bagek Pondok artinya Pohon Asam yang sangat besar. Saking besar ukurannya, dua orang yang membentangkan tangan dan saling berpegangan, masih belum mampu memeluk batang Pohon Asam itu.

Bagek Pondok sejak lama diyakini menjadi tempat menaruh bekal makanan yang dibawa para pemilik atau penggembala kerbau. Uniknya, percaya atau tidak, semua bekal makanan yang disimpan di Bagek Pondok aman dari gangguan apapun termasuk kerubungan semut. Bekal makanan biasa ditaruh dengan cara digantung di ranting-ranting Pohon Asam.

Ketika kerbau yang digembalakan masuk ke dalam hutan, mereka harus dilepas untuk betunak atau berendam di kubangan lumpur di beberapa spot. Hal ini dipercaya bisa membuat kerbau sehat, kuat, mendatangkan keberuntungan, kemakmuran dan terhindari dari marabahaya serta ancaman lain bagi pemiliknya.

Burung Paok Laus. (Foto: hbw.com)
Burung Paok Laus. (Foto: hbw.com)

Burung Kecial Kuning. (Foto: burungnya.com)
Burung Kecial Kuning. (Foto: burungnya.com)

Bagaimana dengan Gunung Raden? Ini salah satu tempat yang sangat istimewa di Gunung Tunak. Dari namanya saja sudah menunjukkan "sesuatu" seperti kasta. Raden adalah panggilan untuk kalangan ningrat atau bangsawan di Lombok, sekaligus memuliakan mereka yang berasal dari kalangan keturunan para raja.

Gunung Raden menjadi istimewa karena 'tempo doeloe' dipercaya menjadi tempat para orang terdahulu mencari ilmu dengan cara bertapa. Tempat ini menjadi sakral karena tidak sembarang orang bisa mengunjungi apalagi menjamah apalagi mengeksplorasinya.

Konon, penghuni gaib di sini adalah bangsawan. Nuansa sakral cukup berbeda dibandingkan tempat lain. Banyak pendatang yang coba berkunjung dan sering tersesat arah. Alhasil, para pemangku adat di sekitar TWA Gunung Tunak kerap melakukan ritual khusus, bila ada yang ingin berkunjung ke Gunung Raden.

"Patut dicatat, bila ada hewan buruan lari dan masuk ke areal Gunung Raden pun, dipastikan para pemburu juga tidak akan ada lagi yang ingin melanjutkan perburuannya," tutur Gangga.

Kompasianer Efa Masriana Butar-Butar siap lepasliarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)
Kompasianer Efa Masriana Butar-Butar siap lepasliarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Gapey Sandy)

Kompasianer melepas-liarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)
Kompasianer melepas-liarkan tukik di Pantai Teluk Ujung, TWA Gunung Tunak. (Foto: Haryadi Yansyah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun