Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjelajah Bunker Masjid Al-Aqsa, Yerusalem (2)

14 April 2020   17:07 Diperbarui: 14 April 2020   17:06 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masuk ke bunker atau Masjid Al-Qadim. (Foto: Maria Karsia/acehtrend.com)

Begitu memasuki ruang bawah tanah, saya bisa langsung menatap lorong panjang berbentuk setengah lingkaran. Sebelum menapakinya, peziarah diwajibkan lebih dulu membuka sandal dan sepatunya. Dan simpan di rak kayu yang menempel di sisi kanan dinding.

Terowongan panjang setengah lingkaran ini diberi alas karpet shalat. Merah warnanya. Sejumlah jamaah perempuan tampak langsung menunaikan shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat. 

Sementara saya, terus melangkahkan kaki mengikuti panjangnya terowongan. Oh ya, terlihat cukup banyak kitab suci Al Qur’an untuk dibaca oleh para peziarah.

Agak di penghujung terowongan ada lagi tangga turun. Menuju ruang yang tidak lagi berbentuk setengah lingkaran. Ruangan tertutup dengan langit-langit dan dinding bercat putih. Cukup lapang. Lantainya pun tetap beralaskan sajadah shalat yang panjang berwarna merah.

Di ruangan ini ada sejumlah pilar batu cadas berwarna krem. Pilarnya berukuran raksasa dan menopang (menjadi pondasi) kubah Masjid Al-Qibli di bagian atas. Pilar batu cadasnya dilindungi (lebih tepat disebut ‘dikerangkeng’) dengan tiang-tiang beton yang kokoh.

Masuk ke bunker atau Masjid Al-Qadim. (Foto: Maria Karsia/acehtrend.com)
Masuk ke bunker atau Masjid Al-Qadim. (Foto: Maria Karsia/acehtrend.com)

Seni dan desain pahatan di langit-langit Masjid Al-Qadim. (Foto: Leo Kencono/UTM)
Seni dan desain pahatan di langit-langit Masjid Al-Qadim. (Foto: Leo Kencono/UTM)

Qasem Abu Dyyeh dalam bukunya Al Aqsa dan Ibrahimi di Tanah Palestina, Masjid Tersuci ke-3 dan ke-4 di Dunia menjelaskan: 

“Al-Aqsa Kuno terletak di bawah masjid Al-Aqsa (Qibli) dan akses masuknya melalui tangga-tangga batu yang terletak di dekat koridor tengah di sisi utara Masjid Qibli. Masjid tersebut (Masjid Al-Aqsa Kuno atau Masjid Al-Qadim - pen) adalah salah satu koridor yang terdiri dari dua koridor yang mengarah di luar Kompleks Masjid Al-Aqsa dari sisi selatan menuju istana Umayyah yang terletak di sebelah selatan Masjid Al-Aqsa di luar temboknya …”

Ia juga menyebutkan, 

“ … ada pilar batu besar yang merupakan pondasi kubah Masjid Al-Aqsa yang berdiri di atas masjid ini, Pilar-pilar ini sekarang didukung oleh jembatan (tiang - pen) beton yang ditambahkan pada tahun 1927.” (hal. 97)

By the way, Masjid Al-Qadim dibangun untuk meratakan sisi selatan Masjid Al-Aqsa agar sama rata dengan sisi utara. Selama berabad-abad, masjid ini dibiarkan tidak terurus dan berdebu. Hingga 1998, Masjid Al-Qadim masih ditutup. Barulah kemudian dibuka kembali untuk menjadi tempat shalat permanen pada tahun 1420 H/1999 M oleh Yayasan Al-Aqsha untuk pembangunan Kota Suci (Al-Aqsa Foundation for Endowment and Heritage) yang disponsori oleh Departemen Wakaf Islam. Kini, Masjid Al-Qadim bisa menampung sekitar 1.000 jamaah shalat.    

Jamaah UTM di Masjid Al-Qadim sebelum shalat Maghrib dan Isya. (Foto: Indra Maysala/UTM)
Jamaah UTM di Masjid Al-Qadim sebelum shalat Maghrib dan Isya. (Foto: Indra Maysala/UTM)

Sebagian jamaah UTM di Masjid Al-Qadim. (Foto: Devina Arifani/UTM)
Sebagian jamaah UTM di Masjid Al-Qadim. (Foto: Devina Arifani/UTM)

Terkait pilar-pilar raksasa di Masjid Al-Qadim tadi, mari flash back dulu.

Baitul Maqdis merupakan masjid kedua yang dibangun sesudah Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi. Ini sesuai dengan hadits dari Abu Dzar ra, beliau berkata: 

“Aku bertanya, “Wahai, Rasulullah. Masjid manakah yang pertama kali dibangun?” Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram”. Aku bertanya lagi : Kemudian (masjid) mana?” Beliau menjawab, “Kemudian Masjidil Aqsha”.

Lalu, Baitul Maqdis ini dibangun pertama kali oleh Nabi Sulaiman as. Hal ini juga sesuai dengan hadits dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, dari Rasulullah saw beliau bersabda: 

“Sesungguhnya , ketika Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” (Dalam riwayat lain berbunyi : Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Adapun yang dua, maka telah diberikan. Dan saya berharap, yang ketigapun dikabulkan)”

Jamaah UTM di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)
Jamaah UTM di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)

Pilar-pilar raksasa di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)
Pilar-pilar raksasa di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)

Nah, karena dibangun oleh Nabi Sulaiman as, apakah pilar-pilar raksasa tadi termasuk bahagian dari yang dikerjakan?

Nabi Sulaiman as adalah putra termuda dari Nabi Dawud as. Terlahir di Yerusalem. Allah SWT memberkahinya dengan banyak mukjizat, termasuk kemampuan berbicara dengan hewan dan mengendalikan jin. Dari sinilah, tidak sedikit yang meyakini, bahwa pilar-pilar raksasa di bawah Masjid Al- Qibli/Masjid Jami’ Al-Aqsa - atau di ruang bawah tanah Masjid Al-Qadim - itu, merupakan petilasan pekerjaan yang dilakukan oleh para jin.

Dikerjakan para jin? Wowwww … tidak heran, ukuran dan bentuk pilarnya begitu mencengangkan!

Al Qur’an sebenarnya sudah mengisahkan hal tersebut. Tercantum dalam Surat Saba’ ayat 12 dan 13.

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (QS. Saba' ayat 12)

Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (QS. Saba' ayat 13).

Salah satu pilar raksasa di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)
Salah satu pilar raksasa di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)

Jamaah UTM di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)
Jamaah UTM di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)

Pada sisi kanan pilar raksasa, ada ruang perpustakaan. Sayangnya, pintu perpustakaan ditutup. Mungkin karena hari sudah sore jelang malam, sehingga perpustakaan pun tutup. Tapi, di pintu kayu perpustakaan ditempel secarik kertas. Isinya buat saya berharga! Karena dipaparkan sejarah kehadiran perpustakaan ini. Perpustakaan Khutanya, namanya.

Berdasarkan tulisan tersebut, saat tentara Perang Salib menguasai Quds, area Masjid Jami’ Al-Aqsa/Masjid Al-Qibli difungsikan untuk mendukung kegiatan militer. Mulai dari tempat tinggal para ksatria (Masjid Al-Qibli), gudang penyimpanan amunisi (Masjid Al-Qadim), dan kandang kuda (Masjid Al-Marwani).

Lalu, pada saat Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan Yerusalem dari tangan tentara salib, 1191 M, Masjid Al-Qadim digunakan sebagai pemondokan para sufi (Sufi Lodge) dibawah pengawasan Syekh Ahmad bin Mohamad Shashahi. Nama itu sesuai kampung halamannya, Kota Shash, yang sekarang dikenal sebagai Tashkent, ibu kota Uzbekistan.

Pada 1345 M di masa pemerintahan Mamluk Muslim (1250-1517 M) seorang musafir atau sejarawan, Ibn Fadel Allah Al Omari menyebutkan, bahwa pemondokan para sufi ini kemudian diberi nama Khutanya. Karena, syekh yang bertanggung jawab atasnya adalah Syekh Al Khoutany. Berasal dari satu kota di Cina barat yaitu Khutan. Sejak saat itu, bangunan ini (Masjid Al-Qadim) dikenal sebagai Khutanya.

Perpustakaan Khutanya di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)
Perpustakaan Khutanya di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)

Perpustakaan Khutanya di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)
Perpustakaan Khutanya di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)

Pada masa Utsmaniyah, bangunan itu terabaikan, bahkan ditutup untuk umum. Untuk sementara, fungsinya dijadikan sebagai gudang tempat penyimpanan saja.

Pada 1996, perilaku Israel membuat geger dengan melakukan penggalian di selatan Kompleks Masjid Al-Aqsa. Lokasi penggaliannya sangat dekat dengan dinding pemondokan sufi Khutanya. Berbahaya, karena bisa meruntuhkan atau jebolnya dinding-dinding di Masjid Jami’ Al-Aqsa (Masjid Al-Qibli), Masjid Al-Qadim, dan Mushola Al-Marwani.

Anyway, memang Israel ini nafsunya gede banget pengen meruntuhkan Masjid Al-Qibli (Masjid Jami’ Al-Aqsha) dan meratakan Masjid ash-Shakrah (Dome of The Rock). Lalu, mengubah Kompleks Al-Aqsha menjadi tempat peribadatan Yahudi alias Kuil Sulaiman ketiga (the Third Temple). Karena menurut keyakinan mereka, kuil tersebut akan dibangun oleh messiah yang sudah dinanti-nantikan kehadirannya. Sang messiah akan membawa Israel pada masa gemilang saat masa Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as. Sekaligus memimpin eksodus umat Yahudi ke Israel, dan menjadi pemimpin dunia dari Yerusalem.

Terkait penggalian pada tahun kemenangan Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu dalam Pemilu Israel itu, bisa DR Thariq As-Suwaidan menulis: 

“Ketika pertikaian sedang mencapai puncaknya, Yahudi melakukan aksi penggalian sejumlah terowongan besar di bawah Masjidil Aqsa. Pada tanggal 25 September 1996, Israel mengumumkan pembukaan terowongan terakhir tepat di bawah tembok barat. Sejumlah perwakilan resmi pemerintahan Yahudi datang untuk acara pembukaan ini. Rakyat Palestina membalas tindakan ini dengan aksi perlawanan penuh amarah, hingga terjadilah sejumlah bentrok besar melawan kelompok ekstrimis Yahudi. Akibatnya, 75 orang Palestina tewas dan 1.600 terluka.” (Hal. 492, Eksiklopedi Palestina Bergambar : Pembahasan Lengkap Seputar Sejarah Palestina Sejak Sebelum Islam Hingga Abad Modern).

Suasana di dalam Perpustakaan Khutanya, Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)
Suasana di dalam Perpustakaan Khutanya, Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)

Suasana di dalam Perpustakaan Khutanya, Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)
Suasana di dalam Perpustakaan Khutanya, Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)

Ini bukan penggalian pertama kali. Penggalian Israel di ruang-ruang bawah tanah Masjidil Aqsa sudah dilakukan sejak 1387 H/1967 M. Karen Armstrong menulis: 

“Segera pula para rabi terlibat konflik sengit tentang cakupan sebenarnya dari tempat suci ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa seluruh Tembok Barat adalah suci, termasuk plaza di depannya. Mereka mulai menggali ruang-ruang bawah tanah di bawah Madrasah Tanziqiyyah, membangun sebuah sinagoge di salah satu ruang bawah tanah dan menyatakan bahwa setiap kamar atau ruang yang mereka gali adalah tempat suci.” (Hal. 583, Yerusalem : Satu Kota, Tiga Agama)

Sementara Isa al-Qadumi juga sama mendetil menceritakan kejadian pada 1967 itu: 

“Tindakan pertama yang dilakukan bangsa Yahudi adalah menguasai Dinding Buraq dan menghancurkan perkampungan di sebelah barat, serta meratakannya dengan tanah setelah empat hari menguasai al-Quds. Yahudi juga telah mengusir seluruh penduduk Muslim yang tinggal di perkampungan bagian barat sebelum menghancurkan masjid-masjid, sekolah terbaik, dan wakaf-wakaf Islam yang lainnya. Buldoser-buldoser Yahudi telah mengubur sejarah tanah wakaf Islam.” (Hal. 58, Masjidil Aqsha : 40 Fakta yang Belum Terungkap)   

Kembali ke penggalian pada tahun 1996 itu, peristiwa itulah yang kemudian menjadikan Gerakan Islam bekerja sama dengan Administrasi Masjid Aqsa dan ratusan relawan Muslim memutuskan untuk merehabilitasi Masjid Al-Qadim, dalam hal ini koridor panjang yang mengarah ke pemondokan sufi Khutanya. 

Usai memulihkan bangunan dan memasang karpet serta sistem listrik, maka Perpustakaan Umum Masjid dipindahkan ke pondok sufi Khutanya pada 1998. Sejak itulah, namanya ditetapkan sebagai Perpustakaan Khutanya.

Penggalian yang dilakukan Israel di bawah Masjid Al Aqsa. (Foto: Aljazeera)
Penggalian yang dilakukan Israel di bawah Masjid Al Aqsa. (Foto: Aljazeera)

Israel sudah membangun sinagoge di bawah Masjid Al Aqsa. (Foto: Aljazeera)
Israel sudah membangun sinagoge di bawah Masjid Al Aqsa. (Foto: Aljazeera)

Kabarnya, ada 130.000 buku dan 4.000 manuskrip di perpustakaan tersebut. Bahkan UNESCO mengakui perpustakaan ini memiliki “salah satu koleksi manuskrip Islam terpenting di dunia”.

Ya, sesudah selama berabad-abad, Masjid Al-Qadim dibiarkan tidak terurus dan berdebu, kemudian dibuka kembali pada tahun 1420 H/1999 M oleh Yayasan al-Aqsha untuk pembangunan Kota Suci. Masjid ini dapat menampung hingga 1.000 jamaah didalamnya.

Penjelasan di secarik kertas - terkait diubah-ubahnya fungsi masjid saat tentara salib berkuasa - yang ditempelkan di pintu kayu Perpustakaan Khutanya, cocok dengan yang ditulis dalam buku Ensiklopedi Palestina Bergambar karya DR Thariq As-Suwaidan.

Pada bab “Perang Salib” terutama saat “Runtuhnya Quds” dipaparkan mengenai Kompleks Masjid Al-Aqsa yang diinjak-injak.

Disebutkan: 

“Pasukan Nasrani memasuki Quds dengan buas. Penduduk Quds dibantai di jalanan-jalanan tanpa membedakan mana anak-anak dan mana orang dewasa, mana orang lemah dan mana orang sehat, mana lelaki dan mana perempuan”. (Hal. 144)

Selanjutnya: 

“Pasca pembantaian besar-besaran ini, kaum Nasrani mengubah Masjidil Aqsa menjadi beberapa bagian. Bagian utama mereka jadikan gereja, bagian lainnya mereka jadikan rumah untuk para ksatria (Ksatria Templar - pen), bagian lainnya mereka ubah menjadi gudang penyimpanan, dan lorong-lorong Aqsa mereka ubah menjadi kandang-kandang kuda, hingga Masjidil Aqsa dikenal sebagai kandang kuda Sulaiman.” (Hal. 145).

Lukisan Perang Salib. (Sumber: about-history.com)
Lukisan Perang Salib. (Sumber: about-history.com)

Lukisan Perang Salib. (Sumber: steemit.com)
Lukisan Perang Salib. (Sumber: steemit.com)

Bahkan, perlakuan mengubah fungsi bahagian Masjid Al-Aqsa sebagai kandang kuda para tentara Perang Salib ditulis juga dalam buku The Templar Legacy - Warisan Templar karya Steve Berry:

“Tetapi sembilan ksatria pendiri Ordo Templar itu menyibukkan diri dengan tugas yang lebih penting. Markas mereka berada di bawah kuil kuno, area yang dulu merupakan istal Raja Salomo, ruangan dengan kubah dan atas lengkung sangat panjang dan sangat besar, sehingga menurut cerita istal tersebut dulu menampung sekitar dua ribu kuda. Di sana, para ksatria itu menemukan lubang-lubang rahasia yang digali di antara bebatuan selama berabad-abad lalu, banyak dari lubang itu berisi gulungan naskah kuno, risalah, naskah seni dan sains, dan banyak hal tentang peninggalan ajaran Yudaisme.” (Hal. 229)

Semakin jelas, yang dijadikan kandang kuda itu tak lain adalah Masjid/Mushola Al-Marwani. Lokasinya juga ada di bawah tanah (mirip dengan Masjid Al-Qadim). Persisnya ada di sebelah timur Masjid Jami’ Al-Aqsa/Masjid Al-Qibli. Terdiri dari 16 koridor dengan luas 3.775 meter persegi dan memiliki dua pintu masuk dari sisi selatan dan lima pintu masuk dari utara.    

Bagaimana ksatria Templar ini mulai muncul dan “mengobrak-abrik” Masjid Al-Aqsha? 

Karen Armstrong di halaman 411 bukunya menjelaskan: “Awalnya tidak ada dana untuk merenovasi Masjid Al-Aqsha, yang rusak parah dan dijarah pada saat penaklukan. Baldwin - yang menjabat Patriark yang dimahkotai sebagai ‘Raja Bangsa Latin’ di Gereja Kelahiran di Betlehem, Kota Raja Daud - bahkan terpaksa menjual timah hitam yang melapisi atap. Kemudian, pada 1118, sekelompok kecil ksatria yang menyebut diri mereka Persaudaraan Prajurit Fakir Yesus Kristus (The Poor Fellow Soldiers of Jesus Christ) menghadap raja dan menawarkan pengabdian mereka. Mereka akan menjaga jalan-jalan Palestina dan melindungi para peziarah yang tak bersenjata dari orang-orang Badui dan bandit-bandit Muslim lainnya. Orang seperti merekalah yang sedang dibutuhkan kerajaan, dan Baldwin segera memberi mereka sebagian ruang Al-Aqsha menjadi markas mereka. Oleh karena letaknya dekat dengan Bait Tuhan (Temple of The Lord), para Prajurit Fakir kemudian dikenal sebagai Templar.”

Karen melanjutkan, “Ironisnya, para Ksatria Fakir ini segera kaya raya dan menjadi salah satu ordo terkuat dalam Gereja. Mereka mampu memperbaiki markas mereka di Al-Aqsha, yang menjadi sebuah perkampungan militer. Ruang-ruang bawah tanah Herodian menjadi istal mereka. Dikenal sebagai “Istal Salomo”, fasilitas itu mampu menampung lebih dari seribu ekor kuda bersama para tukang kuda. Tembok-tembok didirikan di dalam masjid untuk membuat ruang-ruang terpisah; gudang yang sarat senjata dan persediaan makanan, lumbung, pemandian, dan kamar kecil.”

Mihrab di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)
Mihrab di Masjid Al-Qadim. (Foto: Gapey Sandy)

Mihrab di Masjid Al-Qadim. (Foto: Leo Kencono/UTM)
Mihrab di Masjid Al-Qadim. (Foto: Leo Kencono/UTM)

Apa lagi yang bisa dijumpai di Masjid Al-Qadim? Mihrab. Ya, ceruk setengah lingkaran atau tempat kecil yang ada di dinding paling depan masjid atau mushola. Biasanya menunjukkan arah kiblat dan merupakan tempat untuk sang Imam memimpin shalat berjamaah. Ceruknya dibentuk dari batu alam nan indah berwarna krem. Padu padan dengan warna pilar raksasa yang ada di sebelah kanannya, dan dinding batu alam di sisi kiri serta belakangnya.

Konon, disinilah dulu Nabi Muhammad saw pernah shalat berjamaah bersama para Nabi dan malaikat. Wallahu a’lam bishawab.

Oh ya, "terjepit" diantara mihrab dan dinding pilar raksasa itu ada satu tempat shalat yang hanya bisa muat satu orang. Agak sedikit tinggi posisinya dari lantai, sekitar satu pijakan anak tangga.

Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: Leo Kencono/UTM)
Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: Leo Kencono/UTM)

Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)
Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)

Selain mihrab, peziarah juga bisa melihat langsung sebuah lubang yang permukaan atasnya sudah ditutup dengan pagar besi. Inilah sumur. Ada yang menyebutnya sebagai sumur air. Sebagian lagi mengatakan sumur minyak.

Yang menyebut sumur air misalnya, seperti ditulis aqsainstitute.org, “Di dalamnya terdapat sebuah sumur air yang sudah di tutup, sumur ini mempunyai air yang melimpah hingga penjajah zionis melakukan sebuah rencana untuk pengosongan air dan menjadikanya alasan untuk menyelinap masuk ke masjid al-Aqsha.”

Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)
Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: islamiclandmark.com)

Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: Maria Karsia/acehtrend.com)
Bekas sumur di Masjid Al-Qadim. (Foto: Maria Karsia/acehtrend.com)

Dan yang menganggapnya sumur minyak, mungkin sama seperti pengalaman perjalanan yang dituangkan Maria Karsia: “Ada juga sebuah sumur minyak tua yang dulunya masih keluar api dan dapat menghangatkan masjid, namun tak jelas sejak kapan sumur itu tak lagi mengeluarkan minyak. Kita dapat menengok sumur yang tak terlalu dalam dari celah-celah penutupnya.”

Semoga umat Muslim tetap dapat mempertahankan Masjid Al-Aqsa, terutama dari Israel yang terus berusaha menghancurkan dan ingin menggantikannya dengan membangun Kuil Sulaiman ketiga. (*)

Baca tulisan sebelumnya:

- Menjelajah Bunker Masjid Al-Aqsa, Yerusalem (1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun