Keluar masuk lorong dan koridor di kota tua Yerusalem, saya mulai dari Pintu Gerbang Jaffa (Jaffa Gate). Tak berapa lama, sampailah saya di Kompleks Masjid Al-Aqsa. Semua kisahnya sudah saya tuangkan di tulisan sebelumnya: Blusukan di Yerusalem dan Kaos “I Love Israel”.
Masjid Al-Aqsa, kata sebagian pendapat, merupakan sebuah KOMPLEKS SELUAS 144.000 meter persegi. (Bandingkan dengan Masjid Istiqlal di Jakarta yang luas tanahnya 93.200 meter persegi).
Kompleks Masjid Al-Aqsa dinamakan juga Al-Haram Asy-Syarif (Tanah Suci yang Mulia), ada juga yang menyebut Al-Haram Al-Qudsi Asy-Syarif (Tanah Suci Yerusalem yang Mulia). Sedangkan Israel dalam Bahasa Ibrani menyebut Har HaBayit atau Bukit Bait (Suci).
Di kompleks berbentuk mirip trapesium - yang lahan dikelilingi tembok batu alam - itu ada Masjid Al-Qibli - ada yang menyebutnya sebagai Masjid Jami’ Al-Aqsa -, dan ada juga Masjid Qubah Batu/Masjid ash-Shakrah (Dome of The Rock) dengan kubah keemasan. Jadi, kalau ditanya, yang mana Masjid Al-Aqsa itu? Tidak sedikit yang jawabannya, Masjid Al-Aqsa itu adalah kompeksnya, sedangkan dua masjid tadi ada di dalam kompleksnya. (Meskipun sejatinya, masih ada lagi sejumlah masjid dan mushala di Kompleks Masjid Al-Aqsa ini, lho)
Jadi bingung soal penamaan? Tak perlu. Karena, bahkan untuk Kota Yerusalem saja, sejarah mencatat punya banyak nama. Penamaan kota suci ini tergantung dari otoritas siapa yang sedang berkuasa di zamannya.
Bangsa Kan’an misalnya, pada sekitar 3.000 tahun SM menamainya “Ursalim” yang berarti Kota Tuhan yang Damai. Lalu dalam Bahasa Ibrani penyebutannya menjadi “Yerusalem” yang artinya “Baitul Maqdis” (rumah suci). Kemudian di masa otoritas Yunani, namanya diubah lagi jadi “Elia” artinya “Baitullah”.
Belum selesai. Ketika Kabilah Yabus - salah satu klan Kan’an Arab - tinggal pada 2.500 tahun SM, Yerusalem mereka namakan “Kota Yabus”. Sedangkan saat otoritas Yahudi berkuasa, namanya diganti lagi jadi “Kota Dawud”.
Saat Khalifah Umar bin Khattab ra memasuki Yerusalem pada 636 M/15 H - usai tentara Islam memenangkan pertempuran dibawah kepemimpinan Abu Ubaidah bin al-Jarrah -, nama Kota Elia diganti menjadi “Kota al-Quds”.