Berkat dana bantuan sosial PKH, jujur Daniyah mengungkapkan, sangat terbantu sekali dalam hal membiayai pendidikan buah hatinya. Apalagi memang, KPM PKH mewajibkan penerima manfaat di bidang pendidikan, mendaftarkan dan memastikan kehadiran anggota keluarganya, ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan menengah.
"Saya sampai tidak berani mengutak-atik dana bantuan sosial PKH itu untuk kebutuhan lain, di luar urusan pendidikan. Pokoknya saya fokus, dana itu buat biaya sekolah anak-anak saya. Saya mau, anak-anak saya bisa lebih pandai dan sekolah tinggi, tidak seperti saya dan suami," tutur Daniyah merendah.
Mulailah Daniyah dan Tarsono berkreasi. Mereka memikirkan untuk membuat eksperimen. Keren sekali bukan, istilahnya? Ya, inovasi. Bakso-bakso dengan penampilan baru. "Saya dan suami mulai coba-coba membuat Bakso Cabe Rawit, ini bakso berisi potongan cabe rawit. Pedas? Pasti. Ternyata, sampai saat ini banyak yang suka. Lalu, Bakso Keju, Bakso Urat, Bakso Iga, Bakso Tetelan, Bakso Telor, Bakso Kikil, Bakso Ceker, dan Bakso Beranak. Sebutan 'beranak' karena memang ada bakso di dalam bakso," urai Daniyah sembari tersenyum.
Perlahan tapi pasti, inovasi bakso dagangan Daniyah dan Tarsono membuahkan hasil menggembirakan. Bayangkan. Saat ini, untuk jualan tiap akhir pekan, Bakso Urat "Mas Joko" sanggup menghabiskan 40 kilogram daging. Sedangkan mie kuning dan mie putihnya, bisa menghabiskan empat kilogram. "Kalau hari biasa, paling cuma 25 kilogram daging saja," ungkap Daniyah.
Hidup Daniyah berubah. Dari yang semula papa, menjadi sejahtera. "Antara lain, berkat adanya dana bantuan sosial PKH," akunya sembari menyatakan keinginan untuk buka cabang jualan bakso. "Tapi, harapan itu masih belum kelihatan nyata. Kendalanya, pada faktor waktu dan tenaga saya, serta suami. Tenaga kami masih terbatas."
Berkat PKH, Daniyah merasakan berkah. "Sekalipun ada Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang memang menjadi hak kami, sebagai salah satu KPM PKH, tapi tak jarang, saya ikhlaskan berbagi, kepada mereka yang lebih membutuhkan. Saya yakin, dengan berbagi, rezeki akan mengalir lagi," terangnya sambil menyatakan kesudiannya bila suatu saat, lulus dari KPM PKH. "Semua terserah dari penilaian pendamping dan pengelola program. Saya manut, patuh."
Tak urung, Presiden Joko Widodo pun sempat mengambil contoh Siti Jariyah, warga Bekasi. Siti, dulunya hanya berjualan lontong sayur seadanya. Namun berkat bantuan sosial PKH, ia dapat menunjukkan kepada dunia, bahwa sukses bukan milik segelintir mereka yang punya banyak materi semata. Â
"Dulu Bu Siti dan suami kekurangan dalam membiayai hidup anak-anak. Tahun 2015, Siti mulai berjualan lontong sayur dibantu melalui PKH dan sekarang usahanya berkembang pesat. Sekarang sudah terima pesanan dan katering untuk acara kantor dan kawinan," ujar Presiden ketika menyampaikan Pidato Kebangsaan di Sentul International Convention Center, Jawa Barat, Minggu (24/2). Jokowi juga mengatakan, manfaat PKH akan ditingkatkan dengan pemberian Kartu Sembako Murah. Presiden pun menunjukkan contoh kartunya.