Ya, selain ada sinyalemen 84 WNI menaruh uangnya di Swiss, dan ditaksir jumlah totalnya mencapai sekitar US$ 195 miliar atau sekitar Rp 2.535 triliun (kurs Rp 13.000 per US$), pertengahan tahun kemarin beredar kabar, bahwa Pemerintah sedang mengupayakan menarik kembali uang-uang negara yang telah diselewengkan. Pihak Kejaksanaan Agung RI mengklaim telah memblokir rekening koruptor di sejumlah bank di Swiss yang nilainya mencapai kira-kira US$ 15,5 juta. Diantara yang diblokir itu adalah milik milik mantan Direktur Utama Bank Mandiri ECW Neloe dan pejabat Bank Global.
* * *
Presiden Jokowi sudah membuktikan tajinya untuk memburu aset koruptor di luar negeri, utamanya tax heaven countries. Swiss, misalnya. Dengan adanya MLA atau mutual legal assistance antara Indonesia -- Swiss, maka bisa digunakan untuk membantu proses hukum penyidikan, penuntutan, sampai eksekusi putusan yang berkekuatan hukum tetap. Penyidikan bisa keterangan saksi, mencari keberadaan seseorang, mengetahui apakah ada aset berupa moveable aset, rumah, tanah dan lainnya. MLA bisa menjangkau hal-hal tersebut yang selama ini "tabu dan tersembunyi".
Jokowi, calon presiden petahana dengan nomor urut 01, sudah mengerjakannya!
Sementara Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02, berkoar-koar dalam bukunya berjudul "Paradoks Indonesia". Penyuka kuda ini bilang, pada akhir 2016 -- sambil mengutip data Pemerintah -, ada Rp 11.000 triliun kekayaan orang Indonesia yang disimpan di bank-bank di luar negeri. Mengingat APBN atau anggaran belanja negara kita saat ini hanya Rp 2.000 triliun, jumlah ini lebih dari 5 kali lipat APBN kita.
Masih dibukunya itu pula, Prabowo menulis, kita sekarang hanya menjadi pesuruh bangsa lain. Kita hanya menjadi bangsa kacung.
Haddeeeeuuuhhhhh ... daripada nyerocos kaya 'gitu, mendingan Prabowo memberi masukan sepengetahuan dan sejujurnya ia saja, tentang berapa besar dana Keluarga Cendana dan para kroni yang masih ngetem di luar negeri? Dimana sajakah itu? Tentu, hal ini akan jauh lebih bermanfaat 'tuh, daripada "kutip sana-sini" lalu "tuding ini-itu".
Jokowi sudah dan masih bekerja keras. Pakde bekerja dan menampik jadi bangsa kacung. Gagah dan mantap berdiri menentang aneka penyelewengan anggaran dan keuangan. Bukan saja di dalam negeri, bahkan di luar negeri. Jokowi berani. Kita berani!
Jangan kasih kendor, kejar terus aset koruptor dimana saja berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H