"Relawan lainnya, Pertamina juga menerjunkan 154 relawan operator SPBU dan 39 relawan operator SPPBE. Semuanya sengaja dikirimkan oleh Pertamina dalam masa pemulihan Sulteng pascabencana," ujar Arya di acara Kompasiana Nangkring bertajuk #PertaminaPeduliSulteng, 17 Oktober, di Jakarta.
Arya menerangkan, keberadaan energi sesaat sesudah bencana Sulteng terjadi, merupakan urat nadi dan kata kunci bagi pemulihan wilayah terdampak. "Makanya, waktu itu, kami segera melakukan koordinasi reaksi cepat. Kami juga melakukan RAE atau Reguler Alternative Emergency, sesuai standar operasi dan prosedur yang sudah ada. Artinya, kami sebenarnya sudah siap secara kebijakan, bila harus menghadapi kondisi darurat (bencana) seperti ini," terangnya.
Implementasi tanggap darurat yang dilakukan Pertamina ini antara lain, 164.000 tabung LPG dikirimkan sampai 12 Oktober 2018, termasuk 113.000 tabung yang dimanfaatkan untuk Operasi Pasar di lokasi terdampak bencana paling parah: Palu, Donggala dan Sigi.
"Sampai tanggal itu pula, Pertamina sudah berhasil memulihkan 95 persen operasional SPBU. Malah pada 10 Oktober, sudah 10 SPBU yang berhasil dioperasikan selama 24 jam," tutur Arya.
Sebelumnya, selama tiga hari nonstop (3-5 Oktober), Pertamina mengirim 11.000.000 liter BBM menggunakan kapal tanker melalui jalur laut dari Balikpapan, Kalimantan Timur.
Ada maskot yang berhasil menjadi simbol kepedulian Pertamina untuk menyalurkan "Energi Untuk Sulteng". Yaitu, dioperasikannya pesawat tipe AT 802 yang sanggup membawa solar dengan kapasitas 4.000 liter.
Pesawat Air Tractor ini ulang-alik, membawa BBM, dari Bandara Juwata, Tarakan, Kalimantan Utara ke Bandara Mutiara SIS Al Jufrie di Palu. Solar yang diangkut menggunakan Air Tractor warna kuning ini jelas sangat membantu dalam operasi pemulihan Palu dan Donggala pascabencana.
Pertamina sudah tidak canggung lagi mengirim BBM menggunakan pesawat kecil nan lincah ini. Maklum, pesawat khusus ini juga sudah digunakan untuk mendistribusikan BBM ke wilayah 3T atau Terdepan, Terluar dan Tertinggal. Khususnya ke Krayan, Nunukan, Kaltara, dan Puncak Jaya di Papua. Semua ini dilakukan Pertamina, untuk mendukung program pemerintahan Joko Widodo -- Jusuf Kalla yang menetapkan kebijakan BBM Satu Harga.
Kehadiran dan respon Pertamina yang tanggap darurat bencana memang laik menjadi teladan. BUMN ini memang mewujudkan tagar "Pertamina Peduli Sulteng" secara baik. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H