Angin dingin yang kencang benar-benar tak bisa dihindari di atap Kelimutu ini. Dingin juga terasa kian luar biasa, utamanya terasa di dahi, telinga, hidung dan bibir. Makanya, lebih baik buat yang mau ke sini, bawalah jaket tebal lengkap dengan tutup kepala, syal lilit leher, sarung tangan, kaos kaki tebal, topi dan kacamata hitam. Bbbrrrrrrrr ... selain bikin menggigil, angin kencang juga jadi momok tersendiri ketika kita hendak membuat video blogging, Vlog. Karena, suara yang masuk ke microphone akan kalah dengan suara terpaan angin.
Di puncak Kelimutu, di sekitar monumen terdapat beberapa warga setempat menjajakan minuman dan camilan. Ada juga yang menjual kain tenun ikat, diantaranya dengan memajang kain-kain tersebut di pagar besi pengaman layaknya jemuran. Yaaahhh ... alangkah lebih baik, menjual kain tenun ikatnya di lapak khusus saja. Supaya pemandangan di puncak gunung ini terjaga rapi, asri, sedap dipandang, selain bikin gampang orang yang motret ambil angle.
Nah, satu danau di sisi barat yaitu Tiwu Ata Mbupu atau danau yang menjadi tempat arwah para orang-orang tua. Warna danau ini agak biru pekat. Untuk menuju ke sini, jauh jarak yang musti kita tempuh adalah 1.300 m dari tempat parkir kendaraan.
Usai menikmati matahari terbit di horizon timur dan sinar hangatnya mulai makin hangat, biasanya wisatawan meninggalkan puncak Kelimutu. Tapi bukan berarti obyek wisata ini akan sepi. Sama sekali tidak. Karena, ketika matahari mulai bergerak meninggi pun, justru semakin banyak wisatawan lain yang baru tiba dan lakukan pendakian.
Pokoknya, karena kondisi sudah terang benderang, maka semua bisa kelihatan jelas, termasuk pemandangan ciamik danau Tiwu Ata Polo yang bisa disaksikan dari bibir kawah. Meskipun, tetap harus hati-hati, waspada dan patuhi aturan batas pagar besi pengaman.
o o o O o o o
Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi parkir kendaraan, jalan yang ditempuh berbeda dengan ketika baru hendak mendaki. Tentu saja ini bagus, untuk memecah kerumunan pengunjung antara yang baru datang dengan mereka yang hendak bersiap pulang. Tidak sulit jalan yang harus dilalui untuk ke parkiran. Malah pengunjung bisa selfie kala menemukan bunga-bunga bermekaran indah di pinggir jalan. Kicau burung aneka nada, pepohonan rindang dan rerumputan hijau menyatu dengan jalan yang lembab.
Elang Flores juga ada di sini. Burung empunya nama ilmiah Nisaetus Floris ini gampang-gampang susah ditemui di TN Kelimutu karena jumlah raptor endemik NTT ini terus berkurang. Bahkan, sudah masuk red list sebagai critically endangered yang artinya, selangkah lagi akan punah di alam. Tahun 2017, jumlahnya disebut-sebut tinggal sisa 8 individu. Fauna lain misalnya Monyet Kra, Burung Decu Belang, Ular Piton, Burung Dara Timor dan masih banyak lagi.