Larangan sementara dan terbatas ini, menurut Aloysius, karena di sekitar area tengah perkampungan ada bangunan-bangunan makam leluhur. "Sedangkan dalam adat tradisi kami, diyakini betul bahwa setiap arwah-arwah dari orang yang meninggal dunia akan berkumpul di tiga danau yang ada di Kelimutu, meskipun jasadnya dimakamkan di kampung ini," jelas Aloysius.
Oh ya, Aloysius mengatakan, bagi pengunjung atau wisatawan yang ingin menginap di kampung tradisional ini dipersilakan. "Ada rumah hunian warga yang bisa digunakan untuk home stay atau menerima tamu menginap, apakah itu wisatawan domestik maupun mancanegara," ujarnya sambil menjelaskan pula bahwa soal pernikahan antar sesama warga suku Lio misalnya, tidak terdapat larangan. "Pernikahan boleh saja dilakukan, karena bukankah darah itu sama-sama merah. Begitu juga kalau warga kami yang merantau ke berbagai daerah kemudian menikah dengan warga suku lain, ya tidak mengapa."
Sedangkan jadwal take off pesawat terbang saya dari Bandar Udara Haji Hasan Aroeboesman Ende adalah jam 14.40. Yaahhh ... mungkin lain waktu bisa ke sini lagi, ke Kampung Tradisional Wologai Tengah yang menyimpan kisah cerita misteri tentang konon pernah adanya kendang yang dibuat dari kulit perut manusia. Uuupppsss ...
o o O o o
Baca juga tulisan sebelumnya:
- Tuhan Titipkan Sorgum lewat Maria Loretha
- Hangatnya Adat Sambut dan Lepas Tamu di Kabupaten Sikka
- Pakai Pewarna Alami, Tenun Ikat Makin Memikat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H