"Itu baru pencemaran dalam satu hari. Lalu bagaimana kalau air tercemar pewarna bahan kimia itu dibuang dalam rentang waktu seminggu, sebulan, setahun, lima tahun, sepuluh tahun?" ujar Daniel dengan nada kesal.
"Saya tidak heran, karena semenjak tahun '70-an, di sini sudah berlangsung 'gerakan' pencemaran alam dan lingkungan," prihatinnya.
"Syaratnya, kain tenun ikat yang akan diserahkan tersebut tidak boleh yang sudah dijahit, atau ada jahitannya. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah, kalau untuk upacara adat, kain tenun ikat yang akan digunakan harus memiliki rumbai-rumbai benang pada masing-masing ujung kainnya. Rumbainya pun harus diperhatikan lagi, tidak boleh ada bekas pemotongan rumbai pada setiap bagian paling ujung dari rumbai. Artinya, rumbai harus utuh," ujar Daniel.
"Sebenarnya pula, kain tenun ikat yang pernah digunakan untuk upacara adat tidak boleh diperjualbelikan. Kain itu harusnya dijahit atau dipakai sendiri saja. Tetapi mungkin karena tekanan dan kebutuhan ekonomi, maka kain tersebut terpaksa dijual ke pasar," kata Daniel lagi.
Oh ya, bagaimana juga tuh dengan kain tenun ikat yang khusus dipakai pria?
"Tenun ikat yang biasa digunakan kaum perempuan tidak boleh dikenakan oleh kaum pria. Begitupun sebaliknya. Ya, kecuali kalau digunakan untuk selimut tidur, misalnya. Tenun ikat untuk pria lebih rumit pengerjaannya, karena motif dan desain disusun satu per satu dari sisi dalam. Dengan kata lain, ketika proses penenunan, barulah motifnya disusun. Beda dengan kain atau sarung untuk kaum perempuan yang langsung ditenun sekaligus dengan motifnya," terang Daniel. Â
Motif Tenun Ikat dan Makna Simboliknya
Beberapa contoh motif dan makna filosofis tenun ikat juga dituturkan Daniel. Antara lain, pada setiap kain tenun ikat yang biasa dipakai untuk upacara adat, di bagian tengahnya selalu terdapat motif garis tengah yang lebih lebar dibandingkan dengan sisi kiri maupun kanannya. "Kata 'tengah' dalam bahasa di sini disebut hina. Selain itu, kata hina juga berarti Mama. Kenapa simbol Mama ada di bagian tengah? Jadi sebenarnya, orang zaman dulu sudah melukiskan melalui motif tenun ikat, bahwa simbol Mama ada di bagian tengah karena Mama adalah pusat atau sumber dari kehidupan. Artinya juga, Mama harus selalu dilindungi dan dijaga," urai Daniel.