Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agus dan Tuli yang Bukan Berarti Berhenti Peduli

23 Juni 2018   06:53 Diperbarui: 23 Juni 2018   08:14 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Solihin, difabel tuli yang penuh peduli untuk terus menggali potensi diri dengan bekerja mencari nafkah untuk keluarga. (Foto: Gapey Sandy)

Menyimak penuturan Agus yang bertekad kuat ingin pergi haji atau umroh ke tanah suci, rasa-rasanya tak berlebihan kalau saya termasuk yang mendoakan agar Agus bisa menerima kado umroh allianz dari Allianz. Andai menjadi kenyataan, dan Agus bisa beribadah umroh, tentu sangat menjadi kebahagiaan bagi dirinya dan juga keluarga serta orang-orang baik di sekelilingnya. Insya Allah, aamiin.

Agus Solihin bekerja membuat boneka cinderamata. (Foto: Dokpri. Ali Wafa Al-aziz)
Agus Solihin bekerja membuat boneka cinderamata. (Foto: Dokpri. Ali Wafa Al-aziz)
"Sekarang ini, apa cita-cita hidup Agus?" tanya saya kepada Agus yang diterjemahkan lagi oleh Ali lewat bahasa isyarat.

Agus pun menguraikan jawabannya melalui gerakan-gerakan jemari berbicara. "Umur saya ini sudah tua. Saya cuma punya harapan untuk bisa bekerja secara lebih baik saja demi membahagiakan keluarga. Tapi, saya juga punya keinginan untuk lebih memperdalam ilmu agama. Saya mau jadi pendakwah," kata Agus.

Untuk mewujudkan harapannya itu, Agus mengaku cukup aktif belajar ilmu agama. Tentu, bersama dengan komunitas tuli. Tempatnya, di salah satu masjid yang ada di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Waktunya, setiap Kamis malam.

"Dari pengajian tersebut, saya mengambil banyak pelajaran bahwa sesama anak manusia tidak boleh suka marah-marah. Harus ramah. Tidak boleh juga mencuri, karena hal itu haram hukumnya. Dosa," ujar Agus.

Begitulah Agus Solihin. Anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan ayah almarhum Sukama dan ibu Sadah ini memang tidak main-main dalam urusan bekerja. Agus percaya bahwa bekerja itu ibadah. Jadi, tidak ada istilah mengeluh dan keberatan dalam melakukan setiap pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya.

Agus Solihin dan boneka cinderamata buatannya. (Foto: Dokpri. Ali Wafa Al-aziz)
Agus Solihin dan boneka cinderamata buatannya. (Foto: Dokpri. Ali Wafa Al-aziz)
Malah, pada saat tanggal merah sekalipun, Agus yang harusnya libur bekerja, justru memilih untuk tetap masuk kerja dan melakukan pekerjaan bermanfaat lainnya. "Saya membantu pemilik tempat cuci mobil/motor ini dengan membuat boneka cinderamata. Saya cukup bisa melakukannya karena diajari dengan baik. Saya senang juga melakukannya. Sekalipun libur kerja, tapi saya masih tetap produktif mengisi waktu ini," ujarnya penuh syukur dalam bahasa isyarat.

Alhamdulillah, dari sosok Agus kita bisa menemukan inspirasi penuh budi pekerti. Meski memiliki keterbatasan fisik, Agus tetap mengajarkan bersikap bajik. Menunaikan tanggung-jawab diri secara sungguh-sungguh, demi merengkuh masa depan keluarga -- anak dan istri - yang lebih baik.

Melalui Agus, kita jadi banyak belajar memaknai kerasnya perjalanan hidup ini. Tuli, bagi Agus, bukan berarti alasan untuk berhenti peduli.

Subhanallah ...

Catatan ini juga ditayangkan di microsite Allianz https://kadoumroh.allianz.co.id/. Anda bisa ikut membagikan kisah inspiratif pada link ini dengan menggunakan hashtag #KadoUmrohAllianzKompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun