Sandiaga Uno bikin heboh. Wakil Gubernur DKI Jakarta ini baru saja meresmikan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) PAL-Andrich Tech System, sebuah teknologi pengolahan air lumpur tinja. Sistem ini buatan dua ilmuwan PT MJH Lestari Internasional yaitu Andri Oba dan Chairunnas.
Kagum dengan teknologi ini, Sandi mengatakan, teknologi pendahulunya yang dimiliki Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PAL) Jaya masih butuh waktu 7 hari guna mengolah air tinja menjadi air bersih.
"Ini dalam waktu setengah jam bisa menjadi air yang bisa digunakan untuk utilitas," kata Sandiaga Uno di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat (23 Mei 2018) seperti dikutip tempo.co.
Sistem ini mampu mengolah 80 meter kubik lumpur tinja per hari dari total 150 kubik yang setiap harinya masuk ke IPLT Duri Kosambi. Tidak hanya menghasilkan air bersih, ampas sisa lumpur tinja olahan juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk atau sumber bahan bakar. Air bersihnya itu sendiri, menurut Sandi, bisa digunakan untuk mengairi pertanian juga perkebunan di kawasan sekitar.
Sementara itu, Direktur Utama PD PAL Jaya Subekti menuturkan limbah tinja bisa diolah menjadi air bersih dengan baku mutu tinggi, yaitu 68. Tapi, biarpun begitu, pihaknya tidak memberi saran air bersih itu dikonsumsi. "Secara kualitas sebenarnya sudah air minum, tapi kan tidak semata-mata itu," katanya kepada tempo.co.
Apa yang dilakukan Sandiaga Uno sebenarnya bukan ide baru yang brilian-brilian amat. Biasa saja. Cuma, karena sistem ini termasuk yang cukup disruptive untuk teknologi pengolahan limbah tinja, maka kesannya menjadi "super wah".
Dianggap biasa, karena memang IPLT sudah sejak lama ada. Malah sudah dioperasikan dimana-mana. Di Medan, Sumatera Utara misalnya. Januari kemarin, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya membangun IPLT on site yang dioperasikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi. Kemampuannya lumayan hebat lantaran sanggup melayani 50.000 kepala keluarga (KK). Angka ini bahkan jauh melampaui sambungan perpipaan air yang cuma 20.000 KK saja.
Unit-unit IPLT yang mayoritas ada tadi masih konvensional pengolahannya. Artinya, menggunakan model beberapa bak penampungan yang kemudian saling terhubung sehingga akhirnya menghasilkan air bersih. Kondisi demikian sedikit berbeda dengan sistem yang dikagumi Sandiaga Uno. Dalam bahasa Wagub DKI Jakarta ini, Sistem Andrich - yang 94 persen teknologinya diklaim merupakan kandungan lokal - sederhana, mudah dioperasikan, energi yang dihabiskan tidak banyak, dan memakai gelombang fisika.
Secara kasat mata, melalui foto-foto pemberitaannya pun bisa kita lihat. Model Sistem Andrich ini tidak menggunakan bak-bak penampungan yang digali dan dipermanenkan di permukaan tanah. Melainkan pakai tangki pengolahan yang tentu saja lengkap dengan pipa-pipa penyaluran, termasuk pipa untuk menyalurkan lumpur tinja dari truk pengangkut.
Lumpur tinja dari truk pengangkut dipompa dengan tenaga dorong menuju ke dalam tangki reaksi kimia, lalu dialirkan ke unit pengapungan, dan kemudian mengalami proses dengan teknologi Andrich. Nah, air hasil pengolahan ini kemudian dialirkan ke sebuah kolam tangki buatan yang dihuni beberapa ekor ikan.