Akan tetapi, Roeslan mendapat kritik dari sebagian pers Indonesia karena mengorganisasi sebuah Hospitality Committee, komite keramah-tamahan menerima tamu. Komite tersebut menyediakan bagi anggota-anggota peserta fasilitas lady's escort, kumpulan wanita yang menemani delegasi di waktu santai dan istirahat. Menurut sejarawan Australia, John Legge, dalam bukunya Sukarno, atas dorongan Sukarno diadakan pilihan di kalangan mahasiswa perempuan, lalu dari mereka disediakan sejumlah hostess yang pintar.
Konon mereka diberi peran sebagai Mata Hari, spion Belanda yang sebagai istri perwira pernah hidup di Surabaya pada awal abad ke-20, kemudian jadi penari nightclub di Paris, selanjutnya jadi spion untuk Jerman dalam Perang Dunia I (1914-1918), untuk akhirnya ditembak mati oleh regu eksekusi Perancis. Benar tidaknya ada Mata Hari-Mata Hari di Konferensi AA, wallahu a'lam.  Â
Kritik pers Indonesia bertalian dengan adanya Hospitality Committee menurut Ide Anak Agung Gde Agung dalam bukunya , Twenty Years Indonesia Foreign Policy 1945-1965, istimewa datang dari "surat kabar" Jakarta yang dibaca luas dan populer Indonesia Raya yang editornya adalah wartawan masyhur Mochtar Lubis.
Sebab, bisa jadi apa yang menjadi ranah tugas lady's escort adalah seperti yang dikemukakan dan dijalani oleh Popong Otje Djundjunan. Baca wawancara saya dengan Ceu Popong, yang waktu menjadi relawan KAA 1955, baru berusia 18 tahun dan statusnya siswi kelas I SMAN 5 Bandung.
"Tugas Ceu Popong waktu itu adalah untuk menemani si delegasi-delegasi itu sambil menjelaskan makanan ini dibuat dari apa. Waktu itu kegiatannya di Hotel Homann. Malam (hari). Jadi peserta-peserta konferensi, semua kepala-kepala negara kumpul di sana. Untuk itu ada semacam silaturahmi dan diantaranya ada makanan-makanan tradisional, nah itu harus dijelaskan oleh kita. Bajigur misalnya, dibuatnya dari apa," tutur Ceu Popong, politisi Partai Golkar yang juga anggota dewan tertua, ketika saya wawancarai, Jumat, 13 April 2018.
o o oOo o o
Baca juga tulisan sebelumnya:
Serba-serbi Konferensi Asia-Afrika Pertama, Mulai dari Kamera "Jadul" hingga Bajigur
Cerita Ceu Popong: Dari KAA 1955, Bohongi Presiden Mesir sampai Kekurangan Jokowi