Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Saribu Rumah Gadang", Pesona Peradaban Nenek Moyang

6 Maret 2018   16:04 Diperbarui: 9 April 2018   08:02 7005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ukiran yang luar biasa mengagumkan di Rumah Gadang Istano Daulad Yang Dipertuan Bagindo Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah. (Foto: Gapey Sandy)

Piagam Penghargaan untuk Saribu Rumah Gadang sebagai Juara 1 Kampung Adat Terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2017. (Foto: Gapey Sandy)
Piagam Penghargaan untuk Saribu Rumah Gadang sebagai Juara 1 Kampung Adat Terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2017. (Foto: Gapey Sandy)
Pemkab Solok Selatan terus berbenah demi mengembangkan Kawasan Saribu Rumah Gadang. (Foto: Gapey Sandy)
Pemkab Solok Selatan terus berbenah demi mengembangkan Kawasan Saribu Rumah Gadang. (Foto: Gapey Sandy)
Rumah gadang yang dikelola Upik Pandu sudah terdaftar sebagai rumah gadang ke-10 yang sekrang difungsikan sebagai tempat penginapan, home stay. "Mulai dibuka sejak 1,5 tahun lalu. Tamu-tamu yang menginap baru wisatawan lokal saja. Ada 5 kamar yang disewakan. Tarifnya Rp 200 ribu per kepala per malam, dan sudah termasuk makan malam juga sarapan pagi. Anak usia 12 tahun ke bawah, dihitung gratis," jelas Upik Pandu seraya menerangkan bagian dalam penginapan di rumah gadangnya.

Ketika masuk ke rumah gadang Upik Pandu, saya melihat sendiri ada dua kasur besar yang sudah siap dipasang di sisi sebelah kanan rumah. Lalu di atasnya atau pada bagian anjung sisi kanan ada kamar lagi yang hanya menggunakan tirai sebagai penutup. Sedangkan pada anjung sebelah kiri ada dua kamar siap huni yang dilengkapi pintu kayu serta bisa dikunci. Beralaskan karpet merah, saya melihat ada 1 televisi tabung dan 1 kipas angin yang melengkapi fasilitas rumah gadang sebagai home stay ini. Lampu penerangan listrik terasa cukup karena jendela kayu dan kaca yang ada di rumah gadang ini cukup membawa masuk cahaya terang dari luar.

Oh ya, untuk menuju ke pintu masuk rumah gadang ini, tangganya sudah bukan kayu lagi, tetapi sudah dibangun memakai batu juga plesteran semen. Begitu naik ke bagian depan rumah gadang, terdapat 4 kursi dan 2 meja tamu. Di salah satu meja dipajang copy lembaran piagam penghargaan untuk SRG sebagai Juara 1 Kampung Adat Terpopuler pada ajang Anugerah Pesona Indonesia 2017 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata RI.

Penulis bersama Upik Pandu yang mengelola Rumah Gadang Datuak Djopanjang sebagai home stay. (Foto: Gapey Sandy)
Penulis bersama Upik Pandu yang mengelola Rumah Gadang Datuak Djopanjang sebagai home stay. (Foto: Gapey Sandy)
Kondisi di dalam Rumah Gadang Datuak Djopanjang yang dijadikan sebagai home stay. (Foto: Gapey Sandy)
Kondisi di dalam Rumah Gadang Datuak Djopanjang yang dijadikan sebagai home stay. (Foto: Gapey Sandy)
Presiden Jokowi Perintahkan Revitalisasi

Kawasan SRG semakin menjadi tujuan wisata favorit, selain karena terpilih sebagai Kampung Adat Terpopuler 2017, juga karena Presiden Jokowi sudah menugaskan Kementerian PUPR untuk melakukan revitalisasi atas Kawasan SRG yang merupakan cagar budaya di Solok Selatan.

"Saya ingat betul waktu naik Gunung Kerinci tahun 1983 lewat ke Solok Selatan. Kekaguman saya akan rumah tradisi, rumah adat yang sangat cantik dan indah," ujar Presiden ketika hadir pada Puncak Peringatan Hari Pers Nasional, pada Jumat (9/2) di Kota Padang.

Ketika berada di rumah gadang yang dikelola Upik Pandu, saya melihat ada banner terpasang yang bertuliskan informasi kelanjutan perintah revitalisasi tersebut. Tapi, bukan dari Kementerian PUPR melainkan Dinas Pariwisata Kabupaten Solok Selatan. Isinya informasi bahwa sejak 26 September 2017 hingga 90 hari ke depan, dilakukan kegiatan pembangunan dan pengembangan serta pemeliharaan obyek wisata SRG. Proyek ini menelan biaya Rp 260.501.000,-


Saya juga melihat sejumlah pekerja sedang memperbaiki selokan yang ada di pinggir sebelah kiri jalan masuk menuju Kawasan SRG. Selain itu, papan nama dan tugu informasi juga sepertinya belum selesai seluruhnya selesai dipasang. Begitupun "Toko Mimi" yang menjajakan oleh-oleh khas Solok Selatan - di dekat rumah gadang milik Susilawati - juga terlihat masih baru.

Oh ya, di seberang tulisan besar Kawasan Saribu Rumah Gadang -- juga seberang Masjid Raya Koto Baru - yang ada di tepi Jalan Raya Muara Labuh, berdiri bangunan tak seberapa besar yang merupakan kantor informasi pariwisata. Sayangnya, ketika saya berada di sana, kantor ini terlihat tutup. Padahal, pasti banyak informasi yang ingin diperoleh dari staf kantor informasi wisata ini. Apalagi, banyak rumah gadang yang menarik untuk ditelusuri fungsi awal penggunaan, silsilah kepemilikan dan lainnya.

Kabarnya, sesuai pendataan yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, di kawasan ini terdapat 125 rumah gadang dan sejumlah bangunan yang layak ditetapkan sebagai benda cagar budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun