"Saya harus menyiapkan dana untuk memenuhi hak anggota koperasi yang meninggal dunia. Sekaligus ini sebagai wujud kewajiban koperasi. Meskipun sampai sekarang masih belum tahu, darimana dana tersebut bisa kami penuhi."
Purwani Yuli Astuti (62) menyampaikan hal tersebut dengan raut wajah penuh kesedihan. Kedua mata perempuan setengah baya ini terlihat sembab. Maklum, setiap ada yang menyalami, memeluk dan mengucapkan turut berduka cita, Ketua Koperasi Simpan Pinjam Permata (KSP Permata) ini tak kuasa menahan tangis.
"Bude Pur", begitu ia akrab disapa, memang masih dalam kondisi shock dan begitu mendalam kepedihan hatinya. Ya bagaimana enggak, sebanyak 22 anggota KSP Permata yang dipimpinnya, meninggal dunia akibat bus wisata yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan di tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, pada 10 Februari kemarin.
Di antara korban meninggal, ada Bendahara KSP Permata yakni Siti Mulyana, yang merupakan istri dari Supriyono selaku Ketua Pengawas KSP Permata. Supriyono sendiri masih menjalani perawatan di RSU Kota Tangsel.
"Saya musti ke Rumah Sakit Fatmawati. Ada berkas-berkas yang harus saya tanda tangani. Soal bagaimana perkembangan koperasi ini selanjutnya, mohon maaf masih belum bisa diputuskan apa-apa. Karena kami masih dalam masa berkabung," ujar Bude Pur lirih.
Sambil mendampingi Bude Pur menuruni anak tangga masjid, saya berusaha membesarkan hati Bude Pur. Mencoba untuk mengucapkan kalimat penyemangat jiwa. Termasuk menyatakan harapan agar jangan sampai terjadi KSP Permata menjadi patah semangat apalagi bubar. "Aamiin, doakan saja," ujar Bude Pur sembari melangkah menuju halaman depan masjid.
Kepada Husnawati, Sekretaris KSP Permata yang berencana menemaninya, Bude Pur menyampaikan satu permintaan, "Enggak usah pakai mobil ambulance ke (Rumah Sakit) Fatmawati-nya".
Sambil menyaksikan Bude Pur menuju pintu pagar, saya berkata dalam hati, "Mungkin Bude Pur masih trauma melihat ambulance. Apalagi mendengar raungan sirenenya."
o o o O o o o