Lama menghilang selalu diingat, terbayang bagaimana dia mendebat. || Najwa Shihab memang hebat, dimanapun dapat tempat. [Pantun untuk Najwa Shihab dari Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno]
Untuk bisa duduk nyaman di 'kursi panas' talkshow MataNajwa, siapapun narasumber yang diundang perlu mengenal terlebih dulu beberapa teknik wawancara yang biasa dipraktikkan Najwa Shihab. Nah, bagian pertama tulisan ini membeberkan 8 saja teknik tersebut.
Adalah Anies Baswedan yang ditanya sebanyak 3 kali oleh Najwa Shihab. Pertanyaannya sama, itu-itu aja: "Bagaimana cara ampuh mengatur becak supaya tidak melanggar aturan?" Sayangnya, Anies melewatkan momentum untuk menjelaskan. Alih-alih menjawab ia malah 'nyinyir' dan bicara tentang cara pandang ala priyayi, permukaan tanah ibukota yang terus turun, dan 'orang kaya' yang dinilainya dominan (juga) melanggar aturan.
Najwa Shihab - akrab disapa Nana - justru cerdik. Tiga kali pertanyaan yang sama diajukan, cukuplah membuktikan bahwa Anies yang justru kurang siap menjelaskan bagaimana cara mengatur becak. Meski pada pertanyaan kali ketiga sempat dijawab dengan akan melakukan zonasi dan mendata jumlah becak, tapi sayang momentumnya sudah hilang. Anies melewatkan kesempatan menjawab pada 'hentakan' pertama. Wajar bila Nana bercakap lagak karena ia merasa mampu bikin Anies seolah kelihatan tidak menguasai masalah becak.
Ya, begitu deh gaya wawancara Nana. Frontal, 'nakal', sering bikin narasumber kesal, sial lalu 'terjungkal'. Nana memang andal. Ia spesial.
Hal lain yang membuat Nana punya greget tersendiri pada setiap tayangan talkshow MataNajwa adalah karena:
Pertama, Nana mengajukan pertanyaan matang yang merupakan hasil riset, pengamatan lapangan dan brain storming bersama tim MataNajwa sebelum jadwal tayang. Makanya, Nana enggak pernah kehabisan pertanyaan bermutu. Selalu terang-benderang pertanyaannya. Juga, tajam. Yang paling penting dari itu semua, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Nana hampir selalu sama seperti apa yang kita pemirsa ingin tanyakan.
Kedua, menyerang dan mencecar. Ini tipikal Nana. Kalau narasumber mulai ngalor-ngidul jawabannya, tak segan Nana berubah jadi gladiator. Menyerang dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Mencecar bahkan kalau perlu mengajukan pertanyaan yang sama sampai tiga kali, seperti kejadian yang menimpa Anies Baswedan.
Ketiga, ini kehebatan Nana. Ketika ia mengajukan pertanyaan, sebenarnya Nana sudah bisa memprediksi apa kira-kira jawaban narasumbernya. Ini yang membuat Nana tangkas dalam hal mengajukan pertanyaan susulan (pertanyaan balon), cerdik untuk mengarahkan pembicaraan, sigap memotong jawaban narasumber yang naga-naganya mulai ngelantur.