Anies:"Salah satu faktornya."
Nana:"Tapi bukan yang satu-satunya."
Anies:"Tentu bukan yang satu-satunya. Kita begini, kita ikut pada UU, peraturan dan Perda. Di situ pegangan kita, bukan kata orang perorangan."
Nana:"Jadi Anda bisa jamin, tidak ada Perda, tidak ada aturan, tidak ada UU yang dilanggar dengan Anda memperbolehkan PKL untuk berjualan di jalan raya?"
Anies:"Boleh, betul. Itu diizinkan."
Nana:"Jadi, Polda sebagai penegak hukum salah ya?"
Anies:"Sebentar. Anda jangan begitu."
Kedelapan, ulet dan pandai cari 'cara' lain untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan dari narasumber. Nana pandai mengulik jawaban tamunya. Ketika sang tamu enggan menjawab pertanyaan, Nana akan mengajukan satu-dua pertanyaan baru yang masih terkait, tapi kemudian, tahu apa yang terjadi, Nana akan kembali mengajukan pertanyaan yang tadi enggan dijawab tamunya. Begitulah, Nana memang pewawancara yang ulet. Ia tidak gampang putus asa lalu meninggalkan pertanyaan yang enggan dijawab narasumbernya tadi begitu saja. [Tonton lagi video ketika Nana menghadapi kenyataan bahwa AHY tak mau menjawab pertanyaannya di bawah ini].
Kalau masih ingat, Nana melakukan ini kepada Anies Baswedan dengan 3 kali mengajukan pertanyaan yang sama yaitu tentang bagaimana cara ampuh mengatur becak supaya tidak melanggar aturan. Juga, menanyakan ulang pertanyaan yang sama kepada Agus Harimurti Yudhoyono, tentang berapa banyak staf yang pernah dipimpinnya selama masih aktif dinas militer.
Inilah teknik bertahan Nana yang suka bikin saya geleng-geleng kepala karena salut.
Sebenarnya, gaya bertahan ini juga menjadi salah satu pelajaran yang disampaikan Theo Stokkink.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!