Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jurus Selamat Tampil di "Kursi Panas" Mata Najwa (1)

8 Februari 2018   14:18 Diperbarui: 10 Februari 2018   19:01 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Tayangan Trans7)

Lama menghilang selalu diingat, terbayang bagaimana dia mendebat. || Najwa Shihab memang hebat, dimanapun dapat tempat. [Pantun untuk Najwa Shihab dari Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno]

Untuk bisa duduk nyaman di 'kursi panas' talkshow MataNajwa, siapapun narasumber yang diundang perlu mengenal terlebih dulu beberapa teknik wawancara yang biasa dipraktikkan Najwa Shihab. Nah, bagian pertama tulisan ini membeberkan 8 saja teknik tersebut.

Adalah Anies Baswedan yang ditanya sebanyak 3 kali oleh Najwa Shihab. Pertanyaannya sama, itu-itu aja: "Bagaimana cara ampuh mengatur becak supaya tidak melanggar aturan?" Sayangnya, Anies melewatkan momentum untuk menjelaskan. Alih-alih menjawab ia malah 'nyinyir' dan bicara tentang cara pandang ala priyayi, permukaan tanah ibukota yang terus turun, dan 'orang kaya' yang dinilainya dominan (juga) melanggar aturan.

Najwa Shihab - akrab disapa Nana - justru cerdik. Tiga kali pertanyaan yang sama diajukan, cukuplah membuktikan bahwa Anies yang justru kurang siap menjelaskan bagaimana cara mengatur becak. Meski pada pertanyaan kali ketiga sempat dijawab dengan akan melakukan zonasi dan mendata jumlah becak, tapi sayang momentumnya sudah hilang. Anies melewatkan kesempatan menjawab pada 'hentakan' pertama. Wajar bila Nana bercakap lagak karena ia merasa mampu bikin Anies seolah kelihatan tidak menguasai masalah becak.

Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Tayangan MataNajwa)
Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Tayangan MataNajwa)
o o o O o o o

Ya, begitu deh gaya wawancara Nana. Frontal, 'nakal', sering bikin narasumber kesal, sial lalu 'terjungkal'. Nana memang andal. Ia spesial.

Hal lain yang membuat Nana punya greget tersendiri pada setiap tayangan talkshow MataNajwa adalah karena:

Pertama, Nana mengajukan pertanyaan matang yang merupakan hasil riset, pengamatan lapangan dan brain storming bersama tim MataNajwa sebelum jadwal tayang. Makanya, Nana enggak pernah kehabisan pertanyaan bermutu. Selalu terang-benderang pertanyaannya. Juga, tajam. Yang paling penting dari itu semua, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Nana hampir selalu sama seperti apa yang kita pemirsa ingin tanyakan.

Kedua, menyerang dan mencecar. Ini tipikal Nana. Kalau narasumber mulai ngalor-ngidul jawabannya, tak segan Nana berubah jadi gladiator. Menyerang dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Mencecar bahkan kalau perlu mengajukan pertanyaan yang sama sampai tiga kali, seperti kejadian yang menimpa Anies Baswedan.

Ketiga, ini kehebatan Nana. Ketika ia mengajukan pertanyaan, sebenarnya Nana sudah bisa memprediksi apa kira-kira jawaban narasumbernya. Ini yang membuat Nana tangkas dalam hal mengajukan pertanyaan susulan (pertanyaan balon), cerdik untuk mengarahkan pembicaraan, sigap memotong jawaban narasumber yang naga-naganya mulai ngelantur.

Tahu enggak? Nana itu paling kesulitan kalau mewawancarai siapa? Jawabannya, ternyata bukan sosok. Melainkan kalau Nana harus mewawancarai anak kecil. Kenapa? Karena jawaban anak kecil itu spontan dan unpredictable, tak bisa diprediksi.


Keempat, memotong jawaban narasumber. Enggak cuma Anies yang jawabannya sering dipotong Nana. Banyak. Cuma memang, yang paling disorot (khususnya) oleh para 'jamaah' pro Anies, ya kala Anies sampai melontarkan 'kekesalan' kepada Nana gegara jawabannya suka dipotong. Ini terjadi ketika episode '100 Hari Anies Sandi: Ingar Bingar Memenuhi Janji Rp 0'[videonya ada di atas ini tuh], begini kira-kira:

Anies: "Saya selesaikan sebentar Jakarta itu ada pusat, timur, barat, dan utara. Tiap-tiap daerah itu."

Nana:"Sisi lainnya beda?"

Anies: "Bukan sisi lainnya beda-beda, aturan dari pemerintah pusatnya beda-beda."

[Bukannya Nana diam sejenak guna menyimak apa yang bakal disampaikan Anies, tapi ia justru menimpali lagi jawaban Gubernur DKI Jakarta itu]

Nana: "Karena ini menggunakan FPLP aturan pemerintah pusat, bukan dari pemerintah provinsi?"

Anies: "Ya betul, karena itu izinkan saya selesaikan dulu. Habis motong-motong terus sih."


o o o O o o o

Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo juga punya pengalaman 'ditikung' Nana.

Ketika episode 'Indonesia Rumah Kita: Nikmatnya Jadi Gubernur'[videonya ada di atas ini tuh], Syahrul berusaha 'meminta waktu' untuk menjelaskan apa-apa saja 'kenikmatan' menjadi pejabat gubernur. Tapi emang sudah wataknya Nana, ia enggak mau disetir narasumbernya. Jadi begitu Syahrul baru sedikit menjelaskan 'kenikmatan' tadi, langsung dipotong Nana:

Nana: "Tapi jawab dulu, ini bapak mau ngeles, membandingkan dulu dong, presiden dulu dengan presiden sekarang. Karena sudah lama lho jadi politisi, sesungguhnya sudah enam presiden, saya tahu."     

Syahrul: "Najwa ini kan 'mancing'nya agak berbahaya memang kalau jawabnya salah."

[Heheheee ... bahkan seorang gubernur pun dituding ingin ngeles oleh Nana. Ckckckckkk ... 'sopan' sekali]


Kelima, Nana sering berasumsi dan menarik kesimpulan sendiri. Hal seperti ini sebenarnya tabu. Alasannya, sebagai pewawancara seharusnya Nana mewakili audience. Artinya, apa-apa yang ditanyakan Nana haruslah mewakili pertanyaan yang muncul di benak audience. Bukan malah berasumsi apalagi menegaskan kesimpulannya sendiri. Meskipun, tak jarang juga sih, justru kelakuan Nana ini yang jadi nilai lebih talkshow MataNajwa.

Ambil contoh, kesimpulan Nana bahwa 'kita' sudah sering dikecewakan oleh politisi yang tak jelas sikapnya pada episode 'Angket Serang KPK'[videonya ada persis di atas ini kan].

"Karena kemudian, bukannya mau sukzhon, tapi sudah berkali-kali kita dikecewakan oleh politisi yang bermain banyak kaki. PKB biar jelas nih sikapnya, main berapa kaki?" tanya Nana kepada Daniel Johan, anggota DPR dari Fraksi PKB.

o o o O o o o


Di episode lain yang berjudul 'Jurus Ahok - Djarot'[videonya persis di atas ini], Nana juga pernah mengucapkan asumsinya sendiri, bahwa Ahok mengalami stress.

"Kalau Pak Jarot tetap, tidak banyak berubah fisiknya. Pak Ahok yang agak kelihatan berubah. Dan saya sempat merasa, itu berubah karena stress Pak Ahok. Karena harus diakui, Anda berkampanye, di saat yang sama, Anda bersidang di pengadilan, kemarin sidang keenam. Saya ingin tahu seberapa jauh itu mempengaruhi Anda. Sidang yang harus Anda lalu sebagai terdakwa?" tanya Nana kepada Ahok. 

Keenam, menunggu dan menyambungkan jawaban narasumber untuk dibenturkan opininya dengan narasumber lain, atau dikonfrontasi dengan rekam jejaknya. Soal membenturkan opini ini, kita masih ingat jelas, betapa Nana - melalui 3 tayangan rekaman video - sengaja membenturkan pendapat Anies Baswedan soal rumah DP Rp 0 dengan Gembong Warsono, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI. Sedangkan soal reklamasi Pantura Jakarta, Anies juga dikonfrontasikan dengan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. Untuk masalah becak, Anies 'diadu' dengan mantan Gubernur DKI Sutiyoso.

Theo Stokkink dalam bukunya Penyiar Radio Profesional (Kanisius, 1997) menyebutkan, berkonfrontasi adalah memperjelas ketidaktegasan jawaban narasumber. Seringkali efek konfrontasi adalah membuat narasumber benar-benar menjadi waspada. Sama seperto pertanyaan mengarahkan, konfrontasi menaikkan ketegangan. Terutama dalam wawancara-wawancara politis, konfrontasi digunakan untuk memaksa narasumber agar memberi informasi yang jelas dan untuk membangkitkan reaksi.(hal. 60)

Najwa Shihab tuan rumah MataNajwa. (Foto: Tayangan MataNajwa)
Najwa Shihab tuan rumah MataNajwa. (Foto: Tayangan MataNajwa)
Jauh sebelumnya, dalam episode 'Bertaruh di Jakarta' yang tayang pada 12 Oktober 2016, video pernyataan Agus Harimurti Yudhoyono pada 2013 ditayangkan ulang, dan menjadi salah satu 'sumbu ledak' pertanyaan Nana kepada AHY.

Memang, tiga tahun lalu - di MataNajwa episode 'Agen Perubahan' - AHY pernah menyatakan dirinya, yang selalu menghindari pembicaraan bila sudah masuk ke ranah politik, dan memilih setia menjunjung sumpah prajurit.

"Tidak ada ya penyebutan (putra) mahkota. Kami sekeluarga memang cukup kental saat ini dalam kehidupan berpolitik. Contohnya ketika berbincang-bincang dalam suasana kekeluargaan di Cikeas, tentu saya bisa bercerita banyak hal tentang kegiatan sehari-hari di kesatuan maupun hal-hal lainnya, tetapi ketika saatnya masuk dalam pembicaraan tentang politik, maka ayah akan menyampaikan kepada saya untuk meninggalkan tempat. Dan saya tahu diri, dengan sendirinya menjunjung kode etik prajurit untuk meninggalkan tempat," urai AHY.

Memiliki rekaman pernyataan AHY yang 3 tahun lalu emoh berpolitik itu, Nana seakan punya senjata ampuh untuk nembak AHY dengan pertanyaan pertama dalam bentuk menampilkan rekam jejak. Begini lontaran Nana, "Tiga tahun yang lalu mantap sekali menjawab, tidak ada cerita lain, hanya fokus ke militer. Tapi sekarang lain cerita ya, Mas Agus?"

Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Nurwahyunan/bintang.com)
Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Nurwahyunan/bintang.com)

Ketujuh, sering mengajukan pertanyaan tersembunyi. Menurut Jonathan Herring dalam bukunya Cara Tepat Berdebat Secara Cerdas, Meyakinkan & Positif, teknik pertanyaan ini sering digunakan para pengacara di ruang sidang. Misalnya: "Siapa orang yang bersama Anda pada malam itu?". Atau, "Anda sudah tidak memukuli istri Anda lagi, bukan?"

Teknik ini cerdik karena mengajukan pertanyaan yang memuat fakta tersembunyi. Dengan menjawab pertanyaan tersebut, si penjawab dianggap menerima fakta tersembunyi itu.

Pertanyaan tersembunyi yang diajukan Nana bisa kita saksikan ketika meladeni Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada episode 100 Hari Anies-Sandi. [Videonya ada persis di bawah ini]

Nana:"Pertanyaan saya, Anda akan mengikuti saran dari Polda atau tidak?"

Anies:"Kita akan mengikuti semua saran. Keputusannya adalah dengan mempertimbangkan seluruh faktor. Jadi jangan ..."

Nana:"Jadi Polda bukan faktor yang terlalu penting untuk didengarkan?"

Anies:"Salah satu faktornya."

Nana:"Tapi bukan yang satu-satunya."

Anies:"Tentu bukan yang satu-satunya. Kita begini, kita ikut pada UU, peraturan dan Perda. Di situ pegangan kita, bukan kata orang perorangan."

Nana:"Jadi Anda bisa jamin, tidak ada Perda, tidak ada aturan, tidak ada UU yang dilanggar dengan Anda memperbolehkan PKL untuk berjualan di jalan raya?"

Anies:"Boleh, betul. Itu diizinkan."

Nana:"Jadi, Polda sebagai penegak hukum salah ya?"

Anies:"Sebentar. Anda jangan begitu."


Kedelapan, ulet dan pandai cari 'cara' lain untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan dari narasumber. Nana pandai mengulik jawaban tamunya. Ketika sang tamu enggan menjawab pertanyaan, Nana akan mengajukan satu-dua pertanyaan baru yang masih terkait, tapi kemudian, tahu apa yang terjadi, Nana akan kembali mengajukan pertanyaan yang tadi enggan dijawab tamunya. Begitulah, Nana memang pewawancara yang ulet. Ia tidak gampang putus asa lalu meninggalkan pertanyaan yang enggan dijawab narasumbernya tadi begitu saja. [Tonton lagi video ketika Nana menghadapi kenyataan bahwa AHY tak mau menjawab pertanyaannya di bawah ini].

Kalau masih ingat, Nana melakukan ini kepada Anies Baswedan dengan 3 kali mengajukan pertanyaan yang sama yaitu tentang bagaimana cara ampuh mengatur becak supaya tidak melanggar aturan. Juga, menanyakan ulang pertanyaan yang sama kepada Agus Harimurti Yudhoyono, tentang berapa banyak staf yang pernah dipimpinnya selama masih aktif dinas militer.

Inilah teknik bertahan Nana yang suka bikin saya geleng-geleng kepala karena salut.


Sebenarnya, gaya bertahan ini juga menjadi salah satu pelajaran yang disampaikan Theo Stokkink.

Yakni, bertahanlah dengan satu pertanyaan jika Anda tidak puas dengan jawabannya, misalnya dengan pertanyaan: "Tapi, yang saya tanyakan kepada Anda adalah ..." atau, "Bolehkah saya menanyakan pertanyaan itu lagi?" Jadi, ulangilah pertanyaan-pertanyaan Anda dengan kata-katayang berbeda. Berhati-hatilah karena ini dapat merusak suasana wawancara; jangan ragu-ragu untuk melakukannya, namun sebaiknya hanya jika diperlukan. Sekurang-kurangnya pendengar akan mengetahui bahwa narasumber menghindari pertanyaan Anda.(hal.76)

Masih banyak sebenarnya gaya dan teknik Nana yang bisa kita pelajari dalam setiap episode MataNajwa yang kini sudah hijrah dari MetroTV ke ke Trans7. Rasanya, kita bisa kok mempelajarinya dari tayangan rekaman yang bertebaran di channel YouTube.

Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Tayangan Trans7)
Najwa Shihab host MataNajwa. (Foto: Tayangan Trans7)
Okelah, karena tulisan ini sudah kepanjangan, kita buat bersambung aja ya.

Bagaimana jurus menjadi narasumber yang "selamat" di MataNajwa?

Siapa saja narasumber yang pernah nge-kick balik Nana?

Tunggu aja sambungan tulisan ini.

oooOooo

Bersambung ke sini: Jurus Selamat Tampil di "Kursi Panas" MataNajwa (2)

Baca juga tulisan sebelumnya di bawah ini, yang didapuk menjadi Artikel Pilihan Kompasiana Bulan Januari 2018:

Najwa Shihab Pewawancara Kurang Beretika?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun