Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

2018, Saatnya Beralih Gunakan BBM Euro-4

1 Februari 2018   13:55 Diperbarui: 6 Februari 2018   13:02 3049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas SPBU Pertamina melayani pelanggan mengisi Pertamax. (Foto: Pertamina)

Produksi dan penjualan mobil di Indonesia sepanjang Januari -- April 2016. (Sumber: Gaikindo)
Produksi dan penjualan mobil di Indonesia sepanjang Januari -- April 2016. (Sumber: Gaikindo)
ASEAN Automotive MRA adalah pengaturan regional untuk memfasilitasi perdagangan komponen dan sistem otomotif di antara negara-negara anggota ASEAN. Pelaksanaannya melalui pengakuan atau penerimaan hasil uji dan sertifikasi oleh laboratorium uji yang terdaftar di ASEAN dengan menghilangkan duplikasi pengujian, inspeksi dan sertifikasi sistem mutu.

Seperti dimuat gaikindo.or.id, regulasi tersebut diharapkan mampu menciptakan pasar yang terintegrasi sekaligus mengurangi hambatan teknis untuk perdagangan di sektor otomotif melalui harmonisasi persyaratan teknis. Selain itu, untuk memfasilitasi negosiasi dalam perjanjian bersama antara anggota ASEAN dengan negara-negara lain demi mendapatkan pengakuan atas hasil penilaian kesesuaian.

Kerjasama kawasan ini jelas strategis, karena mengutip data ASEAN Automotive Federation (AAF), selama Januari - Juni 2017, total produksi mobil se-ASEAN mencapai 1,97 juta unit. Sedangkan, total penjualan mobil sepanjang semester I 2017 mencapai 1,61 juta unit. Jumlah ini meningkat sekitar 5,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 1,53 juta unit.

Dukungan dari Pelaku Industri Otomotif

Dukungan terhadap langkah Pemerintah untuk memberlakukan penerapan standar emisi Euro4 pada 2018 datang dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). "BBM dengan kualitas di bawah Euro4 akan membuat mobil rusak dan sulit diperbaiki. Jadi jangan sampai ada orang nakal menggunakan bahan bakar tak sesuai spesifiaksi. Selain merusak mobil, BBM di bawah Euro4 juga menciptakan polusi yang merusak kesehatan manusia," kata Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara.

Ekspor dan impor mobil di Indonesia sepanjang Januari -- April 2016. (Sumber: Gaikindo)
Ekspor dan impor mobil di Indonesia sepanjang Januari -- April 2016. (Sumber: Gaikindo)
Secara bisnis, regulasi move on dan beralih ke Euro4 jelas begitu krusial. "Ini membuat level persaingan menjadi terbuka lebar, misalnya Indonesia sekarang berpeluang memperlebar tujuan ekspor dengan efisien," tukasnya seperti dimuat gaikindo.or.id.

Akan tetapi, Gaikindo mengingatkan, bahwa regulasi tadi sekaligus mendorong beberapa pemangku kepentingan (stakeholder)untuk memastikan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dengan spesifikasi yang memenuhi standar emisi Euro4 - Research Octane Number (RON) 92 ke atas untuk jenis bensin, dan kandungan belerang (sulfur) di bawah 50 par per million (ppm). Penyediaan BBM dengan kualitas standar emisi Euro4 begitu urgent mengingat dampaknya secara teknis sangat sensitif.

Menjawab harapan tentang kepastian penyediaan BBM dengan spesifikasi standar emisi Euro4, Pertamina sendiri sadar bahwa, membangun kilang membutuhkan biaya investasi besar, teknologi tinggi, dan yang pasti tidak seperti membangun candi dalam dongeng yang semalam saja pun bisa rampung. Tidak!

Salah satu SPBU di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)
Salah satu SPBU di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)
Meski demikian, Pertamina tetap bertanggung-jawab untuk menyiapkan bahan bakar berstandar emisi Euro4. Bukannya apa-apa, karena dalam penugasannya, Pertamina memiliki dua tugas yang diemban sekaligus. "Pertama, mencari profit. Kedua, melakukan apapun yang ditugaskan Pemerintah," ujar Adim.

Dalam kaitan menunaikan dua tugasnya itulah, Pertamina kini terus mempersiapkan lima kilangnya untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan bahan bakar berkualitas tinggi. Kilang-kilang tersebut adalah:

Refinery Development Masterplan Program(RDMP) Balikpapan tahap 1 dan 2, yang akan menghasilkan kualitas bahan bakar Euro5. Target penyelesaiannya untuk tahap 1 pada 2021, dan tahap 2 pada 2025 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun