Nana memotong jawaban Anies dengan mengajukan pertanyaan yang kembali mengulang pertanyaan yang sama untuk kali kedua.
"Oke, pertanyaannya kemudian, bagaimana, adakah cara yang lebih ampuh untuk mengatur itu Mas Anies?" tanya Nana.
Membaca transkrip ini, saya sih sedikit bisa memahami mengapa Nana cenderung agresif dan memotong jawaban Anies Baswedan. Lha wong ditanya bagaimana cara ampuh mengatur becak-becak supaya nanti tidak melanggar peraturan, kok yo jawabannya mbawa-mbawa istilah priyayi, ningrat segala macem.
Meski demikian saya mengingatkan kepada Nana untuk tidak terlalu sering memotong jawaban narasumber. Mengapa? Karena kalau ini menjadi 'legal' bagi Nana melakukannya, maka label bahwa Nana kurang empati terhadap narasumber akan semakin melekat. Ingatlah apa kata John Locke: "Tidak ada yang lebih kasar dibandingkan memotong pembicaraan orang lain."
Atau, baca bukunya Anita Rahman yang berjudul Teknik & Etik Profesi TV Presenter. Dalam buku ini disebutkan salah satu etik mewawancarai adalah 'Pewawancara Hendaknya Mampu Mengendalikan Wawancara'.
Narasumber yang berpengalaman, terutama politikus, mungkin ingin dapat menguasai dan mengambil alih kendali pembicaraan dan memanfaatkan penampilannya di layar sebagai kesempatan demi kepentingannya sendiri, atau partainya.
Untuk mengimbangi sikapnya yang ambisius itu, teruslah mengajukan pertanyaan bertubi-tubi , sehingga narasumber tidak punya kesempatan untuk menyimpang dari pokok pembicaraan.(hal. 240)
Menurutnya, kebanyakan orang, terutama polisi, menanggapi pertanyaan tidak tidak menjawab. They respond to your questions, but they don't answer your questions. Untuk memecahkan problem ini, wartawan senior bisa mengubah gaya wawancara yang tadinya seperti berdiskusi menjadi gladiatorial, menyerang, tapi tetap sopan dan tidak menghina narasumber.(hal. 201)Â Â Â
Nah, saya melihat, menghadapi Anies Baswedan sebagai narasumbernya, Nana mengambil posisi seperti dikemukakan Anita Rahman (mengajukan pertanyaan bertubi-tubi), dan Abdullah Alamudi (bergaya sebagai pewawancara gladiator, menyerang). Ini hal yang wajar 'kok.