Selain meladeni Malaysia, produk busana muslim Indonesia juga harus ekstra waspada. Karena saat ini semakin banyak negara yang juga bersiap memasuki dan menguasai pasar busana muslim sedunia. Mereka misalnya adalah Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, Inggris dan Perancis.
Keenam, untuk memenangkan persaingan pemasaran dalam dan luar negeri, tentu saja persoalan yang membelit perajin dan pengusaha produk busana muslim harus bisa dienyahkan. Problema paling pelik adalah ketersediaan bahan baku. "Tidak terlalu banyak industri tekstil dalam negeri yang maju dalam bidang pertenunan dan finishing," ungkap Dirjen IKM, Gati Wibawaningsih kepada penulis.
Persoalan lain seperti modal, teknologi, pemasaran dan SDM, ujar Gati, bisa teratasi. "Untuk modal, sekarang ini ada layanan KUR, FinTech, Modal Ventura dan lainnya. Kami bisa fasilitasi pinjaman dana juga melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. Dalam hal pemasaran, silakan gabung dengan e-Smart IKM," serunya seraya menyatakan bahwa pemasaran offline harus selektif dan hanya untuk space prestisius saja.
 Begitulah, produk busana muslim Indonesia memang sudah sepatutnya menjadi bagian dari apa yang dinamakan sebagai Halal Way of Life, bukan hanya untuk lingkup dalam negeri, tapi juga mancanegara. Semangat ini kian membuncah, apalagi ketika belum lama ini, Kementerian Agama meresmikanBadan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) demi menggairahkan perkembangan industri halal di tanah air yang dampak positifnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.