Sebagai catatan tambahan, populasi penduduk muslim di Indonesia yang terbesar sedunia adalah sama dengan 12,7% dari seluruh muslim sedunia. Sungguh, pasar yang begitu gemuk ginuk-ginuk bagi produk busana muslim. Â
Pekerjaan rumah saat ini untuk menuju Pusat Busana Muslim Sedunia pada 2020 adalah menciptakan busana muslim dengan trademark Indonesia. Termasuk misalnya, dengan memadukan dengan unsur Batik yang merupakan kebanggaan Indonesia.
Ketiga, antara jumlah pengguna yang terus bertumbuh dan membeli aneka produk busana muslim dengan mutu berkualitas, ternyata pemicunya antara lain karena pertumbuhan kelas menengah di Indonesia pada 2016 menjadi yang tertinggi (174%), bila dibandingkan dengan negara-negata ASEAN lainnya, dimana Filipina (72%), Thailand (39%), Malaysia (18%) dan Singapura (10%). Menkeu Sri Mulyani bersyukur, pertumbuhan kelas menengah sangat menguntungkan, karena mereka menciptakan lapangan kerja, bukan pencari kerja. Praktis, middle class juga dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan produktivitas.
Kondisi yang sama, terjadi juga di Mall Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara. Begitu juga dengan di Pasar Cipadu, Kreo, Kota Tangerang. Belum lagi di Bandung dan kota-kota besar lainnya. Nah, diantara para pembeli selalu ada saja yang berasal dari luar negeri. Belanjaan mereka pun dibawa ke negara asalnya. Heheheheeee ... bolehlah dibilang ini ekspor secara tidak langsung bagi para pedagang. Meskipun sebenarnya, pasar ekspor busana muslim kita sudah mumpuni dan meruyak kemana-mana.
Bekraf - melalui buku Panduan Pendirian Usaha Fashion Muslim - menyebutkan, busana muslim Indonesia semakin terus menjelajah pasar ekspor, utamanya ke Amerika Serikat, Eropa (termasuk Inggris, Perancis juga Turki), Timur Tengah, Pakistan, India dan Malaysia. Artinya, dominasi ekspor busana muslim kita amat sangat menggembirakan.
"Meskipun, untuk menghitung berapa nilai ekspor busana muslim ini agak sulit karena menjadi satu dengan komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Sulit, karena klasifikasi Harmonized System Codes-nya tidak mengidentifikasikan secara spesifik. Tetapi yang jelas, nilai dan pasar ekspor terus meningkat," ujar Gati Wibawaningsih.
Kelima, selain Bangladesh dan Turki, negara pesaing busana muslim Indonesia sudah tentu Malaysia. Kenapa Malaysia? Karena, "rasa" Melayunya sama. Ambil contoh apa yang terjadi di Perancis. Penduduk muslim di Perancis terus bertambah, pada 2030 nanti jumlahnya diperkirakan mencapai hampir 7 juta jiwa. Ini tentu  pasar busana muslim yang lumayan potensial. Di Perancis, semangat untuk berbusana muslim kian kental pasca tragedi Charlie Hebdo. Mereka justru makin apik mengenakan busana muslim yang tidak terlalu mencirikan "muslim itu arab" sehingga pasca kejadian teror tak ada trauma apalagi Islamophobia.
Nah, pilihannya kemudian, masyarakat muslim di Perancis mulai melirik dan menggemari busana muslim yang bernafaskan Melayu, karena modern, trendy, luwes tapi tetap sesuai dengan tuntunan syariah. Belum lagi harganya yang relatif terjangkau dengan bahan yang nyaman ketika digunakan. Jauh lebih murah harga busana muslim Indonesia, bila dibandingkan dengan harga busana abaya Arab maupun Mesir, atau Chaftan-nya negeri-negeri Magribi. Abaya agak kurang sreg digunakan terutama pasca Charlie Hebdo attack. Sedangkan Chaftan terlalu menampilkan warna-warni nge-jreng. Pilihan kemudian jatuh pada busana muslim dengan "rasa" Melayu, termasuk 'made in Indonesia'.