Menurut Na'ih lagi, dari sebanyak 6 ton kacang kulit tadi, ia kemudian menjualnya dalam hitungan liter, bukan kilogram. "Untuk Kacang Sangrai kering, dijual Rp 8 ribu per liter. Sedangkan yang basah, Rp 9 ribu per liter. Ongkos lain yang harus dikeluarkan adalah untuk kayu bakar dan pekerja penyangraian. Harga kayu bakar untuk 1 bak mobil terbuka jenis Cary seharga Rp 300 -- Rp 500 ribu. Sedangkan untuk ukuran angkut 1 truk, harga kayu bakarnya Rp 1.250.000," jelas Na'ih sembari menyebut upah pekerja penyangrai adalah Rp 50 ribu untuk menyangrai sebanyak 1 kuintal kacang kulit dengan durasi sekitar 1 jam.
Na'ih dan Mamnu'ah kompak menjawab sekitar tahun 2005 sebagai start awal membuka usaha Kacang Sangrai ini. "Sekarang, anak saya yang mengendalikan usaha ini," ujar Na'ih.
Empat Kawasan Industri Tangsel
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel, Maya Mardiana dalam sambutannya mengiringi lomba fotografi dan aneka lomba lainnya mengatakan, ada empat kawasan industri yang kini terus dikembangkan Pemkot Tangsel.
"Empat kawasan industri di Tangsel adalah industri tempe di Kedaung -- Ciputat, industri konveksi di Jurangmangu, industri kuliner - kreatif - ecowisata di Keranggan -- Setu, dan industri kerajinan pernik di Ciputat Timur. Karena itu, perlu ada kolaborasi yang baik dari semua pihak, seperti akademisi, kalangan bisnis, community dan Pemerintah sebagai fasilitator. Sehingga kolaborasi ini akan membawa hasil dan berdampak positif bagi masyarakat. Kalau Keranggan ingin terus mengembangkan ecowisata, maka kawasan ini harus eye catching. Caranya, selalu kedepankan kreativitas dan karya produktif terbaik," tutur Maya dari atas panggung utama.
Semoga Keranggan semakin terus maju. Keranggan semakin jadi teladan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H