Kepada 1.000 warga Amerika Serikat berusia 18 tahun ke atas diajukan pertanyaan: "Metode apa yang sering Anda gunakan untuk mengelola rekening di bank?"
Well, jawabannya menghenyakkan.
Mereka menyebut internet banking (55%) sebagai metode favorit. Disusul mobile banking (18%), kantor cabang bank (14%), ATM (6%), telepon (4%), dan yang paling buncit yaitu surat-menyurat dengan hanya 3%.
Enggak sembarangan, hasil sigi ini diluncurkan American Bankers Association (ABA) pada Agustus 2016.
Itu artinya, kekhawatiran terhadap aspek keamanan untuk bertransaksi keuangan secara online makin bisa ditepis. Sejalan dengan teknologi digital perbankan yang kian pesat.
Tentu, ini terkait juga dengan alasan praktis, hemat waktu, biaya dalam me-manage transaksi keuangan secara online. Buktinya, hasil survei juga menemukan fakta, hanyasatu dari tujuh orang yang sering berkunjung ke kantor cabang bank.
Saya termasuk yang percaya keamanan layanan perbankan online. Makanya, bukan cuma semakin jarang berkunjung ke kantor cabang bank, malah jarang pula menggunakan ATM.
Mengapa begitu? Sederhana. Semua kebutuhan transaksi perbankan sudah cukup terpenuhi melalui aplikasi digital perbankan yang diunduh menggunakan smartphone. Saya mengendalikan semua transaksi perbankan secara digital tanpa was-was. Pikir saya gampang saja. Bukankah nomor PIN hanya saya sendiri yang tahu. Jadi, buat apa membuang kesempatan memperoleh layanan perbankan yang mudah, cepat dan aman melalui teknologi digital online?
Come on ayo move on, sekarang Saatnya Pegang Kendali. Percayalah, teknologi diciptakan untuk memudahkan.
Menariknya, dari 132,7 juta jiwa pengguna internet tadi, mayoritas beranggapan, bahwa keamanan perbankan online dapat dipercaya keamanannya. Ada sebanyak 70,4% atau 93,4 juta jiwa pengguna internet di Indonesia yang menyebut perbankan online AMAN. Sedangkan 28,6% atau 37,9 juta pengguna menyatakan TIDAK AMAN. Sisanya, 1% atau 1,3 juta pengguna internet menjawab TIDAK TAHU.
Syukurlah, saya termasuk yang berada pada barisan para penjawab AMAN.
Prosentase yang tidak jauh beda ditunjukkan pada jawaban atas pertanyaan: Apakah aman melakukan transaksi keuangan secara online?
Yes, lagi-lagi, pengguna internet di Indonesia yang menjawab AMAN cukup dominan dengan 69,4% atau 92 juta orang. Yang menyebut TIDAK AMAN ada 29,7% atau 39,4 juta pengguna. Sedangkan yang jawabannya TIDAK TAHU hanya 0,9% atau 1,1 juta pengguna.
Di "Jaman NOW" seperti sekarang, ya itu saja tuntutannya. Layanan perbankan digital yang berbasiskan teknologi online lengkap dengan variasi dan inovasi sesuai kebutuhan nasabah milenial.
Kalau mau lebih lengkap lagi memenuhi kebutuhan nasabah milenial, ya perbankan harus memahami terlebih dahulu bagaimana karakter "Generasi Y" ini. Saya kutipkan delapan karakter tersebut, seperti ditulis Yoris Sebastian, Dilla Amran & Youth Lab dalam bukunya "Generasi Langgas : Millennials Indonesia". Karakternya begini:
- Collective, tidak berkegiatan sendiri-sendiri.
- Customisation, mengadopsi sesuai karakter masing-masing.
- Community, berkomunitas.
- Close to Family, lebih dekat dengan keluarga.
- Change Over Generation, lebih kritis dan berani beropini.
- Chasing Inspiration, suka mencari role model di Generasi X.
- CONNECTED, membuka koneksi baru dengan dunia luar menggunakan internet.
- Confidence, percaya dirinya tinggi.
Kata CONNECTED sengaja saya beri huruf besar, karena mereka -- Generasi Y -- ini sungguh tidak bisa lepas dari terkoneksi akses internet.
Buat saya, salah satu bank yang makin memahami karakter Generasi Milenial, adalah Bank Danamon. Ini bukan basa-basi. Bank ini berhasil membuktikan keseriusannya meningkatkan kinerja dan performa dengan membangun layanan teknologi perbankan berbasis digital online.
Salah satu buktinya adalah dengan membentuk satu divisi baru yaitu Digital and Online Communication. Perlahan tapi pasti, divisi yang dibentuk pada tahun lalu ini membawa perubahan signifikan, khususnya pada citra image Bank Danamon yang positif lagi atraktif di blantika digital online, utamanya pada Corporate Website dan berbagai kanal Social Media Bank Danamon.
Konsep dan filosofi dalam menjangkau komunitas pun patut diacungi dua jempol. Lantaran Bank Danamon mengistilahkannya dengan 'bank harus mendengar dan membangun cerita bersama' para pegiat komunitas. Jreng! Keren.
Saya yakin sudah banyak komunitas yang 'didengar dan sama-sama membangun cerita' bersama Bank Danamon. Enggak usah jauh-jauh, komunitas penggemar sejati klub sepakbola Manchester Uniterd atau #MUFC, pasti merasakan banget bagaimana Bank Danamon membantu mereka untuk benar-benar Saatnya Memegang Kendali. Karena, bank ini memanjakan penggila 'The Red Devil' dengan menawarkan Kartu Danamon Manchester United.
Secara tampilan, Corporate Website Bank Danamon cukup light dan informatif. Pengunjung tidak merasa terjejalkan aneka info teknis ini dan itu terkait produk maupun layanan banking. Menu awalnya menampakkan kesan trendy dan kekinian. Bolehlah dibilang, ini bentuk corporate website "Jaman NOW". Semua informasi tertuang didalamnya, tapi bukan dengan cara memuat dan menjejalkan seluruhnya hingga mencederai eyecatching.
Pada menu awal, nampak sejumlah window yang siap di-klik sesuai kebutuhan pengunjung, yaitu: Personal -- Bisnis -- E-Banking -- Karir -- Tentang Danamon. Yang menarik lagi, website ini juga menampilkan lima info utama, sebut saja "HEADLINE". Kelimanya -- yang hanya tampilan foto dan judul -- selalu muncul bergantian selang 3 detik. Pengunjung tertarik? Tinggal klik saja fotonya, dan segera muncul content materinya. Lengkap.
Tersedia juga penawaran bagi pengunjung bila ingin mendapatkan info-info terkini, cukup dengan menuliskan alamat email pada kolom tersedia. Inilah bentuk komunikasi interaksi Bank Danamon dengan nasabah dan calon nasabahnya.
Pada sisi tampilan bawahnya, Bank Danamon 'mengiklankan' produk maupun layanannya yang beragam. Desainnya dibuat tidak seperti iklan pariwara umumnya. Melainkan hanya ditampilkan foto dan judul yang menarik. Lagi-lagi, desain dan lay-out seperti ini saya bilang light tapi tidak membuyarkan estetika eyecatching.
Pada sisi paling bawah, website ini memberi penegasan legalitas formal, dengan mencantumkan alamat kantor dan nomor hotlineHELLO DANAMON 1-500-090. Ini angka sakti bro' & sis'. Kalau punya masalah dengan layanan Bank Danamon, butuh informasi atau respon cepat, segera saja hubungi untuk peroleh jawaban sekaligus solusi.
Saya pernah coba, pagi-pagi memencet 1-500-090. Dan, jawaban terdengar adalah: "Selamat Pagi. HELLO DANAMON siap membantu Anda."Wah, ini fakta, layanan hotline Bank Danamon begitu welcome pun ramah.
Oh ya, pastinya ada juga link yang terpasang untuk terhubung ke Media Sosial Bank Danamon, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan Linkedin.
Hingga 29 November 2017, akun Facebook Bank Danamon memiliki 124.854 followers dan disukai 124.649 fesbuker. Saya sendiri suka membaca info layanan, tips finansial dan Info Kurs. Penting ini, buat pertimbangan 'Beli' atau 'Jual' dolar Amrik. Sementara Instagramnya sudah meng-upload 272 posts, dan punya 11.800 followers.
So, Saatnya Pegang Kendali sudah di jemari. Slogan Connecting Future itu terbukti kebenarannya dengan melakukan digital journey melalui Corporate Website dan Social Media Bank Danamon.
 Saya teringat apa yang disampaikan Milton Hersey, pebisnis coklat terkemuka. Katanya, "Give them quality. That's the best kind of advertising." Dalam kaitan petuah bisnis bijak ini, Bank Danamon sudah dan pasti akan terus menyuguhkan (produk maupun layanan) yang berkualitas. Yakinlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H