Eeeiiitttttssss... ini tidak boleh disia-siakan. Apapun menunya, yang penting sarapan pagi dulu. Mumpung gretong alias gratis, hahahahaaa. Rupanya, pagi ini menunya, Nasi Uduk, Telur balado, Telur dadar, Kentang di-orek, Tempe goreng tepung dan Kerupuk udang. Ada juga sambal merahnya loh. Bagi yang tidak biasa sarapan pagi, silakan ambil kopi atau teh, yang sudah disediakan berikut dua macam kuenya. Mau bolak-balik ambil makanan ya enggak apa-apa, asal enggak malu aja ... hahahahahaaa. Anggap aja "rumah sendiri",wkwkwkwkkk
Karena tiba-tiba ... jreng jreeeeng, Ibu Airin sudah memasuki ruangan dan langsung bergegas bertanya kepada staf-nya mana rombongan yang sudah siap berjumpa dengannya. Rupanya, karena rombongan tamu yang lain masih sibuk dan belum siap, akhirnya Ibu Airin menghampiri kursi meja bundar kami. Blingsatan-lah semua anggota rombongan. Ada yang masih aduk kopi, ada yang belum sempat menyendok nasinya meski porsi sarapan sudah stand by di piring, hahahaaaa ... jadi lucu juga.
Kursi untuk Ibu Airin pun dipersiapkan oleh ajudan. Space di meja tempatnya duduk juga dibersihkan. Buku map dan handphone saya termasuk yang kena "garuk" pembersihan mendadak itu. Meski akhirnya dikembalikan, karena ketika itu saya masih ada di sisi tempat ambil makanan prasmanan.
Akhirnya, pagi ini, meski nomor urut rombongan kami adalah yang ke-4, tapi karena kami kelihatannya sudah siap, maka menjadi rombongan pertama yang disapa dan diajak berdialog dengan Ibu Walikota yang parasnya cantik ini.
Ketika sudah saling duduk melingkari meja bundar, Ibu Airin terlebih dahulu yang menyapa salam dan menanyakan apa kira-kira permasalahan yang hendak disampaikan. Sambil pimpinan rombongan kami mulai menjawab, Ibu Airin masih terlihat sibuk dengan menu Tab lebar-nya yang baru membuka aplikasi 'Note'.
Mulailah Ibu Airin menulis lembar catatan baru per tanggal 20 Oktober 2017. Ia mencatat setiap detil yang kami sampaikan, sambil sesekali meminta penegasan ulang. Jemarinya yang lentik dan terawat memegang semacam "pensil" alat untuk menulis tangan langsung ke Tab. Bukan mengetikkannya 'lho.
Diantara jemari kanannya melingkar cincin warna perak, bukan keemasan. Sementara di lengan kanannya ia mengenakan arloji bertali kulit warna coklat ketuaan. Kemeja putihnya berpadu dengan celana panjang hitam khas gaya "Kerja Bersama"ala Pak Joko Widodo, Presiden kita. Sementara jilbabnya elok dilihat karena punya motif simetris warna-warni dengan dasar putih ungu muda. Ayu dan modis bingitlah pokoke.
Ibu Airin memang pendengar yang baik. Ia juga pencatat yang teladan. Selain, pengingat yang mumpuni. Makanya, setiap pengaduan demi pengaduan yang kami sampaikan, ia simak secara serius. Dialog yang bergulir pun bukan satu arah. Semua kita yang duduk di meja bundar berhak melontarkan pernyataan, pertanyaan maupun pendapat. Tidak ada istilah dialog satu arah. Semua interaktif dan begitu cair. Sikap keibuan sesekali muncul ketika Ibu Airin tersentuh dengan persoalan yang menyangkut masalah sosial. Di lain waktu, sikap tegasnya juga ditampakkan sebagai orang nomor satu di kota berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa ini.