Senjata tikam terakhir yang diperlihatkan Hozaimi adalah besi kuning. Berbentuk seperti pisau  pendek atau hanya kira-kira seukuran kurang dari sejengkal jari. Terbuat dari besi kuning. Senjata tikam besi kuning ini memiliki sarung yang terbuat dari kayu berwarna coklat kehitaman dengan bentuk lengkung, tidak persegi. Â
"Jadi, ibarat kepemilikan sepeda motor, semua benda-benda bersejarah ini bagaikan 'BPKB'-nya, berdasarkan manuskrip yang kami miliki juga. Beda dengan yang lain, meski punya keris-keris, tapi maaf boleh jadi tidak memiliki manuskrip yang menguatkannya," ujar Hozaimi sambil tertawa.
Sebenarnya masih ada beberapa benda bersejarah lainnya yang disimpan oleh dua bersaudara --- generasi ke-13 dari Syekh Maulana Shiddiq --- ini. Sebut saja misalnya, tombak, Keris Gajah, badik, dan lubuk.
Islam Masuk ke Bawean
Selain senjata-senjata kuno, Raden Hozaimi dan Raden Ismail juga memperlihatkan manuskrip tua yang juga mereka warisi. Manuskrip ini disebut-sebut sebagai tulisan tangan Raden Abdul Mukmin pada tahun 1326 H. Tulisannya menggunakan huruf Arab tetapi berbahasa Melayu. Manuskrip kuno yang masih terpelihara sampai sekarang ini antara lain menyebutkan sejarah Bawean dan kehadiran Islam di pulau ini.
Menurut Raden Ismail, manuskrip tua ini menyebutkan bahwa penyebar agama Islam di Bawean adalah seorang berbangsa Arab yaitu Syekh Maulana Shiddiq atau Umar Mas'ud. Beliau berasal dari Palembang, yang datang ke Bawean melalui Pulau Madura. Maulana Shiddiq adalah merupakan cucu dari Maulana Ishak.
Setelah beberapa waktu tinggal di Bawean, mereka mendengar ada seorang raja di Bawean dan bergelar "Ratu Babi". Raja ini berasal dari Paciran, daerah Sedayu (Sidayu Lawas). Ketika bertemu dengan "Ratu Babi", Syekh Maulana Shiddiq mengajak "Ratu Babi" untuk memeluk agama Islam. Ajakan ini disampaikan hingga beberapa kali, tapi sang Raja tetap menolak. Hingga akhirnya terjadilah "peperangan".
"Anggapan saya, "peperangan" yang dimaksud bukan berarti seperti peperangan pada masa saat ini. Melainkan perang tanding antara Syekh Maulana Shiddiq dengan "Ratu Babi". Akhirnya, "Ratu Babi" kalah. Sang raja ini tewas dan mayatnya dibuang ke laut. Alhasil, Syekh Maulana Shiddiq menjadi Raja di Bawean, kemudian menyerukan kepada segenap penduduk untuk memeluk agama Islam," tutur Ismail.
Pada perjalanannya kemudian, Syekh Maulana Shiddiq digantikan kepemimpinannya oleh sang putra yaitu Syekh Pangeran Ahmad.