Jembatan kayu setinggi 1 hingga 2 meter ini membuat siapa saja yang melintasinya dapat menyaksikan pepohonan bakau yang lebat, dan bibit-bibit bakau dibawahnya yang banyak ditanam dan terus bertumbuh.
"Setelah jembatan kayu selesai dibuat, mulai banyak yang tertarik datang ke hutan bakau ini. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan mengedukasi, khususnya kepada anak-anak sekolah, tentang pentingnya konservasi hutan bakau. Sekaligus, mengajak siapa saja yang hadir di sini untuk menanam bibit bakau.," ujar Subhan, Koordinator Pokmaswas Hijau Daun kepada penulis, Minggu (8/10) kemarin.
Hingga kini, sudah cukup banyak pengunjung yang ikut menanam bibit bakau. Bahkan, Pokmaswas Hijau Daun pun menawarkan layanan menarik. Bagi siapa saja yang menanam sebanyak 15 bibit bakau, maka berhak memperoleh papan nama bertuliskan dirinya, yang ditancapkan dekat bibit bakau yang ditanam. Oh ya, harga bibit bakau yang bisa dibeli di Pokmaswas Hijau Daun adalah Rp 7.500 per bibit. "Hasil pengumpulan uangnya, menambah biaya operasional kami. Misalnya, untuk dibelikan polybag yang digunakan pada proses pembibitan bakau," kata pria kelahiran Gresik, 9 April 1985 ini.
"Awalnya, PJB sempat menyatakan bahwa mereka sendiri yang akan membawa 10.000 bibit bakau ke Pulau Bawean. Tapi akhirnya, rencana tersebut berubah sesuai saran kami agar PJB membeli saja bibitnya dari Pokmaswas Hijau Daun, lalu segera ditanam di hutan lindung ini," tutur Subhan seraya menambahkan bahwa pembelian bibit bakau sebanyak ini pun langsung menambah pundi-pundi kas kelompoknya guna dijadikan biaya operasional agenda kerja berikutnya.
Dua tahun kemudian, tepatnya awal 2017, PT PJB UP Gresik lagi-lagi membeli 10.000 bibit bakau. Penanamannya sudah dilakukan. Di sisi sebelah Timur area konservasi hutan bakau. Itu artinya, pundi-pundi kas Pokmaswas Hijau Daun kembali menggelembung hasil penjualan bibit.
Selain bakau, pohon cemara juga ditanam demi melengkapi upaya konservasi alam. Sekitar 2,5 tahun lalu, Pokmaswas Hijau Daun memperoleh bantuan dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Gresik yakni sebanyak 6.000 bibit pohon cemara. Karena lahan yang terbatas, maka hanya 200 bibit cemara yang ditanam di dekat hutan bakau Desa Daun. Selebihnya disebar ke berbagai wilayah di Pulau Bawean, termasuk ditanam juga di Pulau Noko Selayar dan Noko Gili. Penulis menyaksikan sendiri, tinggi pohon-pohon cemara di hutan bakau Desa Daun dan di Pulau Noko Gili sudah mencapai 3 meter dengan kondisi yang segar.
"Mengapa kami menanam pohon cemara di area berpasir sepanjang pantai di Desa Daun dan berseberangan dengan bakau, karena akar dari pohon cemara sanggup memperkuat sedimen pasir sehingga sama seperti bakau, fungsinya dapat menahan abrasi pantai. Selain, cemara yang rindang juga dapat menjadi tempat bernaung para pengunjung dari teriknya sinar matahari," jelas Subhan yang juga menyebutkan bahwa sepengetahuan dirinya jarang terjadi ada penanaman pohon-pohon cemara di area berpasir hutan bakau.
Saat ini, lanjut Subhan, luas hutan bakau yang ada di Desa Daun mencapai 6,5 hektar. Seluruhnya dikelola bersama dengan segenap elemen masyarakat. Adapun 3 hektar diantaranya merupakan lahan konservasi garapan Pokmaswas Hijau Daun. Kini, Pokmaswas Hijau Daun juga sedang menyelesaikan jembatan kayu baru sepanjang 120 meter dan dilengkapi rumah singgah. Keberadaan rumah singgah ini selain sebagai tempat bernaung dan beristirahat, juga akan menjadi semacam wahana informasi melalui foto-foto dan tulisan tentang apa-apa saja kegiatan yang sudah dilaksanakan Pokmaswas Hijau Daun.