Mari kita kulik paket nomor wahidnya yaitu peningkatan bisnis di hulu (upstream) migas.
Seperti kita tahu, industri hulu migas memang menjadi tulang punggung ekonomi negara. Kegiatan eksplorasi dan produksi pada industri hilir migas mencakup serangkaian aktivitas yang kompleks dan bersifat jangka panjang, yang diatur dengan regulasi khusus. Dalam mengelola usaha hulu migas, Indonesia mengembangkan model kontrak bagi hasil (production sharing contract) atau kontrak kerja sama dengan perusahaan swasta nasional maupun internasional. Dengan model kontrak bagi hasil ini, negara memegang kontrol atas pengelolaan sumber daya alam migas. (Agus Sudibyo, "Etika Jurnalisme Migas : Panduan untuk Wartawan", 2015)
Bukan hanya di dalam negeri, Pertamina juga menggenjot produksi hulu lapangan mancanegara. Pada 2025 mendatang, Pertamina menargetkan produksi migas mencapai 1,9 juta barel setara minyak, dari hasil produksi ladang migas dalam negeri maupun ekspansi menggarap ladang-ladang migas di luar negeri. Untuk yang di luar negeri, Pertamina pasang target untuk dapat memproduksi hingga 700.000 MBOEPD pada 2025.
Adapun tahapan yang sudah berjalan pada kuartal I 2017 ini adalah di Kanada, Nigeria, Afrika, Kolombia, Perancis, Nambia, Italia, Irak, Myanmar dan Malaysia. Hasilnya? Kontribusi lapangan migas mancanegara mampu memproduksi hingga 121.000 BPOEPD pada kuartal I 2017 atau naik 17,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, minyak mencapai 99,9 ribu barel per hari, dan gas 281,9 juta kaki kubik per hari.
Akhirnya, wajar kalau kita cukup gembira menyimak perkembangan program 'BBM Satu Harga' sejak dicanangkan Presiden Jokowi hampir setahun kemarin. Pada praktiknya, kendala boleh saja menghadang, tetapi prinsip keadilan harus terus ditegakkan. Saya pun jadi terngiang kata-kata Adiatma Sardjito lagi.
Katanya, "Jangan samakan distribusi BBM di Indonesia dengan di Amerika Serikat. Kalau di Amerika, geografisnya adalah benua sehingga tinggal sambungkan saja pipa demi pipa untuk menjangkau wilayah distribusi. Beda dengan Indonesia yang punya 17.504 pulau, dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Tapi, meskipun terbatas, distribusi harus tetap ada!"
Ya, 'BBM Satu Harga', Satu Indonesia Raya!
Â
o O o