Seorang ibu tampak sibuk memilih sejumlah alat tulis. Perhatiannya tertumpu pada sejumlah produk untuk menggambar. Kotak kemasan berwarna merah segera saja berada di tangannya. Penuh perhatian kemasan tersebut dicermati seksama, dan tak perlu berlama-lama ... hap! kotak pensil warna itu pun sudah berpindah masuk ke keranjang belanjanya.
"Putri saya suka sekali menggambar. Sejak kecil ia senang menggambar, bukan saja di buku gambar, tapi juga dinding kamar. Bakat seninya kelihatan sekali. Makanya saya sudah akrab dengan pensil warna, crayon dan semua produk Faber-Castell yang utamanya berkaitan dengan aktivitas seni kreatif putri saya itu. Produk Faber-Castell terjamin mutunya. Saya dan putri saya sejak dulu selalu senang dan puas kalau pakai merek Faber-Castell ini. Bahkan, sampai sekarang, dimana putri saya sudah duduk di kelas XI program studi Animasi di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan. Produk Faber-Castell terus mengawal dan menginspirasi putri saya dalam berkreasi," tutur Ibu Lisdiana kepada penulis ketika dijumpai di Toko Buku 'Toga Mas', Jalan WR Supratman, Bandung, Jawa Barat, awal Juli kemarin.
Selain membeli buku-buku pilihannya, menyempatkan diri untuk melihat-lihat dan berbelanja di booth Faber-Castell selalu dilakukan warga Tangerang Selatan ini, bila tengah berkunjung ke Bandung dan mampir di toko buku ini. "Apalagi musim tahun ajaran baru pendidikan seperti saat sekarang ini. Belanja keperluan sekolah di booth Faber-Castell selalu menjadi keharusan. Karena, kualitas produknya tidak pernah mengecewakan," ujar Ibu Lidiana yang juga membeli sejumlah alat tulis kantor bermerek Faber-Castell karena alasan keandalan produknya.
Lantas apa sih rahasia yang bikin produk Faber-Castell begitu berkualitas dan terjamin mutunya?
Jawaban atas pertanyaan ini berhasil saya temukan dengan cara langsung mengunjungi dan meninjau pabrik Faber-Castell di Cibitung, Jawa Barat. Kunjungan bertajuk Kompasiana Visit Pabrik Faber-Castell ini berlangsung pada Selasa, 11 Juli kemarin.
Profil Faber-Castell
Okelah, sebelum membeberkan jawaban mengapa produk Faber-Castell amat berkualitas dan terjamin mutunya, yuk kita mengenal profil salah satu perusahaan alat tulis terbesar dan tertua di dunia, yang sudah berusia lebih dari 250 tahun ini.
Faber-Castell berdiri sejak 1716 di Stein-Nuremberg, Jerman. Sang founder tak lain adalah Kaspar Faber. Kota Nuremberg terkenal sebagai penghasil alat tulis yang mendunia, karena memang sudah sejak zaman pertengahan lalu banyak dijumpai pengrajin mainan kayu yang diantaranya melahirkan keahlian membuat pensil.
Eh iya, jangankan kita-kita yang seneng banget kalau memakai pensil Faber-Castell, bahkan pelukis dunia Vincent van Gogh pernah mengapresiasi kualitas dan keandalan pensil tersebut. Pada 1883, dalam surat van Gogh yang dikirimkan kepada van Rappard, seorang sahabatnya tertulis:
"Saya ingin menceritakan kepadamu, mengenai sebuah pensil yang saya dapatkan dari Faber, pensil ini sangat ideal dari sisi ketebalannya, sangat lembut dan memiliki kualitas yang sangat baik, hitamnya sangat baik dan sangat cocok digunakan untuk skala besar".
Nah, masih soal Vincent van Gogh (1853 -- 1890), perupa yang semasa hidupnya pernah menghasilkan lukisan termahal -- Portrait de l'artiste sans barbe, dan Bunga-bunga Iris (1889) serta Potret Dr Gachet (1890) -- ini, tanggal kelahirannya yakni 30 Maret diperingati sebagai 'Hari Pensil' oleh Faber-Castell.
"Begitulah, bahkan pelukis tersohor dunia Vincent van Gogh begitu menyukai pensil produksi Faber-Castell karena sangat lembut dan hitam. Jadi, pensil kita sangat terkenal. Saat ini, Faber-Castell sudah berada dalam urutan generasi kesembilan. Tapi, mulai terbentuk kekuatannya pada generasi keempat. Nama Faber-Castell mulai menjadi resmi pada generasi keenam, ketika dua keluarga --- Faber dan Castell --- bergabung menjadi satu melalui pernikahan antara keluarga pengusaha dan bangsawan. Jadi, Faber-Castell adalah nama keluarga sekaligus brand," papar Fransiska Relina, Brand Manager Faber-Castell kepada peserta Kompasiana Visit.
Menurutnya lagi, ada empat brand essential yang menjadi nilai-nilai inti Faber-Castell, yaitu: Kompetensi dan tradisi yang sejak dulu menghasilkan pensil hingga kini tetap memproduksi pensil (Competence & Tradition); Produk yang terjamin kualitasnya atau kualitas adalah nomor satu (Outstanding Quality); Inovasi dan kreativitas (Innovation & Creativity); serta, Tidak melupakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, misalnya kita tidak akan mempekerjakan anak-anak dibawah umur, juga tidak membeda-bedakan SARA, pilihan politik dan sebagainya (Social & Environmental Responsibility).
"Secara segmen usia pengguna, produk Faber-Castell tersedia untuk anak-anak hingga dewasa," ujar Fransiska seraya menyebut bahwa Faber-Castell memiliki empat jenis pensil yaitu pensil tertua, tertinggi, terkecil dan termahal.
Perlu juga dikasih tahu, Faber-Castell mulai hadir di Indonesia pada awal 1990-an dengan mendirikan pabrik pensil (PT A.W. Faber-Castell Indonesia) yang berlokasi di Narogong, Bantar Gebang, Bekasi.
Awalnya, pasar Indonesia ditangani distributor, tetapi lambat laun pengelolaannya dilakukan secara serius dengan menggarap distribusi dan pemasaran di Indonesia pada 1999 melalui perusahaan lokal PT Faberindo Perkasa, yang kemudian di tahun 2005, seluruh kegiatan operasionalnya diambilalih Faber-Castell sekaligus mengubah namanya menjadi PT Faber-Castell International Indonesia.
"Ada tujuh kantor perwakilan di Indonesia, yaitu di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Makassar dan Samarinda. Serta satu lagi, mengelola pabrik marker yang ada di Kawasan Industri MM2001, Cibitung, Jawa Barat ini," kata Fransiska lagi.
Di Pabrik Faber-Castell Cibitung --- sekitar 43 kilometer dari Gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat ---, peserta Kompasiana Visit tak bisa lagi menyembunyikan rasa kepo untuk melihat secara langsung jeroan dan mengulik tahapan proses produksi didalamnya.
Mulyadi Gunawan selaku Factory Manager Faber-Castell menjelaskan tahap demi tahap proses produksi ConnectorPen yang dihasilkan pabrik ini, yaitu proses Production Injectiondan Assembling.
"Berawal dari pengadaan raw material yang merupakan bijih plastik dan pewarna. Kemudian dilakukan mixing material antara bijih plastik dengan pewarnanya. Selanjutnya adalah proses pemanasan atau yang dinamakan injection machine process, dimana bijih plastik dan pewarna dipadatkan menjadi produk injection result," jelas Mulyadi sembari terus memandu keliling pabrik seluas 14.000 m2 yang groundbreaking-nya dilaksanakan pada Juni 2015. Sedangkan pada 14 November 2016, mulai dioperasikan bagian terbaru atau perluasan pabriknya.
Setelah injection result didapatkan, lanjut Mulyadi, tahap berikut adalah mengoperasikan assembling machine process untuk membuat part sebagai ConnectorPen, yang terdiri dari beberapa bahagian yakni body, tutup, end-plug dan connector. Dalam proses assembling ini dilakukan juga mixing tinta, artinya kita menyiapkan material untuk bisa membuat ConnectorPen yang dapat digunakan. Itulah mengapa perlu ditambahkan pewarna dalam bentuk tinta.
Menurut Mulyadi, sebagai komitmen terhadap kepedulian lingkungan, waste dari proses produksi tidak akan dibuang sembarangan. "Tapi kami pergunakan ulang untuk membuat produk atau part lagi. Prosesnya adalah dengan cara dicacah atau dilakukan peleburan ulang sebagai proses recycling. Selain itu, produk kami ramah lingkungan, bahkan bila tintanya menempel di baju maka untuk menghilangkannya tinggal dicuci saja bajunya. Yang jelas, pembuatan part produk, insert tinta, hingga produk finish good semuanya ramah lingkungan," yakinnya.
Oh iya, pabrik marker Cibitung yang saat ini memproduksi ConnectorPen ini senantiasa mendasari seluruh tahapan kerja dengan menerapkan Quality Control (QC) Flow Process. Mengapa? "Dalam proses pembuatan ConnectorPen, kami sangat menjaga sekali yang namanya proses QC. Semua itu sudah ada runutannya yang dinamakan QC Flow Process. Bermula dari pengadaan raw material dari lokal dan impor. Setelah ada permintaan dari produksi, raw material yang sudah ada dilakukan pengecekan terlebih dahulu melalui proses incoming. Sehingga, kualitas produk yang masuk ke pabrik senantiasa terjamin kualitasnya sesuai standar yang diberlakukan Faber-Castell," urai Mulyadi.
"Produk yang sudah selesai dari proses assembling tetap harus melalui QC Check yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi packing. Ketika produksi packing pun tetap dilakukan pengecekan start up atau awal pertama kali produksi, proses hingga output-nya. Begitu selesai, produknya kemudian dikirim ke gudang," tutur Mulyadi.
Pemandangan yang nampak mencolok adalah ketika sejumlah karyawan pabrik melakukan pengemasan hasil produk. "Proses packaging dilakukan secara manual. Inline process berlangsung di sini, dengan ritme yang sudah sangat berkesinambungan," ujarnya.
Setelah tahu bahwa Pabrik Faber-Castell Cibitung memproduksi ConnectorPen, enggak acik rasanya kalau enggak menjajal sekaligus berkreasi dengannya. Yuk, sessi yang dipandu Creative Development Faber-Castell, Yayu A Rahayu ini sekaligus menjadi waktu rehat setelah seru-seruan mengikuti plant tour.
Sebelumnya, Yayu memperkenalkan terlebih dahulu apa itu ConnectorPen. "Ini adalah alat mewarnai yang dapat dihubung-hubungkan, sehingga tidak gampang berantakan apalagi hilang. Fitur yang menghubungkan ConnectorPen ini menjadi nilai tambah karena dapat digunakan untuk membuat berbagai bentuk dan model kreatif. Artinya, kalau ConnectorPen sudah mongering, jangan lantas dibuang, karena semakin banyak yang ConnectorPen yang dimiliki maka semakin banyak dan beragam model yang bisa dibuat," tuturnya.
- Spidol kreatif dengan warna-warni cerah.
- Bisa digabung-gabungkan supaya tidak berantakan atau hilang.
- Bisa dicuci dan tidak meninggalkan noda pada pakaian.
- Tidak beracun (non toxic).
- Aman untuk anak-anak.
- Bisa dirangkai secara kreatif jadi aneka bentuk rancang bangun.
- Terdiri dari 60 warna dengan kemasan yang cocok sebagai hadiah edukatif.
Pertama, teknik pointillism. Sesuai namanya, inilah teknik menggambar dan mewarnai dengan cara mengisi bidang-bidang dengan kumpulan titik-titik.
= = = = =
Bersambung ke:Â "Art4All" Faber-Castell: Melahirkan Seni, Menginspirasi Kreasi (2)
Baca juga: #Art4All: Melawan Vandalisme dengan Gang Cantik Berseri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H