Banyak yang bingung mencari lokasi persis Tandon Ciater. Untuk gampangnya, pengunjung bisa lewat JALAN HAJI SARAN. Nah, mencari Jalan Haji Saran ini, ancer-ancernya adalah, kalau dari arah BSD City mengarah ke Jalan Viktor (arah ke Pamulang maupun Parung). Jalan Haji Saran ada di sisi kiri, sebelum toko ban GT Radial. Di sisi seberang toko ban, ada bakal lokasi apartemen The Ayoma yang sejajar dengan tempat saya biasa menikmati kuliner Pecel Madiun.
Pokoknya, ikuti saja ruas JALAN HAJI SARAN ini, menuju ke Kantor Kementerian Agama Kota Tangsel, atau Kompleks Perumahan Departemen Agama di BSD Kencana Loka Sektor XII. Kalau sudah ketemu Kompleks Depag, maka lokasi Tandon Ciater sudah tidak jauh (sekitar 1 kilometer lagi), karena tepat di seberang Kompleks Depag ini adalah sudah Jalan Tandon Ciater.
Tinggal susuri saja terus Jalan Tandon Ciater ini, maka di ujung sana akan segera tampak pintu gerbang dan pagar besi berwarna hitam yang merupakan pintu masuk ke area Tandon Ciater.
Tandon Ciater diresmikan Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany pada 15 Januari 2016. Luas area keseluruhannya ditaksir mencapai 7 hektar. Tandon air ini disebut-sebut sanggup menampung debit air sebanyak 120 ribu meter kubik. (Kalau mau dibandingkan dengan Bendungan Gintung atau dulu namanya Situ Gintung, jelas kemampuan tampungnya enggak ada ‘seujung kuku’-nya. Karena, Bendungan Gintung dengan luas 72 hektar, punya kemampuan menampung air sebanyak 1,2 juta meter kubik. Wowww …!)
Bangun Tandon Ciater yang ciamik beginiduit dari mana? Pembangunan tandon ini menggunakan dana hibah dari Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Besarnya Rp 10 miliar. Dana hibah ini sengaja diberikan kepada Kota Tangsel, guna membantu mengurangi debit air yang mengalir ke Kali Angke. Maklum, kalau Kali Angke meluap, maka sebagian warga di Cengkareng, Jakarta Barat pasti kena getahnya alias kebanjiran.
Pemkot Tangsel sendiri bukannya enggak keluar duit. Gelontoran uang sebanyak Rp 24 miliar dikeluarkan untuk membangun akses infrastruktur jalan raya (Jalan Tandon Ciater) sepanjang 1 kilometer, dari muka Kantor Kemenag Kota Tangsel hingga ke lokasi Tandon Ciater.
Bukan cuma jadi tampungan maupun resapan air saja, Tandon Ciater juga digadang-gadang menjadi lokasi EKOWISATA andalan Tangsel. Daya dukung untuk mewujudkannya terus dipersiapkan, ada taman yang menghijau dan asri --- difungsikan untuk camping ground Pramuka ---, lahan pertanian terpadu, pendopo bergaya tradisional dengan halaman luas yang bisa dimanfaatkan melaksanakan berbagai kegiatan, Rumah Blandongan yang berukuran besar, mushola, toilet umum hingga kantin.
Uuupppsss … ada yang lupa. Tandon Ciater juga dilengkapi lintasan jogging track yang nyaman. Mau olahraga jalan kaki, lari-lari kecil, dijamin bikin keringet gembrobyossss! Sayangnya, lintasan terdiri dari bebatuan conblock, jadi bagi anak-anak yang ingin main sepatu roda, terasa enggak nyaman. Kalau mereka bawa sepeda kecilnya sih masih bisa gowes keliling tandon, tapi tetap harus sepengawasan orangtua. Maklum, pagar yang terpasang di sepanjang bibir tandon hanya berupa kawat baja tebal yang melintang dan tidak menutup rapat, sehingga terasa kurang aman bagi anak-anak.
Hari Sabtu pagi, 15 April 2017 kemarin, saya berkunjung ke Tandon Ciater. Jujur, itu kali pertama kedatangan saya. Sempat terkesima dengan pembangunan Jalan Tandon Ciater yang membentang mulus dengan penataan sempadan sungai yang rapi. Perasaaan takjub semakin bertambah lagi manakala melihat dengan mata kepala sendiri, betapa luas bentangan tandon dari ujung satu ke ujung lainnya.
Meski efektif, tapi Pemkot Tangsel sebaiknya kembali meninjau Tandon BPI yang kini terkesan kurang terawat. Misalnya, lintasan jogging track yang semakin rusak, dan pagar besi yang mulai copot. Begitu juga dengan undakan tangga untuk naik ke sempadan tandon yang perlu dibuat lebih baik lagi. Beda dengan Tandon Ciater, untuk Tandon BPI orang bebas untuk memancing ikan di sini.
Mengapa di Tandon Ciater, pengunjung tidak boleh memancing ikan? Ya, karena ikan-ikan yang ada sengaja dipelihara demi menjaga kelestarian hayati ekosistem air dan perairan di tandon. Makanya, pengunjung bisa membeli pelet, butiran makanan ikan, seharga 1.000 sampai 2.000 rupiah untuk dilemparkan ke perairan. Anak-anak senang melakukannya, karena begitu mereka melemparkan pelet, seketika itu juga kumpulan ikan-ikan akan membuat air berkecipak lantaran berebutan makan.
Pertama, kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan di area tandon masih sangat memprihatinkan. Sampah-sampah banyak terlihat bertebaran. Tidak saja di lintasan jogging track, tapi juga di dinding melandai tandon itu sendiri, termasuk di rerumputan dan taman, serta nyelenehnya lagi malah ada yang menggantungkan plastik sampah di tali kawat baja yang menjadi pagar tandon.
Untuk itu, saya menyarankan agar pengelola menyediakan tempat sampah lebih banyak lagi. Jangan hanya tersedia di dekat area masuk tandon saja. Ingat loh, Tandon Ciater ini begitu luas, maka dari itu tempat sampah harus lebih banyak lagi disiapkan. Meskipun, boleh juga kita ingatkan kepada pengunjung, untuk mengantongi plastik sendiri demi menempatkan sampah agar supaya tidak dibuang sembarangan, apalagi kalau sampai seenaknya sampah dilempar ke perairan tandon. Kasihan dong sama ikan-ikannya!
Kedua, baik juga rasanya apabila pengelola Tandon Ciater menyewakan sepeda. Pengunjung bisa menggowes santai sepanjang lintasan jogging track. Tapi ya mohon diingatkan saja, bahwa jogging track adalah “milik bersama” jadi harus saling tertib antara yang naik sepeda, berolahraga jalan kaki maupun lari-lari kecil. Atau, kalau memang mau dilarang bersepeda di lintasan jogging track, ya sekalian saja dilarang, termasuk melarang kehadiran kuda-kuda tunggangan yang disewakan untuk berkeliling tandon.
Keempat, rasanya perlu juga ada space khusus untuk taman bermain anak. Ya, dilengkapi misalnya dengan jungkat-jungkit, permainan tangga besi dan sebagainya untuk merangsang reaksi motorik anak.
Kelima, banyak juga pengunjung yang ketika memberi makan ikan-ikan, justru mendekat hingga ke permukaan perairan. Meski sudah disiapkan tangga untuk turun dan naik, tapi sebaiknya pengelola juga menyiapkan pegangan tangan atau rail handle agar anak-anak tidak terpeleset jatuh.
Ketujuh, petugas keamanan dan kebersihan Tandon Ciater hendaknya semakin waspada agar supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Karena saya melihat, untuk lampu hias Rumah Blandongan yang dipasang di tiang sisi luar misalnya, satu mengalami kerusakan, sedangkan satu lagi malah sudah copot entah kemana. Duh, sayang sekali kan? Termasuk, toilet yang ada di pos keamanan dekat pintu gerbang depan, sebaiknya dibersihkan dan dirapikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H