Kalau seseorang itu mengalami kondisi sangat obesitas hingga mencapai berat badan 150 kg hingga 200 kg, dan mengidap diabetes atau kelainan yang lebih gawat lagi, maka disarankan untuk melakukan operasi jenis ketiga yaitu Mini Gastric Bypass.
“Pada prinsipnya, operasi Mini Gastric Bypass ini sama seperti Sleeve Gastrectomy, dimana dilakukan pemotongan lambung hingga menjadi kecil melalui operasi. Bedanya adalah, pada Sleeve Gastrectomy, lambung warna pink yang sudah dipotong akan dikeluarkan karena sudah tidak memiliki hubungan kemana-mana lagi, sementara pada Mini Gastric Bypass, lambungnya dipisahkan, tetapi yang warna putih dibiarkan tetap ada didalam perut, dan dibuat sambungan by pass menuju ke usus halus yang panjangnya mencapai 5 meter. Dengan begitu, makanan masuk dari mulut, kerongkongan, lambung dan langsung ke usus halus. Jadi, makanan tidak masuk atau melintas dulu di usus penyerapan sepanjang 2 meter, melainkan langsung ke usus halus,” tutur Dr Handy.
Kelebihan dari Mini Gastric Bypass ini adalah, makanan yang dikonsumsi dapat cepat turun dan masuk ke usus halus. Termasuk kalau pasien minum-minuman manis, maka akan langsung masuk ke usus halus dan tidak akan terserap oleh usus. Sebagai catatan, minuman manis itu diserap di lambung, bukan di usus halus. Tapi, kekurangannya, karena makanan tidak akan melalui usus penyerapan, maka harus pasien harus mengonsumsi vitamin, kalsium selama seumur hidup. Pelaksanaan operasi jenis ketiga ini juga lebih lama, yaitu 2 sampai 3 jam,” ungkapnya.
Sama seperti ‘ritual’ operasi lainnya, sebelum pasien menjalani operasi Bedah Bariatrik lebih dulu menjalani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh dan puasa. “Sebelum pelaksanaan operasi, pasien tentu akan dicek terlebih dahulu vitalitas dan kondisi kesehatannya secara medis. Mulai dari paru-paru, jantung, lambung menggunakan endoskopi. Juga pemeriksaan apakah pasien memiliki kelainan psikologis atau tidak, seperti misalnya berharap sekali untuk menjadi kurus bahkan menjurus anoreksia, stress, depresi dan lainnya,” jelas Dr Handy.
Begitupun pasca operasi, pasien harus mengonsumsi asupan makanan secara bertahap, mulai dari yang cair, lembut, setengah padat dan barulah kemudian makanan padat. “Usai melakukan operasi, pasien dihimbau untuk jangan dulu mengonsumsi makanan padat. Karena lambung yang diperkecil tentu harus menormalisasi terlebih dahulu bekas sayatan operasi. Setidaknya, butuh waktu 2 minggu sampai sayatan lambung tersebut menempel kembali dan pulih sempurna. Disarankan, dalam 2 minggu pertama pasien mengonsumsi asupan cair terlebih dahulu, lalu pada minggu ke-3 dan 4 boleh makan bubur halus, kemudian selanjutnya bolehlah makan asupan normal dengan porsi yang sedikit,” jelas spesialis bedah yang sebelumnya berdinas di RS Grha Kedoya, Jakarta Barat ini.
Pasca operasi, Dr Handy meyakinkan bahwa apabila kondisinya sudah normal kembali, maka pasien boleh melakukan aktivitas rutin seperti biasa. Sama sekali tidak ada larangan untuk melakukan aktivitas tertentu seperti yang sudah dilakukan sebelum operasi Bariatric Surgery. “Pasca operasi, pasien tidak akan mengalami gangguan beraktivitas, karena hanya melakukan operasi pengecilan ukuran lambung yang fungsinya untuk membatasi makanan dan minuman masuk saja,” ujarnya.
Ketika diajukan pertanyaan sudah berapa banyak pasien yang pernah dilakukan operasi Bedah Bariatrik, Dr Handy Wing mengatakan, jumlahnya hampir 100 pasien. “Sudah hampir 100 pasien yang saya tangani operasi Bariatric Surgery-nya, termasuk yang di OMNI Hospitals Alam Sutera ini. Kebanyakan dari pasien, atau 80 persen dari mereka yang menjalani operasi adalah perempuan karena memang mereka paling sensitif dalam hal berat badannya,” ungkapnya.
Padahal, operasi Bariatric Surgery ini bukan semata untuk menguruskan badan saja. Lebih dari itu, operasi ini adalah untuk menyelamatkan pasien dari ancaman komplikasi penyakit yang begitu banyak akibat obesitas.