Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ketika Jokowi Nge-vlog

3 Maret 2017   14:24 Diperbarui: 4 Maret 2017   14:00 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vlog Jokowi ketika pertandingan sepakbola di ajang Piala Presiden 2017. (Sumber: Akun Presiden Joko Widodo di Youtube)

Presiden Joko Widodo nge-Vlog (Video Blogging), pasti sudah banyak yang tahu. Apalagi Vlog yang isinya menampilkan Jokowi beradu hebat dengan putranya, Kaesang di halaman Istana Negara, dalam menarik dan melepaskan busur anak panah ke target. Selain memberi informasi kepada publik bahwa Jokowi gemar berolahraga, sekaligus Vlog ini juga menyampaikan alasan mengapa Jokowi pilih belajar memanah. “Memanah perlu konsentrasi, perlu fokus, ada target dan sasaran,” ujar Jokowi dalam Vlog berdurasi 3 menit 26 detik itu.

Dalam Vlog yang diberi judul #JKWVLOG – Olahraga Memanah : Fokus, Konsentrasi, Ada Target dan Sasaran ini, Jokowi kelihatan guyon dengan Kaesang bahwa dirinya bisa saja ikutan Pekan Olahraga Nasional (PON) untuk cabang olahraga memanah. Tak hanya itu, Jokowi juga bercanda dengan menasehati Kaesang untuk berlatih dulu memanah target yang jaraknya pendek, kemudian target berjarak panjang, dan setelah itu … (ini yang lucu), Jokowi bilang target akan diganti dengan rusa! Hahahahaaaguyonan ala Jokowi yang spontan tapi kocak.

Vlog yang berkisah tentang bapak dan anak belajar memanah ini diunggah pada 26 September 2016. Sampai 2 Maret 2017 jam 23.01 wib, yang menonton via Youtube sudah mencapai 498.916views.

Ya, Jokowi memang punya akun di Youtube yaitu Presiden Joko Widodo. Tercatat, subscriber-nya sudah mencapai 100.724. Lumayan banyak ya, meskipun masih kalah kalau dibandingkan akun Kaesang yang punya subscriber247.963. Ayo Pak Jokowi jangan mau kalah sama Kaesang … heheheheee

Melalui akunnya di Youtube, aktivitas nge-Vlog Jokowi kelihatan sudah dimulai sejak sebelas bulan lalu atau Mei 2016. Di bulan ini juga, Jokowi banyak mengunggah Vlog yang berisikan aneka macam kegiatan. Mulai dari agenda kerja berupa peresmian Pasar Krendetan di Purworejo, Pasar Giwangretno di Kebumen, dan Pasar Manis Purwokerto di Banyumas. Setiap peresmian ketiga pasar tersebut, selalu ada (kumpulan foto dan) rekaman videonya yang kemudian disebarluaskan ke publik melalui Vlog. Meski praktik di lapangan, peresmian ketiga pasar tersebut dilangsungkan pada 4 Mei 2016, tetapi Vlog-nya baru diunggah tanggal 27 Mei 2016. Duh, ini late post banget Pak Jokowi … hahahahaaa, agak lebih disegerakanupload ke Youtube-nya.

Masih di bulan yang sama, Vlog yang juga muncul adalah ketika Presiden Jokowi memberi sambutan pada Munaslub Partai Golkar di Bali, pada 14 Mei 2016. Vlog ini diberi judul Presiden Jokowi Blak-blakan di Munaslub Golkar. Lagi-lagi late post, karena Vlog-nya baru diunggah pada 27 Mei 2016. Video berdurasi 3 menit 32 detik ini sudah ditonton 17.467 kali.

Kemunculan vlog-vlog awal di akun YoutubePresiden Joko Widodo jelas bukan karya kreatif Jokowi langsung. Tetapi, seperti ditampilkan pada setiap penghujung tayangan Vlog, tercantumlah siapa peraciknya, yang tak lain adalah Tim Komunikasi Presiden dan Biro Pers, Media dan Informasi di Sekretariat Presiden.

ONE VLOG - ONE INFO - ONE MESSAGE

Menurut Johan Budi SP selaku Juru Bicara Presiden, apa yang dilakukan Presiden Jokowi dengan membuat Vlog adalah untuk memanfaatkan kanal-kanal media sosial sebagai salah satu media penyampai pesan kepada publik.

“Mengkomunikasikan kepada publik melalui media sosial yang ada seperti twitter, facebook dan kini melalui Vlog. Presiden membuat Vlog itu sebetulnya pada acara-acara yang biasanya santai, sambil Presiden menyampaikan pesan-pesan dalam Vlog. Misalnya ketika kunjungan Presiden ke Ambon, Presiden mengajak kaum muda untuk mencintai Indonesia, makanan Indonesia, lokasi wisata dan lainnya serta memperkenalkannya kepada dunia. Moment ini dibuat tentu dengan harapan apa yang dibuat Presiden melalui Vlog itu bisa berkomunikasi langsung dengan masyarakat,” ujarnya ketika diwawancarai Radio Elshinta, Kamis pagi (2 Maret 2017).

Johan Budi menambahkan, sewaktu Presiden Jokowi di Australia misalnya, ada kegiatan-kegiatan nonformal yang dilakukan antara Presiden dengan PM Australia. Keduanya berjalan kaki bersama, kemudian bertemu dengan masyarakat Indonesia di Australia untuk berbincang-bincang santai dan biasa saja, dengan tanpa protokoler yang riweuh. “Beberapa kali Vlog Presiden itu dibuat pada suasana yang santai, tidak terlalu serius. Dari situlah kemudian muncul pesan-pesan yang ingin disampaikan Presiden melalui Vlog buatannya itu,” tuturnya.

Sejak mulai meluncurkan Vlog-nya, akun Presiden Joko Widodo di Youtube punya beberapa “rubrik” tayangan Vlog. Mulai dari “rubrik” #JKWVLOG, Arah, Blusukan, Sudut Lain, Internasional, Kabar Kerja dan #Upacara360.

“Rubrik” #JKWVLOG menjadi yang paling fenomenal, karena inilah karya kreatif Vlog yang biasanya direkam Jokowi mirip seperti sedang live report atau reportase lapangan. Tapi jangan sepelekan untuk nonton “rubrik” Arah, yang sesuai namanya, memberi gambaran bagaimana pembangunan Indonesia dilaksanakan. Kita lihat contohnya, Vlog tentang implementasi Tol Laut, Destinasi Wisata Indonesia – Danau Toba, Modernisasi Transportasi Massal, dan Perbatasan Sebagai Beranda Terdepan Indonesia. Durasi semua Vlog-nya ini, enggak sampai 4 menit. Singkat, padat, cermat dan lugas!

Khusus “rubrik” #Upacara360, durasinya begitu panjang karena merupakan rekaman utuh pelaksanaan Upacara Bendera di Istana Negara, Kirab Istana, dan Kirab Monas di lapangan Monas. Hebatnya, perekaman dilakukan dengan menggunakan kamera video yang mampu melakukan pictureshooting hingga 360 derajat. Wowwwmauuuu!

Dari semua “rubrik” dan Vlog yang diunggah, Jokowi baru benar-benar membuat video blogging secara on the spot pada Februari 2017 kemarin. Maksudnya, Vlog dibuat dengan langsung melakukan perekaman video menggunakan gadget yang dipegangnya sendiri tanpa bantuan “tongkat narsis” (tongsis). Bukan cuma itu, perekaman juga langsung mengarah ke wajah Jokowi sendiri, sambil mereportase apa yang sedang disaksikan maupun dikerjakannya.

Vlog yang dibuat dengan merekam video dirinya sendiri yang tengah melaporkan peristiwa ini muncul dengan judul sesuai tema, dan diserta tagar khusus yaitu #JKWVLOG. Maksudnya, tentu saja: Vlog-nya Jokowi. Tiga Vlog yang dibuat Jokowi dengan teknik seperti reporter televisi sedang siaran langsung ini semuanya sudah saya tonton. Yaitu, Vlog Jokowi ketika sedang menyampaikan pertandingan sepakbola di ajang Piala Presiden 2017; Jokowi sedang makan bakso di Ambon; dan, yang paling viral sekaligus fenomenal adalah Vlog ketika Jokowi makan siang bersama Raja Salman.

Benar seperti dikatakan Johan Budi SP, setiap Vlog Jokowi selalu dibuat dalam kondisi santai, tidak terbelenggu protokoler kenegaraan yang ketat. Lebih dari itu, setiap Vlog dalam #JKWVLOG selalu menyisipkan info juga pesan. Mungkin tepatnya: “ONE VLOG - ONE INFO - ONE MESSAGE”. Ketika nge-Vlog pertandingan sepakbola Piala Presiden, Jokowi berpesan sekaligus memberi semangat untuk ‘Maju Terus Sepakbola Indonesia’.

Sedangkan, pada Vlog makan bakso di Ambon, Jokowi menyampaikan informasi agenda kerja yang usai dilakukan terkait pembagian Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, sambil tentunya menyisipkan pesan agar masyarakat Indonesia terus memperkenalkan kuliner lokal ke mancanegara.

Lantas, apa Vlog makan siang dengan Raja Salman juga taat pada prinsip One Vlog – One Info – One Message (OV-OI-OM)? Tentu saja. Jokowi menginformasikan apa yang tengah dilakukannya, yakni menjamu makan siang Raja Salman di Istana Negara, dan ujungnya menyampaikan pesan agar pertemuan kedua pemimpin negara ini semakin mempererat hubungan timbal balik antar kedua negara.

Kita patut berterima kasih kepada Presiden Jokowi yang sudah secara tidak langsung mengajarkan teknik membuat Vlog, dengan konsep OV-OI-OM ini. Maturnuwun, Pakdetapi#SepedanyaMana, heheheheee ...

Belajar dari Vlog Jokowi

Selain ilmu OV-OI-OM yang barusan kita pelajari dari Vlog Jokowi, apalagi yang bisa diserap untuk kita jadikan pembelajaran? Pertama, kekinian. Banyak lho yang memuji Presiden Joko Widodo sebagai kekinian karena mau “belajar”, kemudian praktik membuat Vlog dan mengunggahnya. Jujur, kenekatannya ini luar biasa! Kok nekat? Ya, bayangkan saja, di sela makan siang dengan Raja Salman, Jokowi malah nge-Vlog. Diantara pertandingan sepakbola yang butuh pandangan lurus ke lapangan hijau, Jokowi di barisan kursi podium kehormatan justru mengangkat kedua tangannya sambil memegang gadget. Jokowi cuek saja, ia terus nge-Vlog.

Karena kenekatannya nge-Vlog ini, saya pikir sudah pantaslah Jokowi diberi status Vlogger. Jadi, Presiden RI yang juga Vlogger, begitu kira-kira lengkapnya.

Kedua, aktualitas. Semua Vlog yang dibuat Jokowi dari sisi timingdan pemberitaan, sangat aktual. Ya maklumlah, Jokowi ‘kan sang vlogger sekaligus narasumbernya, heheheheee ... Tapi, dari sini kita bisa belajar bagaimana membuat Vlog dikaitkan dengan momentum aktual yang sedang berlangsung dan ditunggu-tunggu publik. Sambil tentu saja, menyisipkan OV-OI-OM ketika merekamnya, lengkap dengan penampilan diri dan suaranya. Suara atau voice over disini bisa berarti suara sang vlogger, dan suara suasana di sekeliling yang tengah peristiwa yang sedang berlangsung. Voice over Jokowi pas banget ketika merekam video blogging pada pertandingan sepakbola Piala Presiden 2017 itu. Artinya, suara Jokowi jelas, pun demikian dengan suara gemuruh penonton di stadion sepakbola.

Meski demikian, membuat Vlog tidak musti harus mengejar aspek aktualnya. Bisa kok --- dan pasti bisa --- membuat Vlog untuk mengangkat angle pada sisi humanis, human interest, passion tema tertentu, sosok atau profil dan lainnya. Karena, bukankah Vlog itu sendiri terdiri dari dua macam, Personal Vlogs dan Live Broadcasting Vlogs. Apa yang dikerjakan Jokowi, jelas lebih dominan kepada Live Broadcasting Vlogs.

Ketiga, rileks. Jokowi mengajarkan cara membuat Vlog dalam suasana yang santai. Tidak grasa-grusu yang khwatirnya malah menimbulkan kesan rekaman videonya dibuat-buat. Penampilan lisan Jokowi yang “slow” dengan speed bicara lambat, jelas bukan suatu halangan untuk membuat Personal Vlogs. Tapi, kalau untuk Live Broadcasting Vlogs pasti menjadi sesuatu yang kurang menarik untuk ditonton. Pemirsa tentu saja ingin tampilan lisan yang lebih agresif, punya speed cepat, tetapi intonasi dan artikulasi kata tetap jelas disebutkan.

Jadi, meski tetap terlihat rileks dan tidak dibebani protokoler kenegaraan yang riweuh (meminjam bahasa Johan Budi SP - red), Jokowi tetap sudah harus memikirkan terlebih dahulu sebelum memencettombol ‘RECORDED’ pada gadget-nya. Dua yang harus cepat dikuasainya dalam kepala adalah tentu saja, ONE INFO dan ONE MESSAGE yang akan disampaikan kepada publik.

Ketiga, spontan. Dalam teori media massa audio dan juga audio-visual, sesuatu yang disampaikan secara spontan akan lebih menarik ketimbang menayangkan sesuatu yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Jokowi berhasil mengajarkan kepada kita semua untuk enggak usah terlalu lama mikir, apa dan bagaimana Vlog yang akan dibuat. Cepat pikirkan sejenak, konsentrasi dan segera pencet tombol ‘RECORDED’. Bicara lepas apa adanya, spontan tapi tetap sudah ada simpanan di kepala atas info apa yang akan disampaikan, dan pesan apa yang bakal disampaikan juga. Salah bicara sewaktu merekam video blogging itu biasa, sekalipun ada suara sela seperti nada berpikir “ehmmm …” atau “eeehhhh …” maka itu alami dan biasa saja. Asalkan tidak terlalu sering disuarakan juga lho.

Coba, siapa sih bakal membayangkan, dari kursinya yang empuk di tribun kehormatan, tiba-tiba secara spontan Jokowi melakukan perekaman video blogging. Ia nge-Vlog! Sebegitu spontan, dan hasilnya, sudah pasti ciamik! #SepedanyaMana niiihhh … hahahahaaa

Vlog Jokowi ketika pertandingan sepakbola di ajang Piala Presiden 2017. (Sumber: Akun Presiden Joko Widodo di Youtube)
Vlog Jokowi ketika pertandingan sepakbola di ajang Piala Presiden 2017. (Sumber: Akun Presiden Joko Widodo di Youtube)

Keempat, wawancara. Mempelajari Vlog Jokowi, saya rasa inilah bagian yang paling penting! Ingat, penting pake banget!!! Apa itu? Jokowi mengajarkan kepada kita, kalau membuat Vlog itu, masukkan dialog atau kutipan wawancara dengan narasumber. Dengan kata lain, nge-Vlog ya harusnya sih, ada narasumbernya. Jadi, jangan malas untuk wawancara kalau bikin Vlog.

Coba bayangkan sendiri ajalah, kalau Vlog Jokowi yang sedang melakukan jamuan makan siang dengan Raja Salman itu tidak diisi dengan munculnya dialog dengan Raja Salman. Pasti, Vlog ini akan kurang greget! Percaya deh. Tapi, karena Jokowi “nekat”, maka ia mengatur waktu sedemikian cerdik untuk bisa merekam pernyataan Raja Salman meskipun hanya singkat. Keren lagi ‘kan, Pakde.

Sama kalau kita nge-BLOG. Kalau tulisan reportase atau review misalnya, hanya melulu paparan si blogger, kayaknya kok rada kurang jossya.

Eh, satu lagi alasan kenapa Vlog Jokowi yang makan siang dengan Raja Salman itu bisa dianggap sebagai ‘The Best Vlog Ever’. Karena, Jokowi pas sekali mengarahkan komposisi kamera depan gadget-nya ke wajah Raja Salman secara utuh. Dahi, alis, mata, hidung, mulut, kumis, janggut bahkan keriput wajah Raja Salman bisa tertangkap jelas melalui bidikan kamera video gadget Jokowi. Terus apa rahasianya?

Begini penjelasannya. Menurut Steve Stockman dalam bukunya ‘How to Shoot Video That Doesn’t Suck : Cara Asyik Bikin Video Ciamik’ (Prigel Books, 2011) menuturkan, “Jangan Merekam Sampai Anda Melihat Bagian Putih Mata Subyek”. Artinya, wajah subyek itu bagaikan papan pengumuman dari seluruh emosi manusia. Wajah menghubungkan kita dengan orang lain. Sedangkan mata adalah jendela jiwa atau monitor jiwa. Kalau kita tidak bisa melihat mata subyek (ketika merekam video), maka kita akan kehilangan sebagian besar isyarat komunikasi yang kita gunakan saat berinteraksi. Tanpa mata, penonton tidak akan mengetahui tokoh utama kita dan tidak akan ‘menginvestasikan’ waktunya untuk menonton video kita. (Bab 29).

Jelas dong, ketepatan Jokowi ‘membingkai’ wajah Raja Salman dalam bidikan komposisi lensa kamera videonya sudah ‘memenangkan emosi’ penonton juga ‘memuaskan’ keingintahuan publik.

Satu lagi, gerakan fokus kamera video Jokowi yang mengarah ke wajah Raja Salman pun patut diacungi jempol. Ini selaras dengan apa yang disampaikan Steve Stockman, kalau kita bergerak mendekati wajah seseorang saat pengambilan gambar, maka kita mengundang penonton untuk melihat detail reaksi subyek berkaitan dengan apa yang ditunjukkan. (Hal 167)

Kelima, belajarlah juga dari kekurangsempurnaan Vlog Jokowi. Apa itu? Vlog karya Jokowi menggunakan gadget dan kedua tangannya, kadang gambarnya bergetar, goyang dan arahan target gambar kadang kurang kena sasaran. Misalnya, ketika Jokowi merekam atau “mencuri rekam” pada saat  Raja Salman sedang makan di sebelahnya. Gambarnya kurang proporsional. Sama halnya dengan Vlog Jokowi makan bakso di Ambon. Sorotan para pejabat yang menemaninya makan bakso satu meja, juga kurang pas bidikan atau komposisinya.

Eits, tapi jangan nyinyir dulu. Kita bisa maklumi hal seperti ini. Karena, Jokowi memegang langsung gadget dengan kedua tangannya. Penguasaan fokus lensa depan gadget memang biasanya sulit, karena kurang terbiasa menggunakannya. Jadi, wajar kalau gambarnya goyang, bergetar. Mungkin, ini bisa diminimalisir apabila Jokowi melakukan setting minimalkan getaran pada gadget-nya (bila ada fiturnya lho ya’). Atau, ya mohon maaf, bisa saja kita sarankan penggunaan “tongkat narsis” alias tongsis. Tapi, ya jangan sembarangan pakainya. Misalnya, jangan terlalu panjang mengulurnya di warung bakso ataupun stadion, karena salah-salah kepala orang lain bisa kesenggol. Cukup, tongsisnya ulur pendek saja, sekaligus bisa memaksimalkan perekaman suara atau voice over juga kan.

Boleh juga, kalau sesekali Presiden Jokowi menggunakan teknologi kamera 360 untuk nge-Vlog yang misalnya ingin menampilkan keindahan pesona alam Indonesia beserta isinya. Wuiihhh, keren.

Keenam, pilih musik latar yang sesuai. Menyaksikan sejumlah Vlog Presiden Joko Widodo di Youtube, saya tidak punya masalah pilihan musik latarnya. Cukup mendukung tayangan video, bahkan ada yang begitu pas sekali, sehingga menambah daya imaji bagi penonton untuk meluapkan aura empati, misalnya pada Vlog yang berjudul Sepeda Presiden Jokowi. Enggak percaya? Silakan baca aja komen-komen di link Vlog tersebut.

Akhirnya Pak Jokowi, tulisan saya ini kan sudah promosikan Vlog-vlog-nya nih, jadi bolehlah dikasih sepeda juga doooong … hahahaha (bercanda). Selamat nge-Vlog terus Pak Presidenku yang Vlogger, ditunggu selalu dan selalu, karya “Pilok”-nya!

Ayo, Nge-VLOG!

o o o O o o o

Baca tulisan saya lainnya tentang VLOG:

Ayo, Saatnya Nge-Vlog!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun