Karena kenekatannya nge-Vlog ini, saya pikir sudah pantaslah Jokowi diberi status Vlogger. Jadi, Presiden RI yang juga Vlogger, begitu kira-kira lengkapnya.
Kedua, aktualitas. Semua Vlog yang dibuat Jokowi dari sisi timingdan pemberitaan, sangat aktual. Ya maklumlah, Jokowi ‘kan sang vlogger sekaligus narasumbernya, heheheheee ... Tapi, dari sini kita bisa belajar bagaimana membuat Vlog dikaitkan dengan momentum aktual yang sedang berlangsung dan ditunggu-tunggu publik. Sambil tentu saja, menyisipkan OV-OI-OM ketika merekamnya, lengkap dengan penampilan diri dan suaranya. Suara atau voice over disini bisa berarti suara sang vlogger, dan suara suasana di sekeliling yang tengah peristiwa yang sedang berlangsung. Voice over Jokowi pas banget ketika merekam video blogging pada pertandingan sepakbola Piala Presiden 2017 itu. Artinya, suara Jokowi jelas, pun demikian dengan suara gemuruh penonton di stadion sepakbola.
Meski demikian, membuat Vlog tidak musti harus mengejar aspek aktualnya. Bisa kok --- dan pasti bisa --- membuat Vlog untuk mengangkat angle pada sisi humanis, human interest, passion tema tertentu, sosok atau profil dan lainnya. Karena, bukankah Vlog itu sendiri terdiri dari dua macam, Personal Vlogs dan Live Broadcasting Vlogs. Apa yang dikerjakan Jokowi, jelas lebih dominan kepada Live Broadcasting Vlogs.
Ketiga, rileks. Jokowi mengajarkan cara membuat Vlog dalam suasana yang santai. Tidak grasa-grusu yang khwatirnya malah menimbulkan kesan rekaman videonya dibuat-buat. Penampilan lisan Jokowi yang “slow” dengan speed bicara lambat, jelas bukan suatu halangan untuk membuat Personal Vlogs. Tapi, kalau untuk Live Broadcasting Vlogs pasti menjadi sesuatu yang kurang menarik untuk ditonton. Pemirsa tentu saja ingin tampilan lisan yang lebih agresif, punya speed cepat, tetapi intonasi dan artikulasi kata tetap jelas disebutkan.
Jadi, meski tetap terlihat rileks dan tidak dibebani protokoler kenegaraan yang riweuh (meminjam bahasa Johan Budi SP - red), Jokowi tetap sudah harus memikirkan terlebih dahulu sebelum memencettombol ‘RECORDED’ pada gadget-nya. Dua yang harus cepat dikuasainya dalam kepala adalah tentu saja, ONE INFO dan ONE MESSAGE yang akan disampaikan kepada publik.
Ketiga, spontan. Dalam teori media massa audio dan juga audio-visual, sesuatu yang disampaikan secara spontan akan lebih menarik ketimbang menayangkan sesuatu yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Jokowi berhasil mengajarkan kepada kita semua untuk enggak usah terlalu lama mikir, apa dan bagaimana Vlog yang akan dibuat. Cepat pikirkan sejenak, konsentrasi dan segera pencet tombol ‘RECORDED’. Bicara lepas apa adanya, spontan tapi tetap sudah ada simpanan di kepala atas info apa yang akan disampaikan, dan pesan apa yang bakal disampaikan juga. Salah bicara sewaktu merekam video blogging itu biasa, sekalipun ada suara sela seperti nada berpikir “ehmmm …” atau “eeehhhh …” maka itu alami dan biasa saja. Asalkan tidak terlalu sering disuarakan juga lho.
Coba, siapa sih bakal membayangkan, dari kursinya yang empuk di tribun kehormatan, tiba-tiba secara spontan Jokowi melakukan perekaman video blogging. Ia nge-Vlog! Sebegitu spontan, dan hasilnya, sudah pasti ciamik! #SepedanyaMana niiihhh … hahahahaaa
Keempat, wawancara. Mempelajari Vlog Jokowi, saya rasa inilah bagian yang paling penting! Ingat, penting pake banget!!! Apa itu? Jokowi mengajarkan kepada kita, kalau membuat Vlog itu, masukkan dialog atau kutipan wawancara dengan narasumber. Dengan kata lain, nge-Vlog ya harusnya sih, ada narasumbernya. Jadi, jangan malas untuk wawancara kalau bikin Vlog.
Coba bayangkan sendiri ajalah, kalau Vlog Jokowi yang sedang melakukan jamuan makan siang dengan Raja Salman itu tidak diisi dengan munculnya dialog dengan Raja Salman. Pasti, Vlog ini akan kurang greget! Percaya deh. Tapi, karena Jokowi “nekat”, maka ia mengatur waktu sedemikian cerdik untuk bisa merekam pernyataan Raja Salman meskipun hanya singkat. Keren lagi ‘kan, Pakde.
Sama kalau kita nge-BLOG. Kalau tulisan reportase atau review misalnya, hanya melulu paparan si blogger, kayaknya kok rada kurang jossya.