Eh, satu lagi alasan kenapa Vlog Jokowi yang makan siang dengan Raja Salman itu bisa dianggap sebagai ‘The Best Vlog Ever’. Karena, Jokowi pas sekali mengarahkan komposisi kamera depan gadget-nya ke wajah Raja Salman secara utuh. Dahi, alis, mata, hidung, mulut, kumis, janggut bahkan keriput wajah Raja Salman bisa tertangkap jelas melalui bidikan kamera video gadget Jokowi. Terus apa rahasianya?
Begini penjelasannya. Menurut Steve Stockman dalam bukunya ‘How to Shoot Video That Doesn’t Suck : Cara Asyik Bikin Video Ciamik’ (Prigel Books, 2011) menuturkan, “Jangan Merekam Sampai Anda Melihat Bagian Putih Mata Subyek”. Artinya, wajah subyek itu bagaikan papan pengumuman dari seluruh emosi manusia. Wajah menghubungkan kita dengan orang lain. Sedangkan mata adalah jendela jiwa atau monitor jiwa. Kalau kita tidak bisa melihat mata subyek (ketika merekam video), maka kita akan kehilangan sebagian besar isyarat komunikasi yang kita gunakan saat berinteraksi. Tanpa mata, penonton tidak akan mengetahui tokoh utama kita dan tidak akan ‘menginvestasikan’ waktunya untuk menonton video kita. (Bab 29).
Jelas dong, ketepatan Jokowi ‘membingkai’ wajah Raja Salman dalam bidikan komposisi lensa kamera videonya sudah ‘memenangkan emosi’ penonton juga ‘memuaskan’ keingintahuan publik.
Satu lagi, gerakan fokus kamera video Jokowi yang mengarah ke wajah Raja Salman pun patut diacungi jempol. Ini selaras dengan apa yang disampaikan Steve Stockman, kalau kita bergerak mendekati wajah seseorang saat pengambilan gambar, maka kita mengundang penonton untuk melihat detail reaksi subyek berkaitan dengan apa yang ditunjukkan. (Hal 167)
Kelima, belajarlah juga dari kekurangsempurnaan Vlog Jokowi. Apa itu? Vlog karya Jokowi menggunakan gadget dan kedua tangannya, kadang gambarnya bergetar, goyang dan arahan target gambar kadang kurang kena sasaran. Misalnya, ketika Jokowi merekam atau “mencuri rekam” pada saat Raja Salman sedang makan di sebelahnya. Gambarnya kurang proporsional. Sama halnya dengan Vlog Jokowi makan bakso di Ambon. Sorotan para pejabat yang menemaninya makan bakso satu meja, juga kurang pas bidikan atau komposisinya.
Eits, tapi jangan nyinyir dulu. Kita bisa maklumi hal seperti ini. Karena, Jokowi memegang langsung gadget dengan kedua tangannya. Penguasaan fokus lensa depan gadget memang biasanya sulit, karena kurang terbiasa menggunakannya. Jadi, wajar kalau gambarnya goyang, bergetar. Mungkin, ini bisa diminimalisir apabila Jokowi melakukan setting minimalkan getaran pada gadget-nya (bila ada fiturnya lho ya’). Atau, ya mohon maaf, bisa saja kita sarankan penggunaan “tongkat narsis” alias tongsis. Tapi, ya jangan sembarangan pakainya. Misalnya, jangan terlalu panjang mengulurnya di warung bakso ataupun stadion, karena salah-salah kepala orang lain bisa kesenggol. Cukup, tongsisnya ulur pendek saja, sekaligus bisa memaksimalkan perekaman suara atau voice over juga kan.
Boleh juga, kalau sesekali Presiden Jokowi menggunakan teknologi kamera 360 untuk nge-Vlog yang misalnya ingin menampilkan keindahan pesona alam Indonesia beserta isinya. Wuiihhh, keren.
Keenam, pilih musik latar yang sesuai. Menyaksikan sejumlah Vlog Presiden Joko Widodo di Youtube, saya tidak punya masalah pilihan musik latarnya. Cukup mendukung tayangan video, bahkan ada yang begitu pas sekali, sehingga menambah daya imaji bagi penonton untuk meluapkan aura empati, misalnya pada Vlog yang berjudul Sepeda Presiden Jokowi. Enggak percaya? Silakan baca aja komen-komen di link Vlog tersebut.
Akhirnya Pak Jokowi, tulisan saya ini kan sudah promosikan Vlog-vlog-nya nih, jadi bolehlah dikasih sepeda juga doooong … hahahaha (bercanda). Selamat nge-Vlog terus Pak Presidenku yang Vlogger, ditunggu selalu dan selalu, karya “Pilok”-nya!
Ayo, Nge-VLOG!
o o o O o o o