Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tanpa Tanam Pohon, Warga Tak Dapat Cap Stempel RW

1 November 2016   22:40 Diperbarui: 2 November 2016   02:09 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung 3G sudah banyak meraih prestasi dan penghargaan nasional maupun internasional. (Foto: glintunggogreen.com)

Menanam pohon, bagi Bambang adalah wujud rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. “Saya terus memompa semangat agar Gerakan Asal Hijau ini maju berkembang dengan dukungan warga. Semua dilaksanakan sekaligus sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah SWT karena sudah diberikan oksigen yang berlimpah dan gratis,” tutur Bambang.

Kampung 3G semarak menyambut HUT ke-71 RI. (Foto: glintunggogreen.com)
Kampung 3G semarak menyambut HUT ke-71 RI. (Foto: glintunggogreen.com)
3g-9-5818b5d3ad7e61e40b8b456a.jpg
3g-9-5818b5d3ad7e61e40b8b456a.jpg
Bambang coba berhitung, seorang manusia itu menghirup oksigen kira-kira sebanyak 2,88 liter per hari. Andaikata harga oksigen per liternya adalah Rp 25.000, maka dalam satu hari, seorang manusia harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 75.000 untuk memenuhi kecukupan oksigennya. Kalau dihitung per bulan, maka uang untuk membeli oksigen adalah Rp 2.250.000, dan per tahun mencapai Rp 21.250.000. Apabila seseorang itu hidup sampai 50 tahun, maka oksigen yang harus dibelinya adalah seharga Rp 41. 062.500.000.

“Bayangkan, begitu mahal harganya kalau kita harus membeli oksigen untuk bernafas. Sementara, Allah SWT memberikan oksigen secara gratis. Maka itu kita harus bersyukur atas anugerah cuma-cuma dari Allah SWT ini dengan cara menanam pohon, karena bukankah oksigen dihasilkan dari pohon-pohon itu. Niatkanlah menanam pohon itu sebagai ibadah dan insya Allah menjadi kunci masuk surga,” seru Bambang.

Kunci keberhasilan untuk menggiatkan gerakan penghijauan adalah karena bermodalkan empat hal sepele tapi penting. Pertama, kita semua memiliki waktu. Bambang mengistilahkan hanya orang yang dirawat di ICU rumah sakit saja yang tidak punya waktu. Kedua, kita punya akal. Ketiga, kita punya sampah. Dan keempat, kita punya teman. “Dengan keempat modal ini, maka semuanya menjadi mungkin,” tukas Bambang sembari menyebutkan bahwa langkah selanjutnya adalah melakukan interaksi, networking, silaturahim, dan bertukar pikiran dengan para ahli.

Gerakan Menabung Air

Bambang juga memprakarsai GEMAR atau Gerakan Menabung Air. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai krisis yang mendera dunia, diantaranya krisis air. Menurut Bambang, air yang ada di seluruh dunia, 97,5 persen terdiri dari air laut, dan 2,5 persennya adalah air tawar.

Dari 2,5 persen air tawar itu, sebanyak 70 persennya berada di kutub, dan 29,7 persen berada didalam tanah, serta 0,3 persen adalah air tawar danau dan sungai. “Yang membuat banjir dan sebagainya berasal dari yang 0,3 persen ini,” ujarnya.

Kalau pada masa lampau yang belum banyak bangunan didirikan, air hujan itu 10 persennya mengalir, 40 persennya menguap, dan 50 persennya meresap ke dalam tanah. Sedangkan kini, dengan banyaknya bangunan pemukiman dan gedung-gedung pencakar langit, maka ketika hujan turun 30 persen menguap, 50 persen mengalir, dan hanya 15 persen saja yang terserap ke dalam tanah. “Mencermati hal ini, maka siapa pun penjabat gubernur DKI Jakarta, pasti akan mengalami ancaman risiko banjir ketika musim penghujan,” ujar Bambang seraya berpesan agar setiap warga harus bijak mengelola air.

Generasi muda pun terlibat untuk menanam sayur secara hidroponik. (Foto: glintunggogreen.com)
Generasi muda pun terlibat untuk menanam sayur secara hidroponik. (Foto: glintunggogreen.com)
Hijau dimana-mana di Kampung 3G. (Foto: glintunggogreen.com)
Hijau dimana-mana di Kampung 3G. (Foto: glintunggogreen.com)
Kalau di Tangsel saat ini --- seperti disaksikan sendiri oleh Bambang ---, sedang giat dilakukan perbaikan gorong-gorong air dari kantor walikota menuju ke arah sungai, maka hal itu sebenarnya adalah bentuk saluranisme atau kanalisme belaka. Artinya, hanya memindahkan satu lokasi musibah banjir ke lokasi lain di sekitar kantor walikota. “Jadi, tidak memecahkan masalah banjir sama sekali,” nilai Bambang.  

Sistem kanalisme yang hanya memindahkan satu lokasi banjir ke lokasi lain di sekitarnya ini tidak berlaku di RW 023. Karena, menurut Bambang, ketika musim penghujan tiba, melalui program GEMAR maka air hujan diharapkan jangan sampai “pergi” ke RW tetangga. “Melalui program GEMAR, kami berharap air bisa masuk meresap ke dalam tanah melalui lubang-lubang biopori, sumur-sumur injeksi, bak kontrol resapan, parit-parit resapan dan lainnya,” urai Bambang.

Khusus menyangkut Lubang Resapan Biopori (LRB), menurut Bambang, fungsinya banyak sekali. Mulai dari mempercepat peresapan air hujan sehingga efektif mencegah genangan air dan banjir serta erosi tanah juga longsor. LRB juga mampu mengatasi sampah organik sehingga mampu meningkatkan cadangan air tanah, dan menghasilkan kompos untuk semakin menyuburkan tanah. “Pada akhirnya, dengan LRB maka penyakit yang disebabkan genangan air dan banjir akan berkurang, terciptanya lingkungan hidup yang nyaman dan lestari karena kelembaban terjaga, serta untuk mendukung pengembangan agribisnis perkotaan,” tutur Bambang.

Bambang punya cara sendiri untuk menjaga jangan sampai air hujan yang turun di wilayah RW 023 berpindah atau “lari” ke RW tetangga. Caranya, ia meminta kepada segenap warga untuk apalagi hujan turun, maka perhatikan secara seksama bagaimana dampak genangan yang ditimbulkan. “Setiap ada genangan air, maka segera diberi tanda. Maksudnya, agar keesokan harinya dapat segera dibuat lubang biopori maupun sumur injeksi. Opsi diantara dua ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat genangan airnya,” tutur Bambang.

Dari program GEMAR ini, akhirnya RW 023 berhasil membuat kalkulasi matang. Dari seluruh 650 lubang resapan biopori (terdiri dari tiga jenis: standar menggunakan pipa paralon, jumbo dari kaleng cat 10 kilogram, dan super jumbo yang terbuat dari kaleng cat 25 kilogram), 6 sumur injeksi, 3 bak kontrol resapan, dan 40 meter parit resapan, efektivitasnya pada setiap kali hujan turun, mampu menampung air hingga 44.050 liter. “Dari April 2015 hingga April 2016 dimana terjadi 96 kali hujan, maka begitu dikalikan: 96 kali hujan x 44.050 liter = 4.228.800 liter air hujan yang mampu ditampung,” ujarnya semangat.

Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menegaskan perlunya komitmen, niat, usaha dan motivasi bersama untuk lakukan perubahan menuju lebih baik. (Foto: Gapey Sandy)
Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany menegaskan perlunya komitmen, niat, usaha dan motivasi bersama untuk lakukan perubahan menuju lebih baik. (Foto: Gapey Sandy)
Kepala DKPP Kota Tangsel, Mochammad Taher Rochmadi terinspirasi Kampung 3G. (Foto: Gapey Sandy)
Kepala DKPP Kota Tangsel, Mochammad Taher Rochmadi terinspirasi Kampung 3G. (Foto: Gapey Sandy)
Dengan berbagai program kegiatan yang kreatif lagi inovatif dibawah arahan dan bimbingan sang manajer wilayah yakni Bambang, RW 023 akhirnya mampu mencatatkan pengumpulan uang kas dalam jumlah fantastis! Uang kas RW yang semula nol rupiah kini menjadi Rp 796.750.000. Bahkan belum lama ini, harian lokal Malang Post menurunkan judul headline besar-besar bertuliskan ‘Kas RW 23 Tembus Rp 1 Miliar’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun