Lelaki bertubuh kecil yang mengenakan kemeja batik lengan pendek dan celana panjang hitam itu, saya perhatikan baru saja selesai mengepel lantai. Kesibukannya masih akan berlanjut. Ia kelihatan segera siap-siap menyiram dan merapikan tanaman di taman.
Ya, lelaki itu tak lain adalah Marsin.
Jangan bayangkan Marsin mengepel lantai gedung kantor. Jangan juga berpikiran Marsin merawat taman-taman di halaman kantor instansi. Ooohhh … tidak! Sama sekali tidak. Lelaki berusia 45 tahun ini, justru mengepel lantai keramik putih, dan merawat tanaman di kolong jembatan layang (fly over) Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
“Nama saya, Marsin, Pak. Saya lagi giliran jaga dan bersih-bersih di sini,” ujarnya ramah.
Taman Baca ini persis ada di kolong fly over pada lintas putaran balik arah (U turn) lalu lintas dari Jalan Aria Putra/Jalan Dewi Sartika kembali ke arah Pasar Cimanggis dan Pamulang. Lahan di kolong fly over ini dibarikade pagar besi. Bukan sembarang pagar, karena fungsinya lebih kepada memberi pesan sekaligus peringatan kepada siapa saja, untuk jangan sembarangan memanfaatkan lahan kosong kolong fly over. Apalagi cuma untuk lapak dagang, pemukiman kumuh, tempat buang sampah dan kepentingan sesaat serta sesat lainnya.
Untuk masuk ke Taman Baca, tidak ada pintu pagar yang bisa diketok, apalagi dibunyikan belnya. Boro-boro pula ada undakan tangga. Hanya ada sebongkah batu besar untuk pijakan kaki. Kemudian, setengah lompati pagar beton, yang sedikit pada sisi “jalan masuk” ini sengaja tidak terpagar besi rapat-rapat.
Ada tiga susun buku yang bertingkat di Taman Baca ini. Macam-macam buku tersedia, termasuk kamus, komik, majalah dan lainnya. Meski yang ada di “etalase” jumlah koleksi bukunya terbatas, tapi Marsin menunjukkan kepada saya sesuatu yang amat membahagiakan. Apa itu? Tak lain adalah, beberapa kardus besar berisi buku-buku sumbangan dari warga masyarakat. “Sumbangan buku ini sengaja disimpan dulu dalam ruangan yang tertutup dan terkunci aman. Sambil menunggu teman-teman mahasiswa yang biasa ke sini. Mereka janji beberapa waktu kemarin, akan membuat rak-rak buku yang lebih bagus dan lebih banyak memuat buku-buku lagi,” ujarnya.
Memang, di sebelah ruang “etalase” buku yang setengah terbuka ini terdapat satu ruang lagi yang tertutup dengan jendela berkaca film rada gelap. Ruangannya enggak luas. Ada banyak tumpukan kardus berisi buku, souvenir dari rekan-rekan mahasiswa yang pernah aksi sosial di Taman Baca, juga spanduk besar dengan warna dasar putih. Spanduknya bertuliskan besar-besar: “Suara Hati Kolong Fly Over Ciputat”. Banyak ucapan dukungan, apresiasi, doa sekaligus tandatangan banyak pihak, sebagai bentuk dukungan atas pengelolaan Taman Baca ini. “Mereka tandatangan sebagai bentuk dukungan Taman Baca dan pengelolaan taman di kolong fly over ini,” jelas Marsin yang sigap membuka gembok dan menguncinya kembali.
Di sebelah luar ruangan tertutup, ada toilet sederhana.
Taman?
Ya, dari balik tumpukan buku yang berbaris di rak-rak buku, pengunjung bisa menyaksikan betapa asrinya penataan taman di kolong fly over Ciputat ini. Pada sisi kiri dekat pagar besi, ada sejumlah “Si Pucuk Merah”. Pohon ini kalau besar dan rindang, bakal memerah daun-daun di pucuk atasnya. Beberapa bibit pohon palem juga ada, selain tanaman hias lainnya. Wah, pokok’e berasa nyaman, enggak berasa ada di kolong jembatan layang meski suara lalu-lalang kendaraan tetap saja angkuh.
Penataan taman dan Taman Baca di kolong fly over (seberang Plaza Ciputat) memang asri. Keasriannya kontras dengan kemacetan arus lalu-lintas yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk, pagi maupun sore hari. Begitu pengendara melintas dan terjebak kemacetan di sisi kolong fly over, bila pandangan diarahkan ke Taman Baca dan taman yang ada, pasti diyakini mampu melipat-gandakan tenteramnya batin.
“Nantinya, di taman ini akan dibuat jalur jogging, lengkap dengan pijakan untuk refleksi kaki,” kata Marsin.
Sayangnya, belum semua area kolong fly over steril dari jamahan kepentingan pribadi. Karena, pada sudut paling ujung (arah Ramayana Dept. Store), sejumlah pedagang memanfaatkan lahan kolong jembatan layang ini. Meski secara terbatas dan tidak begitu banyak pedagang yang membuka lapak, tapi hal ini harus jadi perhatian ekstra, agar pemanfaatannya tidak mewabah apalagi meluas.
DKPP Tangsel sendiri mengapresiasi apa yang dilakukan komunitas “Oi” yang turut mengelola dan menjaga taman dan Taman Baca. Acungan jempol ini misalnya, pernah disampaikan Yepi Suherman selaku Kepala Bidang Kebersihan di DKPP Tangsel, kepada penulis.
Ya sutralah segitu aja ceritanya …
Semoga buku-buku ini sanggup memberi nyala pijar manfaat ilmu bagi pengunjung Taman Baca kolong fly over Ciputat. Sekaligus ladang amal bajik bagi penulisnya. Aamiin.
Okeylah, barusan saya juga sudah menerima inbox di fesbuk dari Kompasianer Thamrin Sonata dan Fathan Muhammad Taufiq yang siap mengamanahkan buku-bukunya untuk Taman Baca ini.
Selamat Hari Blogger Nasional!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H