Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tebar Buku Kompasianer di Kolong Fly Over

27 Oktober 2016   14:01 Diperbarui: 27 Oktober 2016   21:26 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan berbagi dengan anak-anak di Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Twitter BPK Oi Tangsel)

Lelaki bertubuh kecil yang mengenakan kemeja batik lengan pendek dan celana panjang hitam itu, saya perhatikan baru saja selesai mengepel lantai. Kesibukannya masih akan berlanjut. Ia kelihatan segera siap-siap menyiram dan merapikan tanaman di taman.

Ya, lelaki itu tak lain adalah Marsin.

Jangan bayangkan Marsin mengepel lantai gedung kantor. Jangan juga berpikiran Marsin merawat taman-taman di halaman kantor instansi. Ooohhh … tidak! Sama sekali tidak. Lelaki berusia 45 tahun ini, justru mengepel lantai keramik putih, dan merawat tanaman di kolong jembatan layang (fly over) Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

“Nama saya, Marsin, Pak. Saya lagi giliran jaga dan bersih-bersih di sini,” ujarnya ramah.

Taman Baca dan taman di kolong fly over Ciputat yang harus dijaga dan dilestarikan. (Foto: Gapey Sandy)
Taman Baca dan taman di kolong fly over Ciputat yang harus dijaga dan dilestarikan. (Foto: Gapey Sandy)
Usai mengerjakan tugas, Marsin menyempatkan diri membaca buku. (Foto: Gapey Sandy)
Usai mengerjakan tugas, Marsin menyempatkan diri membaca buku. (Foto: Gapey Sandy)
Tadi pagi, sekitar jam 08.00 wib saya memang sengaja memuaskan ‘libido’ kepo, penasaran dengan blusukan ke kolong fly over Ciputat. Tujuannya cuma satu. Kepingin melihat langsung Taman Baca yang ada di situ. Hah? Ada Taman Baca di kolong fly over? Iya ada, sumpeh dah!

Taman Baca ini persis ada di kolong fly over pada lintas putaran balik arah (U turn) lalu lintas dari Jalan Aria Putra/Jalan Dewi Sartika kembali ke arah Pasar Cimanggis dan Pamulang. Lahan di kolong fly over ini dibarikade pagar besi. Bukan sembarang pagar, karena fungsinya lebih kepada memberi pesan sekaligus peringatan kepada siapa saja, untuk jangan sembarangan memanfaatkan lahan kosong kolong fly over. Apalagi cuma untuk lapak dagang, pemukiman kumuh, tempat buang sampah dan kepentingan sesaat serta sesat lainnya.

Untuk masuk ke Taman Baca, tidak ada pintu pagar yang bisa diketok, apalagi dibunyikan belnya. Boro-boro pula ada undakan tangga. Hanya ada sebongkah batu besar untuk pijakan kaki. Kemudian, setengah lompati pagar beton, yang sedikit pada sisi “jalan masuk” ini sengaja tidak terpagar besi rapat-rapat.

Dari kolong fly over Ciputat, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Dari kolong fly over Ciputat, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Bangunan hijau di kolong fly over Ciputat itulah Taman Baca. (Foto: Gapey Sandy)
Bangunan hijau di kolong fly over Ciputat itulah Taman Baca. (Foto: Gapey Sandy)
Kalau mau membayangkan, Taman Baca ini bentuknya seperti pos keamanan. Sisi depan menjadi “etalase” dengan suasana setengah terbuka. Sisi sayap kiri bisa untuk membaca buku sambil lesehan. Sisi kanan, tersedia tempat duduk permanen tembok. Adapun “rak-rak” buku yang bentuknya tidak sesuai namanya, ditempatkan sekaligus difungsikan sebagai “jendela”.

Ada tiga susun buku yang bertingkat di Taman Baca ini. Macam-macam buku tersedia, termasuk kamus, komik, majalah dan lainnya. Meski yang ada di “etalase” jumlah koleksi bukunya terbatas, tapi Marsin menunjukkan kepada saya sesuatu yang amat membahagiakan. Apa itu? Tak lain adalah, beberapa kardus besar berisi buku-buku sumbangan dari warga masyarakat. “Sumbangan buku ini sengaja disimpan dulu dalam ruangan yang tertutup dan terkunci aman. Sambil menunggu teman-teman mahasiswa yang biasa ke sini. Mereka janji beberapa waktu kemarin, akan membuat rak-rak buku yang lebih bagus dan lebih banyak memuat buku-buku lagi,” ujarnya.

Memang, di sebelah ruang “etalase” buku yang setengah terbuka ini terdapat satu ruang lagi yang tertutup dengan jendela berkaca film rada gelap. Ruangannya enggak luas. Ada banyak tumpukan kardus berisi buku, souvenir dari rekan-rekan mahasiswa yang pernah aksi sosial di Taman Baca, juga spanduk besar dengan warna dasar putih. Spanduknya bertuliskan besar-besar: “Suara Hati Kolong Fly Over Ciputat”. Banyak ucapan dukungan, apresiasi, doa sekaligus tandatangan banyak pihak, sebagai bentuk dukungan atas pengelolaan Taman Baca ini. “Mereka tandatangan sebagai bentuk dukungan Taman Baca dan pengelolaan taman di kolong fly over ini,” jelas Marsin yang sigap membuka gembok dan menguncinya kembali.

Di sebelah luar ruangan tertutup, ada toilet sederhana.

Marsin dan buku-buku karya Kompasianer yang bakal tersedia di Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Marsin dan buku-buku karya Kompasianer yang bakal tersedia di Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Barisan buku di rak Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Barisan buku di rak Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Ketika saya tanya, sejak kapan Taman Baca ini dibuka? Marsin sejenak berpikir, lalu menjawab. “Lebih dulu pembuatan taman daripada Taman Baca. Ya, kira-kira baru setahun berjalan. Untuk taman, tanaman, dan pengadaan air merupakan kerja nyata dari Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangsel, yang dalam hal ini bekerjasama dengan komunitas Orang Indonesia atau “Oi”, dan pimpinan pengurus wilayah setenpat. Komunitas “Oi” utamanya mengelola Taman Baca, sekaligus bertanggung-jawab menjaga kelestarian taman. Jadi, semua pihak saling bekerjasama,” kata Marsin.

Taman?

Ya, dari balik tumpukan buku yang berbaris di rak-rak buku, pengunjung bisa menyaksikan betapa asrinya penataan taman di kolong fly over Ciputat ini. Pada sisi kiri dekat pagar besi, ada sejumlah “Si Pucuk Merah”. Pohon ini kalau besar dan rindang, bakal memerah daun-daun di pucuk atasnya. Beberapa bibit pohon palem juga ada, selain tanaman hias lainnya. Wah, pokok’e berasa nyaman, enggak berasa ada di kolong jembatan layang meski suara lalu-lalang kendaraan tetap saja angkuh.

Penataan taman dan Taman Baca di kolong fly over (seberang Plaza Ciputat) memang asri. Keasriannya kontras dengan kemacetan arus lalu-lintas yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk, pagi maupun sore hari. Begitu pengendara melintas dan terjebak kemacetan di sisi kolong fly over, bila pandangan diarahkan ke Taman Baca dan taman yang ada, pasti diyakini mampu melipat-gandakan tenteramnya batin.

Taman Oi di kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Taman Oi di kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Di taman, tertancap bambu yang saling terikat ijuk hitam. Di atas bambu, berkibar bendera Merah Putih. Bergidik bulu roma menyaksikan sesekali sang dwiwarna berkibar tersibak angin. Ada bacaan besar-besar dengan huruf warna merah: “Taman Oi”. Juga semboyan hijau lestari: “Pohon Untuk Kehidupan”. Tak ketinggalan seruan Go Green: “Sayangilah Kami : Hijau Itu Indah”, juga “Protect The Planet”. Ada juga bergantungan sejumlah lampu taman yang dibuat nyentrik dari wadah plastik.

“Nantinya, di taman ini akan dibuat jalur jogging, lengkap dengan pijakan untuk refleksi kaki,” kata Marsin.

Sayangnya, belum semua area kolong fly over steril dari jamahan kepentingan pribadi. Karena, pada sudut paling ujung (arah Ramayana Dept. Store), sejumlah pedagang memanfaatkan lahan kolong jembatan layang ini. Meski secara terbatas dan tidak begitu banyak pedagang yang membuka lapak, tapi hal ini harus jadi perhatian ekstra, agar pemanfaatannya tidak mewabah apalagi meluas.

DKPP Tangsel sendiri mengapresiasi apa yang dilakukan komunitas “Oi” yang turut mengelola dan menjaga taman dan Taman Baca. Acungan jempol ini misalnya, pernah disampaikan Yepi Suherman selaku Kepala Bidang Kebersihan di DKPP Tangsel, kepada penulis.

Ya sutralah segitu aja ceritanya …

Taman Baca dan Taman Oi di kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Taman Baca dan Taman Oi di kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Oh iya, sehubungan Kamis, 27 Oktober ini diperingati sebagai Hari Blogger Nasional. Anjangsana saya ke Taman Baca kolong fly over Ciputat, juga dalam rangka menyerahkan amanat empat buku karya blogger-blogger andal sekaligus Kompasianer. Mereka adalah Rifki Feriandi dengan bukunya yang berjudul Cara Narsis Bisa Nulis; Thamrin Dahlan dengan bukunya Magnet Baitullah; Much Khoiri yang pernah mengirimi saya bukunya yang berjudul Much Khoiri dalam 38 Wacana; dan Asita DK alias Ita DKyang menulis barengan Anton DH Nugrahanto untuk judul buku Sekelumit Kisah si Tukang Blusukan.

Semoga buku-buku ini sanggup memberi nyala pijar manfaat ilmu bagi pengunjung Taman Baca kolong fly over Ciputat. Sekaligus ladang amal bajik bagi penulisnya. Aamiin.

Okeylah, barusan saya juga sudah menerima inbox di fesbuk dari Kompasianer Thamrin Sonata dan Fathan Muhammad Taufiq yang siap mengamanahkan buku-bukunya untuk Taman Baca ini.

Kegiatan berbagi dengan anak-anak di Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Twitter BPK Oi Tangsel)
Kegiatan berbagi dengan anak-anak di Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Twitter BPK Oi Tangsel)
Insya Alloh, kebaikan berbuah kebaikan. Bukankah, manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.

Selamat Hari Blogger Nasional!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun