Ochi Jayanti selaku Public Relation Executive Hotel Santika Premiere Bintaro turut menjadi model peraga batik etnik Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Lebih jauh, Nelty mengatakan, target pengrajin batik etnik Tangsel pada 2016 ini adalah memperkenalkan lebih luas lagi batik etnik Tangsel ke mancanegara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menampilkan motif
Pesona Krakatau yang dipadukan dengan motif
Anggrek. Mengapa dipadu-padankan?
“Karena kami inginnya punya batik etnik yang memiliki ciri khas lokal. Letusan Gunung Krakatau itu ‘kan sudah menjadi fenomena dunia yang luar biasa, nah dari sinilah kami mengapresiasikannya menjadi motif batik etnik Tangsel yang ada di Provinsi Banten,” jelas Nelty yang pada 2005 – 2006 pernah meraup sukses ketika melakukan pameran batik etnik Tangerang – Banten di Jepang. “Lho, mengapa Tangerang? Ya, karena waktu itu, Kota Tangsel belum lahir.”
Salah satu batik etnik Tangsel secara syar’i yang turut dipamerkan. (Foto: Gapey Sandy)
Kalau ada yang mengungkit-ungkit bahwa Krakatau tidak berlokasi di Tangsel? Nelty yang sudah belajar membatik sejak 2002, punya jawaban tersendiri. “Benar, Krakatau tidak berada di Tangsel. Tetapi, dari wilayah perairan di Anyer, kita bisa memandang pesona Krakatau yang begitu luar biasa indah dan fenomenal.
Nah, jadi yang kami tampilkan secara motif adalah Pesona Krakatau yang ada di Banten dan menjadi kebanggaan Kota Tangsel yang juga bahagian dari Provinsi Banten. Jadi, cara pandangan Krakatau ini lebih kepada
view-nya yang mempesona.”
Salah satu batik etnik Tangsel bermotif Pesona Krakatau yang dipamerkan. (Foto: Gapey Sandy)
Dari sisi harga, Nelty tak sungkan membuka rahasia dapur. “Harga dari mulai Rp 75.000 sampai Rp 11 juta. Yang seharga Rp 11 juta ini memang cukup fantastis. Dan merupakan pesanan dari pelanggan loyal kami di salah satu perusahaan swasta besar di Cilegon, Banten, dan kabarnya batik tersebut dijadikan sebagai cinderamata bernuansa lokal tradisional untuk rekanan usaha mereka di Korea Selatan. Harga Rp 11 juta yang fantastis ini dikarenakan proses pembuatan dan penyelesaiannya yang memakan waktu selama hampir satu tahun, dengan desain dan motif pesanam yang khusus,” ujar Nelty seraya menyebut bahwa batik adalah mahakarya sekaligus kekayaan intelektual.
Salah satu batik etnik Tangsel yang dapat dipergunakan sebagai gaun pesta turut dipamerkan. (Foto: Gapey Sandy)
Sejauh ini, batik etnik Tangsel yang paling menjadi favorit adalah tiga motif yang saling berlainan, tetapi semuanya bisa dikombinasikan. Saling padu-padan, sesuai kreasi dan juga pesanan pelanggan.
“Yang paling favorit adalah motif Pesona Krakatau dan Sekar Jagatserta Anggrek. Kenapa? Karena, dari sisi background, batik ini bisa dipadu-padankan dengan motif lainnya. Batik ini mudah dan simple sehingga dapat dikenakan untuk segala tema acara, resmi atau formal, bahkan suasana santai pun bisa,” aku Nelty yang mengaku bisa mengirim pesanan batik etnik Tangsel ke luar negeri sebanyak 500 potong setiap dua bulan sekali.
Salah satu batik etnik Tangsel dengan paduan motif flora dan motif geometris Al Bantani yang dipamerkan oleh model pria. (Foto: Gapey Sandy)
Akhirnya Nelty berharap, Pemerintah mendukung pengrajin batik, karena roh-nya batik itu berasal dari Indonesia. “Saya berharap Pemerintah lebih memberi apresiasi dan membantu pengembangan usaha pengrajin batik lokal maupun pengrajin yang sudah mampu menembus pasar ekspor atau
go international,” pintanya.
Maju terus Batik Etnik Tangsel!
* * * * *
Baca tulisan terkait lainnya:
Pengrajin Batik Etnik Tangsel Tuntut Perhatian Pemkot
Lihat Sosbud Selengkapnya