Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersih dan Senyum untuk Buktikan Pesona Indonesia

9 Oktober 2016   10:55 Diperbarui: 9 Oktober 2016   17:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Super hero Pelitas diciptakan untuk mengedukasi anak-anak agar melestarikan lingkungan Kota Tangsel. (Sumber: DKPP Tangsel)

Musuh mereka bertiga adalah sosok jahat Juragan Ratam alias Rakus Tamak yang menghalalkan segala cara dalam mengembangkan bisnisnya, termasuk merusak lingkungan dan tidak menjaga kebersihan maupun kelestarian alam. Juragan Ratam dibantu Profesor Linglung, yang saking takut dan tidak berani melawan titah Juaragan Ratam, maka kejeniusannya justru disalahgunakan untuk merusak kelestarian lingkungan, misalnya dengan menciptakan Monster Limki atau Limbah Kimia.

Selengkapnya mengenai kelahiran Pelitas, yang digadang-gadang dapat menarik minat serta mengedukasi anak-anak usia 4 – 12 tahun untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan ini dapat dibaca pada tulisan sebelumnya, berjudul Inilah Pelitas, Super Hero Penyelamat Lingkungan Kota Tangsel.

Fajar Febrian dan Tri Wahyu Hidayat menggagas aplikasi Sisaku untuk selamatkan Tangsel dari sampah. (Foto: Gapey Sandy)
Fajar Febrian dan Tri Wahyu Hidayat menggagas aplikasi Sisaku untuk selamatkan Tangsel dari sampah. (Foto: Gapey Sandy)
Start Up Solusi Masalah Lingkungan

Praktiknya di lapangan, bukan hanya tokoh super hero rekaan Pelitas saja yang berjibaku mewujudkan Kota Tangsel bersih dan bebas dari sampah. Segenap elemen masyarakat dari berbagai latarbelakang pun semakin memperlihatkan kepeduliannya guna menjaga kebersihan setiap penjuru kota yang pada 26 November ini akan memperingati hari jadinya yang kedelapan. Diantara mereka adalah, tiga mahasiswa Universitas Surya di Summarecon, Serpong, Tangerang, yaitu Fajar Febrian, Tri Wahyu Hidayat, dan Fauzan, yang menciptakan aplikasi onlineSisaku.

Apa itu Sisaku?

“Ini adalah aplikasi yang diharapkan dapat memiliki dampak positif terhadap lingkungan, khususnya mengurangi jumlah sampah. Sementara ini, fokusnya masih menyasar sampah anorganik seperti botol, kaleng, kertas dan lainnya,” jelas Fajar, mahasiswa semester V Fakultas Ilmu Hayati Jurusan Informatika.

Aplikasi Sisaku diharapkan segera masuk Play Store untuk dapat diunduh dan dimanfaatkan sebagai aplikasi peduli kebersihan yang ciamik. Nantinya, aplikasi ini menyediakan tiga layanan untuk “melenyapkan” sampah anorganik. Pertama, layanan Marketku yang menyediakan market place untuk aneka produk hasil upcycle. Jadi, para pengrajin yang punya produk-produk yang terbuat dari sampah anorganik dapat diperjualbelikan secara umum.

Aplikasi Sisaku yang mengedukasi masyarakat untuk memilah dan memilih sampah. Sekaligus mengolah menjadi aneka produk upcycle yang bernilai ekonomis. (Foto: Gapey Sandy)
Aplikasi Sisaku yang mengedukasi masyarakat untuk memilah dan memilih sampah. Sekaligus mengolah menjadi aneka produk upcycle yang bernilai ekonomis. (Foto: Gapey Sandy)
Kedua, layanan Bank Saku yang merupakan layanan antar jemput sampah. Mirip seperti Bank Sampah, tapi Bank Saku ini dilaksanakan secara online. Masyarakat yang punya sampah untuk dijual, tinggal meng-klik layanan Bank Saku, kemudian sampah akan dijemput untuk diambil. Penjemputan ini bekerjasama bank sampah-bank sampah se-Kota Tangsel. Sampah yang dijemput akan ditimbang, dicatat dan dihitung berapa nilai rupiahnya, sehingga masyarakat dapat memiliki tabungan dari sampah-sampah tadi.

Ketiga, layanan Infoku, yaitu seputar edukasi sampah, misalnya bagaimana memilah dan memilih sampah, mengelola sampah untuk dijadikan produk upcycle dan sebagainya.

“Aplikasi ini diciptakan untuk mengubah mindset masyarakat dari yang sementara ini berpikiran bahwa sampah hanyalah benda-benda yang sudah tidak penting dan layak dibuang begitu saja, menjadi pola pikir bagaimana memilah dan memilih sampah untuk dijadikan benda-benda upcycleyang memiliki nilai ekonomis,” jelas Tri Wahyu, mahasiswa semester V Fakultas Ekonomi dan Sosial Jurusan Agribisnis saat dijumpai pada pameran Tangerang Selatan Global Innovation Forum(TGIF) di Puspiptek - Serpong, September kemarin.

Fajar menambahkan, kehadiran aplikasi Sisaku diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi tumpukan sampah yang kalau dibiarkan semakin parah akan malah menutupi seluruh Kota Tangsel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun