Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mau Bisnis Mantap Melaju? Jangkau Komunitas di Medsos

6 Oktober 2016   05:34 Diperbarui: 7 Oktober 2016   05:11 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan cinderamata dari Kompasiana kepada Bank Danamon. (Foto: Gapey Sandy)

Salah satu karakter konsumen Indonesia, menurut survei Majalah Marketing, adalah gemar bersosialisasi. Kegemaran ini semakin dipicu dengan menggunakan aplikasi media sosial. Sederhananya begini, coba tengok di smartphone kita masing-masing, setidaknya pasti ada aplikasi Facebook, Twitter, Line, bahkan WhatsApp! Dari beberapa aplikasi itu, tidak sedikit dari kita yang tergabung dalam lebih dari satu grup. Sebut saja misalnya, tergabung sekaligus dalam grup WhatsApp! Alumni SD, SMP dan SMA, misalnya. Itu minimalnya. Belum lagi, grup alumni universitas, family group, dan rekan-rekan kerja. Sayangnya, enggak ada grup para mantan, hahahaaa …

Masih juga belum cukup, kadang kita bergabung lagi dengan 'sosialita' lain. Misalnya, dengan komunitas blogging bagi seorang blogger, kelompok fotografi bagi penyuka potret-memotret, grup traveling bagi traveler, komunitas vlogger bagi penggemar vlogging, pecinta kuliner, biker, hijaber, otomotif, fashion, beauty dan segambreng lagi komunitas lain. Intinya, karakter masyarakat kita itu hampir semuanya senang berkumpul. Berkerumun. Membentuk komunitas!

Tak pelak, keberadaan komunitas yang notabene terdapat 'kerumunan di dalamnya' menjadi pasar yang sexy bagi para pemasar. Persis! Karena dengan menjangkau komunitas maka secara otomatis pemasar sudah langsung berada di tengah-tengah kerumunan pangsa pasarnya. Efektif? Jelas! Karena menurut survei tadi juga, karakter khas lainnya dari konsumen Indonesia, like it or not, yaitu suka ikut-ikutan, menjadi follower yang senang mencari referensi dari orang lain. Maka itu, bila pemasar berhasil 'menyusup' di antara kerumunan didalam komunitas, kemudian berhasil pula meng-influence 'pentolan' atau 'selebritas' komunitasnya, bisa dipastikan para member bakal mudah 'mengekor'. Gotcha!

Statistik proyeksi pengguna internet di Indonesia. (Sumber: APJII)
Statistik proyeksi pengguna internet di Indonesia. (Sumber: APJII)
Statistik penggunaan platform media sosial di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Statistik penggunaan platform media sosial di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Beraneka ragam komunitas yang tumbuh pesat di Indonesia, jumlahnya semakin menjadi-jadi dengan perantara media sosial. Ya, bisa dipahami. Orang tak perlu keluar rumah dan terjebak kemacetan hanya untuk 'bergosip' dengan sesama rekan grup atau komunitas. Cukup japri, atau saling bersahutan komentar melalui dunia chatting yang ada di ujung jari menggunakan smartphone.

Bisa dibilang, sejak 2009, jumlah komunitas semakin meraksasa sebagai imbas dari penggunaan perangkat komunikasi berbasis teknologi digital yang semakin membuat nyaman dan memudahkan penggunanya. Maksudnya, ya tentu saja media-media sosial tadi. Nyaris untuk saat ini, siapa saja yang tidak memiliki akun di media sosial, dipastikan bakal kudet atawa kurang update, dan jauh dari kekinian. Pokoknya, ketinggalan zaman.

Tidak cuma sebatas pertemuan melalui jalur online dan tanpa fisik, malah kongkow-kongkow, nongkrong bareng, maupun nangkring bareng (seperti istilah yang dipopulerkan Kompasiana) juga tetap dilakukan banyak orang. Ini menggarisbawahi temuan riset tadi bahwa karakter khas konsumen Indonesia memang senang bersosialisasi. Bukti lain yang membenarkannya adalah semisal layanan gerai 7-Eleven di Indonesia yang berbeda dengan service di negara asalnya, Amerika Serikat, sana. Gerai-gerai swalayan ini di Indonesia, menambahkan layanan dengan menyediakan meja dan kursi untuk pelanggannya ber-kongkow ria, nongki, nongkrong bareng menghabiskan waktu meski hanya bincang ngalor-ngidul kurang keruan.

Statistik penggunaan internet di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Statistik penggunaan internet di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Statistik penggunaan media sosial di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Statistik penggunaan media sosial di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Bukti lain, bahwa masyarakat Indonesia suka bersosialisasi, kurang suka sendirian? Mobil jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) lebih laris di Indonesia ketimbang di negara-negara tetangga. Kenapa? Karena fungsinya menguatkan karakter khas konsumen Indonesia yang suka bepergian rame-rame. Beda dengan di Thailand, di mana mobil jenis kabin ganda lebih laku sebagai pendukungan transportasi berbisnis masyarakat di Negeri Gajah Putih ini. Beda lagi dengan di Malaysia, karena justru mobil tipe city car yang tidak berkapasitas besar malah mendominasi penjualan di pasar mobil.

Nah, begitulah betapa seksi pasar komunitas di Indonesia! Apalagi yang sebarannya ada di lingkar platform media-media sosial.

Gemuk-nya pasar komunitas di media sosial juga bisa dibelah dari kalkulasi angka. Hasil sigi lembaga pemasaran dan digital public relation yakni We Are Social yang berkantor pusat di Singapura memaparkan, sepanjang Q4 (kuartal keempat) 2015 kemarin, pengguna internet di Indonesia mencapai tingkat 34 persen bila dibandingkan dengan jumlah total populasi penduduk yang mencapai 251 juta jiwa. Menariknya, pertumbuhan penggunaan telepon seluler di Indonesia mencapai 281 juta, atau justru melebihi jumlah total populasi penduduknya.

Masih menurut We Are Social, hingga November 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 255,5 juta jiwa, di mana terdapat user internet aktif sebanyak 88,1 juta jiwa, user aktif media sosial diperkirakan mencapai total 79 juta jiwa. Pengguna media sosial aktif yang mengoperasikannya secara mobile menggunakan telepon seluler mencapai 67 juta jiwa. Secara keseluruhan, jumlah user layanan mobile seluler di sini menyundul angka 318,5 juta jiwa.

Hasil survei tentang pemanfaatan teknologi digital di Indonesia. (Sumber: We Are Social)
Hasil survei tentang pemanfaatan teknologi digital di Indonesia. (Sumber: We Are Social)
Hasil survei tentang penggunaan layanan teknologi digital secara mobile di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Hasil survei tentang penggunaan layanan teknologi digital secara mobile di Asia Tenggara. (Sumber: We Are Social)
Sementara itu, untuk penetrasi media sosial, Indonesia berada persis di bawah tingkat rata-rata atau 31 persen. Kalah bila dibandingkan dengan Vietnam (47 persen) dan Filipina (40 persen). Khusus menyigi aplikasi Facebook, lembaga ini menyebutkan, jumlah pengguna aplikasi yang dibangun oleh Mark Zuckerberg ini untuk seantero Asia Tenggara mencapai 230 juta jiwa, dengan 200 juta di antaranya mengakses melalui telepon seluler.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun