Inspirasi yang disuguhkan Dissa dengan menunaikan usaha sociopreneurship melalui Fingertalk sudah tentu adalah keuletannya guna membuka lapangan kerja bagi masyarakat tuna rungu. Selain itu, membuka mata semua pihak bahwa masyarakat tunarungu ini juga memiliki kecakapan untuk bekerja dan berkarya secara baik. Semua ini menjadi pembuktian bahwa socio-entrepreneurship memang terus ditekuni secara fokus oleh Dissa.
Sebenarnya, Deaf Café and Car Wash Fingertalk ini baru mulai soft launching per 17 September 2016 kemarin. Selama masa “promosi dan persiapan pembukaan” ini, pelanggan diberikan diskon khusus sebesar 50% dari tarif cuci mobil (Rp 40.000) dan cuci motor (Rp 15.000).
Menurut Hajjah Lisma Gaus yang merupakan ibunda Dissa, pihaknya siap melakukan peresmian pembukaan Deaf Café and Car Wash Fingertalk di Cinere ini pada pada Sabtu, 24 September 2016.
“Insya Allah, dari pihak Kantor Walikota Depok, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Sosial dan pihak berwajib di sekitar lingkungan akan kami undang dalam Opening Ceremony sekaligus untuk menyampaikan harapan dan doa atas resmi beroperasinya tempat cucian mobil dan motor serta kafe tunarungu ini,” jelasnya ketika diwawancarai penulis di ruang tunggu pelanggan sembari menyantap roti bakar.
Menyinggung target ke depan, Lisma mengatakan, Fingertalk berharap dapat mempekerjakan 100 orang tunarungu pada tahun 2017 mendatang. “Ini target yang pernah disinggung Dissa. Doakan saja semoga terkabul, insya Allah, aamiin,” ujarnya.
Salah seorang pelanggan, Achmad Bisri N yang merupakan warga Mampang – Depok, usai mobilnya dicuci steam menyampaikan apresiasi atas beroperasinya Deaf Café and Car Wash Fingertalk.
“Saya sangat mengapresiasi dan menyatakan salut melihat pengelola usaha di sini mempekerjakan masyarakat tunarungu. Sungguh luar biasa! Bisa saya buktikan sendiri, hasil kerja mereka sangat bagus. Mobil saya menjadi sangat bersih, tidak saja di bagian luar bahkan dalamnya juga. Semoga usaha sosial bisnis yang mempekerjakan masyarakat tunarungu ini dapat terus berkembang, dan menyerap semakin banyak jumlah tenaga kerja dari mereka yang tunarungu,” ujar bapak dengan sosok tegap yang di kartu namanya tertulis bekerja sebagai Satpatwal atau Brigade Motoris (BM) di Ditlantas Polda Metro Jaya ini.
Hal senada disampaikan Alvian. Anak muda yang tinggal di Lereng Indah, Cinere ini menyatakan sangat surprise dengan adanya tempat cucian mobil lengkap dengan kafe yang mempekerjakan masyarakat tunarungu.
Ternyata, begitu tadi pertama kali saya masuk, sempat terheran-heran juga karena sambutan staf di sini tidak ada yang berbicara sama sekali, kecuali hanya senyum sikap santun dan bahasa isyarat. Tapi, lama kelamaan kebingungan saya terjawab dengan sendirinya. Malah, dari sikap bingung saya kemudian justru mengapresiasi apa yang dilakukan Dissa ini,” tutur Alvian yang mengaku baru mendarat di bandara Soekarno-Hatta usai menempuh perjalanan udara rute Bali - Jakarta.
Alvian berpesan, hendaknya di kemudian hari, untuk mengantisipasi kesalahpahaman dan ketidakmengertian pelanggan baru, ada staf yang menyambut kehadiran pelanggan dan memberi penjelasan singkat mengenai apa dan bagaimana Deaf Café and Car Wash Fingertalk ini. “Supaya jangan ada salah paham akibat kekurangmengertian,” saran Alvian.